BY : OEPHY WAJO
Tulisan tanpa kutipan ini dibuat bukanlah bermaksud jumawa dengan nikmat doktor, juga bukan untuk mengekplorasi sebuah kebanggan, sebab banyak sekali mereka yang kapasitasnya jauh lebih mumpuni dari yang saya miliki.Â
Sebaliknya narasi ini tidak lebih dari sekedar berbagi cerita tentang proses penyelesaian studi S3 di masa covid 19 dengan berbagai dinamikanya, untuk tambahan pengalaman bagi yang membaca.Â
Setelah diumumkan pertama kali pada tanggal 02 Maret 2020, Indonesia ditetapkan sebagai salah satu Negara di dunia yang telah terdekteksi dalam pandemi corona virus 2019 (COVID-19) melalui dua orang warga yang terkonfirmasi positif karena tertular dari seorang warga Negara Jepang.Â
Sejak itu pula statistik angka pengidap virus mewabah ini terus bergerak naik dan menyebar hingga ke semua provinsi di Indonesia. Mensikapinya, pemerintah kemudian menetapkan Covid 19 sebagai bencana non alam nasional yang ditindaklanjuti oleh penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yaitu pembatasan kegiatan penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Covid-19 untuk mencegah penyebarannya.
Kondisi ini kemudian berefek pada tatanan kehidupan masyarakat di berbagai bidang, baik pemerintahan, sosial, ekonomi, hingga pendidikan. Spesifik pada bidang pendidikan, Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional menerbitkan beberapa regulasi agar semua lembaga pendidikan pada berbagai jenjang, di tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi untuk sementara menutup aktivitas belajar mengajar.Â
Pun demikian dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, kampus tempat saya Sekolah Pascasarjana. Melalui Surat Edaran Rektor Nomor 400 Tahun 2020 tentang Tindakan Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Lingkungan UIN Sunan Ampel Surabaya, maka seluruh aktivitas akademik tidak dilaksanakan secara fisik di kampus, melainkan melalui sistem daring (dalam jaringan) atau online.Â
Bahkan ketika pandemi ini terus mewabah dengan eskalasi yang lebih banyak terutama di Provinsi Jawa Timur, DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan sebagai provinsi paling banyak terpapar, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya kemudian menindaklanjutinya dengan perpanjangan masa perkuliahan dan aktivitas akademik lainnya melalui sistem daring sampai dengan akhir semester genap tahun akademik 2019/2020.
Belajar dengan sistem daring memang menyisakan berbagai problem tersendiri, baik dari sisi tekhnis (jaringan internet, keterbatasan ekonomi pelajar dalam pemilikan HP android atau Laptop dan pulsa data), bahkan kendala non tekhnis seperti kemampuan IT pelajar, keterbatasan waktu belajar serta faktor penghambat lainnya.Â
Terlepas dari banyaknya persoalan, belajar sistem daring (online) memang satu-satunya solusi alternatif yang dianggap efektif untuk menjaga jarak kontak antar sesama pelajar dan antar pelajar dengan gurunya, sekaligus untuk memutus mata rantai transmisi penyakit mematikan ini.
Efek dari pembelajaran daring juga saya dirasakan, saat mana deadline 3 tahun beasiswa S3 sudah diambang batas yakni berakhir pada Agustus 2020, sedangkan disertasi baru pada tahapan Ujian Proposal sehingga dibutuhkan spirit tinggi untuk segera merampungkannya agar bisa mengikuti tahapan ujian berikutnya.Â
Bersamaan dengan itu kampus UIN Sunan Ampel juga sudah menerapkan layanan akademik melalui sistem online tanpa tatap muka. Sementara tahapan konsultasi disertasi bersama Promotor secara lansung (fisik) masih dalam intensitas yang lebih banyak. Suatu kendala tersendiri yang saya rasakan pada hari-hari penulisan disertasi sebagai syarat penyelesaian studi di UIN Sunan Ampel Surabaya.
Hal yang mengesankan adalah ketika hasrat ingin menyelesaikan studi sedang bergelora, sementara komunikasi dan konsultasi disertasi antara saya dengan promotor terhambat oleh jarak akibat pandemi.Â
Memang ada alternatif lain yang bisa dilakukan, yakni melalui email, whatsapp dan telephon. Namun secanggih apapun IT, peran manusia pastilah penting.Â
Ketika disertasi yang dikirim via WA masih lama dibalas promotor sedangkan waktu semakin berjalan tanpa kompromi, maka disitulah pikiran dan perasaan gundah tak menentu.Â
Sehingga yang bisa menetrasi rasa gundah adalah kesadaran untuk memahami kesibukan promotor dalam bimbingan mahasiswa yang banyak dimasa covid serta kesabaran dalam menyikapi setiap tantangan perjuangan.
Disinilah pentingnya memahami arti sebuah kesabaran. Kesabaran adalah perbuatan baik yang diajarkan agama sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sekaligus menghantarkan kita pada derajat kemanusiaan sejati. Â
Oleh karena itu, intensitas komonikasi via WA tetap dilakukan meski tidak secepat harapan untuk direspon, seperti menanyakan khabar promotor dan mendoakan agar dalam kondisi sehat walafiyah.Â
Selain media online, media spiritual melalui penghambaan kepada Tuhan untuk memohon doa juga menjadi bagian penting dalam mengirim pesan kepada promotor.Â
Dalam hal ini doa dan restu Ibu saya sangatlah berarti bagi kelancaran segala urusan termasuk disertasi. Begitu juga doa Istri dan dukungan anak-anak dalam hari-hari penyelesaian studi.Â
Disamping usaha dan doa, ada komitmen dalam diri sediri bahwa saya harus selesai tepat waktu sesuai masa penerimaan beasiswa yang ditetapkan pemerintah. Dari komitmen ini kemudian setiap saat perencanaan dan target diupayakan semaksimal mungkin bisa tercapai.
Hal demikian saya lakukan tidak lebih karena alasan keterbatasan keuangan rumah tangga serta prinsip perimbangan antara waktu belajar dan mengabdi. Bahwa saya diangkat oleh Negara sebagai PNS untuk mengabdi bukan untuk sekolah. Bahwa sekolah memang instrument penting untuk menambah pengetahun dalam pengabdian, tetapi perlu target dan capaian sehingga alokasi waktu harus lebih banyak pada pengabdian sebagai tugas pokok.Â
Memperpendek waktu belajar bukan berarti mengabaikan kualitas dan mekanisme pembelajaran. Namun dibutuhkan perjuangan, kerja keras dan yang lebih terpenting adalah menjaga stabilisasi kesehatan sebagai faktor eksternal yang biasanya sangat mempengaruhi capaian target. Karena hemat saya, studi S3 tidak selalu ditentukan oleh kecerdasan, melainkan yang tak kalah pentingnya adalah kesehatan, kemauan dan kesempatan.Â
Cerdas memang dibutuhkan tetapi kesehatan dan kesempatan adalah penentunya. Kesempatan yang saya maksudkan adalah pendapatan, peluang dan kemudahan dalam melewati proses studi.
Seperti kata bijak, proses tidak menghianati hasil. Alhamdulillah dengan berbagai persoalan yang dihadapi selama penyelesaian disertasi di masa pandemik Covid 19, tahapan demi tahapan ujian dapat dilewati dan sampailah saya pada promosi doktor pada tanggal 27 Juli 2020 secara virtual (online) dan dinyatakan lulus studi S3 di UIN Sunan Ample Surabaya sesuai target yang telah direncanakan. Walaupun juga disadarai masih banyak kekuarangan yang mesti dibenah menuju kesempurnaannya.
Merupakan suatu kehormatan dan kebagiaan menyertai saya sekeluarga setelah mendengar hasil Yudisium Ujian Terbuka Promosi Doktor secara virtual (online), dibacakan oleh Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya Prof. Dr. Aswadi, M. Ag. Â Selaku Ketua Sidang, beliau menyampaikan bahwa saya diluluskan sebagai Doktor yang ke 585 (lima ratus delapan puluh lima) di UIN Sunan Ampel Surabaya. Sontak sekeluarga dan hadirin bertepuk tangan dibarengi riak kecil di pandopo rumah, sehingga nyaris mengacaukan suasana ujian yang masih berlansung.
Penyamatan gelar ini bukanlah akhir dari suatu pengembaraan dalam dialektika pengetahuan, melainkan awal untuk menyelami sisi terdalam dari banyaknya kekurangan yang saya miliki, sekaligus menyadari arti pentingnya sebuah pengetahuan yang telah diperoleh untuk dimanfaatkan bagi kepentingan khalayak.Â
Lulus dalam ujian promosi doktor bukanlah pula berarti saya telah sampai pada derajat kesempurnaan. Justru tahapan ini adalah teropong dalam menelusuri banyaknya kelemahan dan kekurangan, sehingga dapat berikhtiar untuk menghindari keangkuhan maupun keakuan.
Mencapai gelar doktor bukanlah mimpi dalam hidup saya. Sebab saya dibesarkan dalam keluarga berpendidikan paling rendah dan jauh dari kata sejahtera.Â
Sebagai orang desa, saat itu pendidikan yang paling tinggi menurut kami hanya SMA/MA/SMK, sedangkan kuliah adalah momok yang menakutkan karena keterbatasan ekonomi yang kami miliki. Bahkan menjadi dosen pun bukanlah cita-cita, melainkan nikmat Tuhan yang dititipkan diluar persangkaan hambannya.Â
Cita-cita saya malah ingin berusaha agar makan lebih baik dari tetangga, makan nasi, ikan saos serta menu lain lebih bergizi. Maklumlah karena hidup kami sekeluarga di kampung tak sebaik penduduk pada umumnya. Itu sebabnya menjelang akhir hayat ayah saya, beliau hanya berpesan "jadilah orang yang bermanfaat bagi yang lain dan berusahalah untuk tidak memanfaatkan orang lain". Bukan wasiat harta, karena memang orang tua saya tidak memiliki banyak harta untuk diwasiatkan.
Pesan ayah tentang jadilah orang yang bermanfaat rasanya terlalu makro, sehingga perlu diterjemahkan pada aspek yang lebih mikro. Saya baru menyadari begitu simpel dan bermaknanya pesan tersebut ketika menjelang usia remaja. Bahwa menjadi orang yang bermanfaat untuk kemaslahatan khalayak tidak mengenal ruang dan waktu. Sehingga dosen atau apapun pekerjaannya hanyalah fasilitas yang disediakan Tuhan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan orang lain. Dan itu lebih baik daripada memanfaakan orang lain untuk kepentingan hidup sendiri.
Penyelesaian studi S3 ini merupakan berkah Tuhan yang dianugrahkan sebagai imbalan atas doa dan perjungan saya bersama Ibu, Istri anak-anak serta keluarga. Tak heran jika diakhir pengumuman hasil kelulusan yang dibacakan oleh direktur pascasarjana, kami sekeluarga terharu sampai meneteskan air mata. Sebab hal ini adalah capaian luar biasa yang belum pernah kami bayangkan sebelumnya.
Akhirnya rasa syukur dan ucapan terima kasih patut saya ucapkan kepada Ibu dan ayahanda tercinta atas jasa dan pengorbanannya kepada saya, Istri dan anak-anak atas doa dan kesabarannya, juga pada semua pihak atas bantuan moril maupun materilnya. Semoga ilmu dan pengalaman selama studi ini menjadi berkah yang bermanfaat untuk orang lain bukan untuk memanfaatkan orang lain. Terimak kasih...wallahu'alam bisshowab.... Â Â
Lembah Danau Ngade, 30 Juli 2020
WAJO BERSAUDARA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H