Mohon tunggu...
Abd. Ghofar Al Amin
Abd. Ghofar Al Amin Mohon Tunggu... wiraswasta -

|abd.ghofaralamin@yahoo.co.id|

Selanjutnya

Tutup

Politik

Untuk Apa Membenci Jokowi Sampai (Setengah) Mati?

31 Agustus 2016   14:04 Diperbarui: 31 Agustus 2016   14:33 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini lagi, coba apa untungnya upload gambar seperti ini? (Skrinsut facebook Redani)

Siapa yang membenci Jokowi? Jawabannya banyak! Dari banyak itu bisa digolongkan dalam tiga kelompok besar. Pertama, kelompok orang yang tidak memilih Jokowi maupun Prabowo dalm Pilpres 2014 (Golput) yang merasa dirugikan oleh kebijakan-kebijakan Pemerintahan Presiden Jokowi. Kedua, para pendukung Jokowi yang kemudian setelah dilantik, kebijakan-kebijakannya tidak menguntungkan pribadi dan kelompoknya. Ketiga, mantan pendukung Capres Prabowo yang belum atau bahkan tidak bisa up on.

Untuk kelompok pertama, siapa pun presidennya, asalkan kebijakan pemerintah suatu saat tiba-tiba dianggap dan dirasa menguntungkan mereka, yang semua benci bisa menjadi cinta dan mengelu-elukannya.

Untuk kelompok kedua, para mantan pendukung Jokowi yang saat ini “dikecewakan” baik oleh kebijakan pemerintah atau karena mereka tidak “dipakai” lagi oleh Jokowi setelah pilpres usai, suatu saat bisa berubah cinta kembali, saat Jokowi membuat kebijakan yang dirasa menguntungkan mereka, atau yang kemarin-kemarin “tersingkir”  tiba-tiba dipakai lagi, pastinya akan kembali tumbuh rasa cinta, realistis bukan?

Sedangkan kelompok ketiga ini lah  yang sudah “non-batu”, (kemungkinan) para mantan pendukung  Prabowo yang belum atau bahkan sudah tidak bisa mup  on lagi. Bagi mereka kesalahan Jokowi sebenarnya hanya satu, yaitu mengalahkan Prabowo dalam pilpres yang lalu, itu saja. So, apa pun yang ada di Jokowi, apa pun yang dilakukan oleh Jokowi semua adalah salah. Mau beli helikopter mewah jelas salah, naik pesawat ekonomi juga salah. Pencitraan lah, ini-itu lah, dan lainsebagainya.

Mau beli mobil kepresidenan mewah salah, naik (misal) mobil Esemka juga salah. Pakai baju salah, ga pakai baju apalagi. Pakai sepatu produk paris pasti salah, pakai sepatu Cibaduyut juga salah. Pokoknya tidak ada benar dari Jokowi meskipun yang dilakukannya bukan hal yang salah, terlebih jika yang dilakukan adalah perbuatan yang salah.

Tidak datang ke kampungnya salah, datang ke kampungnya juga katanya tidak ngarepin. Maunya apa coba? Maunya pasti Jokowi segera turun dari kursi kepresidenan sekarang juga dan digantikan oleh (mungkin) Prabowo. Padahal Prabowo sendiri (kemungkinan) tidak seperti itu, sudah "ikhlas" tapi kenapa yang “hanya” pendukungnya saja sampai sebegitunya?

Kerjaanya  setiap hari hanya marah-marah, mengumpat, nyinyir bahkan menghina Jokowi di medsos. Parahnya lagi menghina Jokowi dianggap dan diyakini sebagai bagian dari “perjuangan”. Perjuangan apa? Selagi Jokowi tidak melakukan kesalahan yang super “fatal” menurut konstitusi, menggulingkan Jokowi dari kursi kepresdienan adalah perbuatan makar, masa makar   sama dengan perjuangan?

Jokowi itu presiden, dan presiden adalah pemimpin negara. Pemimpin NKRI yang sah secara konstitusional. Jokowi bukan malaikat, Jokowi bukan nabi, Jokowi bukan manusia yang sempurna. Hanya kebetulan dia yang “beruntung” diipilih oleh lebih dari50% pemilih di negara kita, sehigga sudah semestinya dia lah yang menjadi pemenangnya, menjadi Presiden Indonesia.

Kalau kemudian dalam perjalanan kepemimpinannya banyak hal yang tidak “pas”,  dianggap dan dinilai tidak pro rakyat, tidak bisa mensejahterakan rakyat, tidak menpati janji kampanye, tidak bisa “nyicil” utang negara, malah menambah utang terus tiap tahunnya.

Berilah dia masukan, saran dan kritikan yang semestinya, bantu berikan dia solusi untuk memperbaiki carut-marut penyelenggaraan kepemerintahan dengan santun dan bijaksana. Tidak perlu nynyir, tidak perlu menghina, tidak perlu menyebut presiden “tolol”, “stress” dan sumpah serapah lainnya, selain tak akan menyelesaikan masalah, jelas itu semua bukan ciri Bangsa Indonesia.

Ini lagi, coba apa untungnya upload gambar seperti ini? (Skrinsut facebook Redani)
Ini lagi, coba apa untungnya upload gambar seperti ini? (Skrinsut facebook Redani)
Seribu kali kita menghina Jokowi, tak akan menjadikan Jokowi turun tahta. Jokowi hanya akan tertawa dan tersenyum dengan tawa dan senyum “khasnya”. Kalau dengan itu semua ternyata tidak ada perubahan, masih ajeg-ajeg saja, jalan keluar terbaiknya adalah: Jangan pilih Jokowi lagi di Pilpres 2019.

Waduh, kok masih lama ya? Ketimbang menunggu terlalu lama, lebih baik kita gunakan untuk berkarya dan berkarya, yang sekira bermanfaat untuk diri kita, untuk lingkungan kita dan untuk Indonesia kita. 

Khoerunnaasanfa’uhum linnaas”, sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain.So, apa manfaatnya mencaci Jokowi? Apa manfaatnya menghina Jokowi? Apa manfaatnya membenci Jokowi sampai (setengah) mati? Tiwas, malah kita bisa “mati” sendiri gara-gara membenci Jokowi, mau?? Enggak lah yaww... Sekali lagi, Anda tidak puas dengan Jokowi? Jangan pilih dia lagi, ikhlas kok... hehe.. (Banyumas ;31 Agustus 2016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun