Mohon tunggu...
Abd. Ghofar Al Amin
Abd. Ghofar Al Amin Mohon Tunggu... wiraswasta -

|abd.ghofaralamin@yahoo.co.id|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Taufik Ridho, Roro Jonggrang dan Tangkuban Perahu

7 Agustus 2014   16:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:10 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Roro Jonggrang (sumber; ajiraksa.blogspot.com)

Roro Jonggrang tidak pernah membuat Gunung Tangkuban Perahu, apalagi dalam waktu semalam. Meminta dibuatkan gunung yang sekarang jadi lokawisata itu pun tidak pernah, bahkan mengenalnya pun sepertinya tidak. Roro Jonggrang tinggal di Jawa Tengah, dan Gungung Tangkuban Perahu berada di Jawa Barat. Pada masa itu alat komunikasi masih sangat tradisional, menandai waktu pagi saja dengan memukul-mukul lesung. Belum ada radio, televisi apalagi fasilitas browsing informasi via google jelas masih jauh panggang dari api.

Roro Jonggrang yang putri Raja Boko itu jelas tidak mengenal semua yang tersebut di atas, dan satu keinginan Roro hanya satu, tidak menikah dengan Bandung Bondowoso sang pembuat 999 arca dalam semalam. Mayoritas orang Indonesia, khususnya dari suku Jawa pasti tahun siapa Roro Jonggrang, siapa Bandung Bondowoso dan apa serta di mana Gunung Tangkuban Perahu itu berada.

Bila melihat latar belakang Taufik Ridho yang kelahiran Palu, 02 Oktober 1964, kita sedikit maklum atas ketidaktahuan beliau mengenai sosok Roro Jonggrang dan Tangkuban Perahu. Namun menjadi aneh sekali ketika seorang Sekjend PKS yang merupakan partai asli Indonesia (bukan partai Arab) itu tidak faham dengan sejumlah legenda Indonesia, khususnya Jawa, terlebih berdasarkan sumber ini, Taufik beralamat di Jl. Raya Rancaekek No 43 Kabupaten Bandung, Jawa Barat, alamatyang tidak terlalu jauh dengan lokasi Gunung Tangkuban Perahu.

Apa karena idiologi PKS yang melarang untuk mempercayai mitos dan legenda yang dinilai bersifat takhayul dan bertentangan dengan keyakinan agama mereka sehingga menjadikan para kadernya tidak mengenal kisah-kisah legenda Indonesia? Mestinya kalau memang demikian, dalam mengungkapkan berbagai hal baik secara internal maupun kepada publik juga jangan membawa-bawa istilah yang bersifat mitologi, legenda dan berbagai macam takhayul apapun yang tidak mereka yakini kebenaranya. Buat saja ungkapan yang nyata dan ada di lingkungan kita, jangan membuat ungkapan-ungkapan asing baginya, yang justru menjadi blunder dan bahan tertawaan orang saja.

Dengan kejadian ini, dan berbagai kejadian lain yang telah beberapa kali terjadi yang asal muasalnya dari para kader PKS, khususnya di tingkat nasional yang secara otomatis menjadi sorotan nasional pula, hendaknya ini menjadi koreksi bagi teman-teman PKS untuk melangkah ke depan dengan lebih hati-hati untuk kebaikan Indonesia. Sebab kebanyak orang di luar PKS sepertinya akan mempertanyakan, bagaimana mau mengurus Indonesia, bagaimana mau memajukan Indonesia kalau sisik-melik tentang Indonesia saja mereka tidak banyak tahu.

Kisah (legenda) Candi Prambanan / Candi Roro Jonggrang, legenda Tangkuban Perahu adalah bagian dari sisik-melik Indonesia. Memang legenda-legenda itu tidak akan menjadi bahan pembahaan dalam sidang di DPR/RI, tidak pula menjadi bahan sidang kabinet. Tapi kenyataan bahwa Candi Prambanan itu ada, Tangkuban Peranhu itu ada dan menjadi bagian dari aset negara, lokawisata sekaligus cagar budaya nasional yang menjadi bagian tanggung jawab dari semua warga negera Indonesia, termasuk Pak Taufik Ridho yang Sekjend PKS itu.

Roro Jonggrang

Sudah banyak buku, tulisan, blog yang menceritakan tentang kisah Roro Jonggrang, tapi tidak ada salahnya jika di sini disampaikan sedikit ringksan kisah tersebut, siapa tahu Pak Taufik sempat membaca artikel ringan ini. Menurut legenda, Roro Jonggrang adalah puteri dari Raja Boko yang berkuasa di daerah Prambanan. Kecantikan dan keanggunan Roro Jonggrang membuat seorang pria dari daerah Pengging yang bernama Bandung Bondowoso ingin memperistrinya. Akan tetapi Roro Jonggrang sendiri tidak tidak pernah mencintainya. Dengan cara halus Roro Jonggrang berusah menolak pinangan tersebut dengan menajgukan permintaan untuk dibuatkan 1000 arca/candi dalam waktu satu malam. Saking cintanya, Bandung Bondowoso akhirnya menyanggupi permintaan sang pujaan hati.

Setelah melakukan tirakatan dan semedi guna mendapatkan bantuan supranatural, pembangunan seribu candi mulai dilaksanakan dan menjelang matahari terbit, pembangunan “maha karya” itu hampir usai. Melihat hal ini, Roro Jonggrang pun cemas, dan berusaha mencegahnya dengan cara memanggil para wanita desa untuk membakar jerami dan memukul lesung (alat penumbuk padi tradisional di Jawa), supaya terkesan bahwa hari telah menjelang fajar/pagi. Para makluk halus pembantu Bandung Bondowoso yang melihat hari telah menjelang fajar mulai meninggalkan pekerjaannya yang telah mencapai 999 arca.

Bandung Bondowoso tidak bodoh, dia tahu bahwa Roro Jonggrang telah melakukan kecurangan. Dengan amarah yang meledak-ledak disertai kekecewaan yang luar bisa, dia mendatangi Roro Jonggrang. Tapi ang pujaan hati tetap bersikukuh minta digenapi menjadi 1000 candi. “Kurang satu, tambahnya kamu sendiri” kata Bandung Bondowoso, dan setelah itu Roro Jonggrang pun langsung berubah menjadi arca, untuk melengkapi sebuah arca yang belum terselesaikan. Arca ini bisa dilihat di bilik sebelah utara candi utama. Kisah Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso selengkapnya di blog ini. Jadi jelas bukan? Roro Jonggrang tidak ada hubungannya dengan Tangkuban Perahu.

Tangkuban Perahu

Alkisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki bernama Sangkuriang yang sangat gemar berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangannya. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa yang sekaligus adalah ayahya.

Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan. Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi mengembara.

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi. Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke rumahnya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi, ibunya. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya.

1407378860541358619
1407378860541358619
Gunung Tangkuban Perahu Jawa Barat (sumber; iberita.com)

Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan.

Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk menggagalkan proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.

Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya ia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut. Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur kota. Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya.

Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi. Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun kemudian menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung yang bernama “Tangkuban Perahu.” (sumber cerita). Lagi-lagi Tangkuban Perahu tidak ada hubungannya sama sekali dengan Roro Jonggrang.

Kedua kisah di atas memiliki alur cerita dan akhir yang serupa. Saat Roro Jonggrang dipinang oleh Bandung Bondowoso dia menolak dengan halus dengan cara mengajukan syarat untuk dibuatkan 1.000 arca dalam semalam. Syarat itu disanggupi, namun menjelang usai Roro Jonggrang mencuranginya dengan merekayasa seolah-olah waktu yang masih malam itu telah menjadi pagi, sehingga pekerjaan yang seharusnya selesai tepat waktu menjadi gagal dan kurang, karena marah maka Roro Jonggrang dijadikan patung sebagai pelengkap 1.000 arca yang dikehendaki.

Pada kisah kedua, Dayang Sumbi dilamar oleh anaknya sendiri Sangkuriang, dia juga berusaha menolak dengan mengajukan syarat dengan meminta dibuatkan bendungan dan sampan dalam waktu semalam. Sangkuriang menyanggupi dan pekerjaan pun hampir selesai tepat waktu. Namun lagi-lagi tokoh Dayang Sumbi mencuranginya dengan merekayasa waktu yang masih malam seolah-olah telah pagi. Sangkuriang marah besar dan menendang sampan yang hampir jadi itu, dan sampan yang jatuh tengkurap itu jadilah gunung “Tangkuban Perahu”.

Meskipun kisah-kisah di atas cuma legenda yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, namun semoga saja dengan tulisan sederhana ini, Pak Taufik sekarang sudah paham dan tidak lagi mengatakan yang membuat Tangkuban Parahu itu Roro Jonggrang. (Banyumas; 07 Agustus 2014)

Salam Kompasiana!

Sebelumnya :

1.Macet Total, Purwokerto-Jakarta 32 Jam

2.Ada Kuntilanak Melahirkan di Rumah Bidan Desa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun