Mohon tunggu...
Abd. Ghofar Al Amin
Abd. Ghofar Al Amin Mohon Tunggu... wiraswasta -

|abd.ghofaralamin@yahoo.co.id|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Taufik Ridho, Roro Jonggrang dan Tangkuban Perahu

7 Agustus 2014   16:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:10 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangkuban Perahu

Alkisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki bernama Sangkuriang yang sangat gemar berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangannya. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa yang sekaligus adalah ayahya.

Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan. Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi mengembara.

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi. Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke rumahnya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi, ibunya. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya.

1407378860541358619
1407378860541358619
Gunung Tangkuban Perahu Jawa Barat (sumber; iberita.com)

Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan.

Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk menggagalkan proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.

Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya ia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut. Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur kota. Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya.

Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi. Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun kemudian menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung yang bernama “Tangkuban Perahu.” (sumber cerita). Lagi-lagi Tangkuban Perahu tidak ada hubungannya sama sekali dengan Roro Jonggrang.

Kedua kisah di atas memiliki alur cerita dan akhir yang serupa. Saat Roro Jonggrang dipinang oleh Bandung Bondowoso dia menolak dengan halus dengan cara mengajukan syarat untuk dibuatkan 1.000 arca dalam semalam. Syarat itu disanggupi, namun menjelang usai Roro Jonggrang mencuranginya dengan merekayasa seolah-olah waktu yang masih malam itu telah menjadi pagi, sehingga pekerjaan yang seharusnya selesai tepat waktu menjadi gagal dan kurang, karena marah maka Roro Jonggrang dijadikan patung sebagai pelengkap 1.000 arca yang dikehendaki.

Pada kisah kedua, Dayang Sumbi dilamar oleh anaknya sendiri Sangkuriang, dia juga berusaha menolak dengan mengajukan syarat dengan meminta dibuatkan bendungan dan sampan dalam waktu semalam. Sangkuriang menyanggupi dan pekerjaan pun hampir selesai tepat waktu. Namun lagi-lagi tokoh Dayang Sumbi mencuranginya dengan merekayasa waktu yang masih malam seolah-olah telah pagi. Sangkuriang marah besar dan menendang sampan yang hampir jadi itu, dan sampan yang jatuh tengkurap itu jadilah gunung “Tangkuban Perahu”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun