Namun saat sukses di tanah rantau, jangan lupa kampung halaman. Pulanglah untuk membantu dan membangun kampung halaman. Seperti Nabi SAW, yang pulang ke Makkah, yang dikenal dengan Fathu Makkah, atau pembebasan Mekkah. Nabi SAW bersama pasukannya berhasil menguasai Mekkah secara keseluruhan tanpa pertumpahan darah sedikitpun.
Merantau banyak diaplikasikan di kalangan masyarakat, sebagai salah satu cara mendidik dan membentuk karakter sang anak. Seperti yang dilakukan para raja terdahulu, yang biasanya sebelum diangkat jadi penerus kerajaan, sang pangeran harus dikirim ke suatu wilayah, sebagai proses pencarian jati dirinya.
Dalam tradisi Bugis-Makassar, juga dikenal merantau. Ini proses menantang diri sendiri bagaimana bisa bertahan hidup di kampung orang yang tidak dikenal. Tanpa ada harapan dibantu keluarga. Biasanya, jika sukses keluar dari keterpurukan di tanah rantau, maka akan mampu survive tanpa terkalahkan.
Peristiwa ini juga menyampaikan pesan kepada kita, untuk mampu 'move on' dari hal-hal negatif menuju kebaikan. Termasuk 'move on' dari kenangan buruk masa lalu. Berbenah diri. Nabi telah menyampaikan, siapa yang tahun ini sama saja dengan tahun lalu, maka sangatlah merugi. Wallahu a'lam bisshawab. (raufo.blogspot.com)
Palopo, Kamis 21 September 2017 M, 1 Muharram 1439 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H