Mohon tunggu...
Abd Rahman
Abd Rahman Mohon Tunggu... Guru - Sebagai Guru di Sekolah Dasar

Saya biasa dipanggil Rahmanesto, saya aktif diberbagai komunitas sosial, pendidikan dan kepemudaan. saya suka menulis berita, opini dan puisi. suka dengan perubahan dan kemajuan, terbuka untuk semua kalangan, suka diskusi dan hobi bersepeda, kulineran dan nonton musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendidik Anak Dengan Hati Tak Perlu Protektif

1 Desember 2022   06:34 Diperbarui: 1 Desember 2022   07:56 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi orang tua yang idaman memang tak mudah, dan semua orangtua punya kewajiban mendidik anaknya agar dapat menjadi anak yang baik. Karenanya, setiap orangtua berusaha untuk memperhatikan, mengarahkan dan membimbing anaknya setiap waktu. Namun kendati begitu, orangtua yang terlalu protektif pada anak juga akan berdampak pada psikologi anak dan pertumbuhan karakter anak yang kurang baik. 

Tentu saja, setiap orangtua akan berusaha semaksimal mungkin agar anaknya kelak akan menjadi pribadi yang tangguh, dan sukses dalam hidupnya di masa depan. Anda sangat mengerti kebutuhan anak, sehingga kadangkala anda langsung mengambil inisiatif sendiri melakukan sesuatu tanpa persetujuan anak. Hal itu dimaksudkan agar mendapat respon positif dari anak, atau mungkin karena terlalu kuatir dan terlalu posesif pada anak anda. Walaupun, apa yang anda lakukan bertentangan dengan kehendak anak anda. Dan itu akan menjadi tekanan batin pada anak anda, yang akan berdampak pada dirinya dan sikapnya. Pembawaan yang secara psikologi terjadi menjadikan anak tertutup dan lebih memilih masalahnya disimpan dan tak akan terbuka pada siapapun. 

Anak yang dibentuk dengan pola keluarga yang protektif pada anak bisa menyebabkan anak yang tak bisa mandiri, bahkan sulit sekali bersosialisasi. Dan, pada saatnya sikap anak akan berubah signifikan dan brutal dari biasanya, dan akan menjadi anak pembangkang dan keras kepala. Hal itu terjadi karena orangtua yang terlalu memperhatikan anaknya berlebihan dan protektif, sehingga anak merasa terkekang. 

Orangtua yang terlalu protektif pada anak biasanya mempunyai ciri-ciri, yakni, orangtua seperti ini memiliki ketakutan yang tak wajar. Apa yang terjadi di masa dirinya waktu anak-anak dapat dilakukan atau terjadi pada anaknya. Atau kejadian yang dia lihat menjadi bagian ketakutan orangtua pada anaknya. Ciri berikutnya adalah, terlalu berlebihan memperhatikan anak. Sehingga orangtua terkadang selalu ingin membantu anaknya padahal seorang anak lebih suka mandiri daripada dibantu orangtua. 

Rumah tangga yang harmonis, akan menentukan tumbuh dan berkembang nya anak dengan baik. Keluarga mempunyai fungsi penting bagi anak, apalagi dalam pembentukan kepribadian anak. Orangtua dan keluarga adalah lingkungan pertama yang setiap hari seorang anak berinteraksi dan beraktivitas. Artinya peran keluarga menjadi yang utama dalam proses Pendidikan anak yang sebenarnya. 

Hurlock (1974:8) dalam buku personality Development, secara tidak langsung mengungkapkan bahwa karakter terdapat dari kepribadian. Sebuah karakter dibangun untuk mengimplikasikan sebuah standar moral, dan melibatkan sebuah pertimbangan nilai.  Maka, mendidik anak dengan terlalu protektif juga tidak baik untuk perkembangan anak jangka panjang. 

Mulailah mendidik anak dengan hati dan berikan kenyamanan pada anak kita untuk mendapatkan kasih sayang dari orangtua dengan kehendaknya, bukan dengan kasih sayang posesif pada anak. Hal itu tentu akan berdampak pada karakter dan bawaan sikap anak di rumah terlebih akan nampak saat berinteraksi dengan temannya di sekolah. Hal demikian, metode mendidik dengan hati akan lebih dibutuhkan oleh anak masa sekarang. Mengenali kemauan anak, juga menjadi catatan bagi orangtua mendidik anaknya. Anak terkadang punya sudut pandang sendiri untuk menentukan sesuatu hal yang dia senangi, dan sesuatu yang tak dia sukai.

Jangan pernah memaksakan kehendak jika ingin anak anda mau nurut dan dekat dengan anda. "Memarahi" Anak berbeda dengan membuat anak merasa ditegur dengan suatu sikap yang "halus" Tanpa harus memarahinya di depan umum. Berikan dia menyampaikan pendapatnya dan berikan dia kesempatan memperbaiki kesalahan, jika dia berbuat salah. Hal itu bagian dari mengajarkan anak secara mandiri tanpa perlawanan. Kenali anak anda sendiri, karakter anak biasanya menurun dari sikap yang diwarisi dari orangtuanya. Maka, penting bagi orang-tua untuk bisa mengenal karakter anaknya sendiri di rumah. 

Dekati anak dengan hati tanpa kekerasan, anak akan lebih senang jika dia mulai diperhatikan dengan kasih sayang. Anak selalu peka pada sikap posesif orangtua dan orang lain disekitarnya. Mendidik anak memang tidak mudah dan kita sebagai orangtua jangan terlalu kaku mendidik anak kita. Sesuaikan kebutuhan dan berikan waktu yang cukup untuk anak, walaupun hanya menelpon anak akan senang jika diperhatikan keberadaannya. (*). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun