" Begini saja, sekarang saya kasik DP dulu deh" Kardiman mulai mengambil amplop kecil dari dalam tasnya.Â
" Ini untuk uang rokok dulu kawan" uang itu disodorkan pada Mat Solar dan Budi.
"ini terima dulu. " Kata Kardiman, sambil tersenyum manis.Â
Mat Solar dan Budi terdiam, mereka mulai mencuri pandang satu sama lain. Dilihat dari wajah mereka berdua, sepertinya masih ada kekesalan yang tampak di raut wajah mereka.Â
" Maaf Man, saya tak bisa terima uang itu", Jawab Budi.Â
" Ya, simpan saja uang itu untuk perhelatan besok" tegas Mat Solar, menolak.Â
Kardiman mulai panas dingin, karena dia tahu kalau Mat Solar dan Budi adalah tim kuatnya di perhelatan pemilu kemarin. Dia merasa menyesal dan berusaha membujuk mereka lagi agar bisa bergabung.Â
" Jangan gitulah bro, kita kan sahabat. ayolah saling bantu lagi"Kardiman mulai membujuk Mat Solar dan Budi agar mau bergabung.Â
" Maaf Pak Dewan, silahkan cari orang lain, kami nyatakan mundur dari timmu" Mat Solar mulai beranjak, dan Budi juga mengikutinya. Mereka berdua pamit pergi meninggalkan Kardiman sendirian.Â
" Sudah siang bro, kami pamit dulu"Mat Solar dan Budi mulai melangkahkan kakinya menuju sepeda motornya.Â
Terlihat jelas kekecewaan dari wajah mereka. Kardiman lupa, kalau Mat Solar selain kontraktor dia juga menjadi ketua Komunitas Sepeda Motor di Sumenep. Sedangkan Budi, juga sama. Budi merupakan Ketua Komunitas Wartawan yang di segani di Kota Keris tersebut.Â