Mohon tunggu...
Abd. Ghofar Al Amin
Abd. Ghofar Al Amin Mohon Tunggu... wiraswasta -

|abd.ghofaralamin@yahoo.co.id|

Selanjutnya

Tutup

Politik

Beberapa Alasan SBY Tolak Naikkan Harga BBM

30 Agustus 2014   16:39 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:06 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SBY dan Jokowi usai lobi-lobi kenaikan harga BBM (Jurnal3.com)

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhrinya menolak permintaan presiden terpilih Joko Widodo untuk menaikkan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di akhir masa jabatannya. Hal itu disampaikan langsung oleh Jokowi yang menyatakan bahwa dirinya secara khusus telah meminta kepada Presiden SBY untuk menekan defisit APBN dengan menaikkan harga BBM, namun jawaban SBY menyatakan bahwa saat ini kondisinya dianggap masih kurang tepat untuk menaikkan BBM.

Terkait hal ini Jokowi sendiri menyayangkan langkah SBY tersebut. Sebab, ia merasa anggaran subsidi energi membebani APBN 2015, belum lagi anggaran yang disediakan demi membayar utang luar negeri. Jumlah alokasi subsidi energi dalam RAPBN 2015 mencapai Rp 433,5 triliun. Adapun jumlah alokasi untuk utang mencapai Rp 154 triliun. Jokowi memastikan, harga BBM akan dinaikkan saat dirinya menjabat sebagai presiden seusai 20 Oktober 2014 mendatang. Namun, dia tidak bisa menyebut bulan ke berapa harga BBM bakal dinaikkan.

Istilah “masih kurang tepat” memang tidak ada penjelasan yang lebih lengkap sehingga menimbulkan berbagai tafsir, analisa dan pro-kontra. Namun secara politis keengganan SBY menaikkan harga BBM saat ini dianggap sangat wajar. Berikut beberapa alasan “kewajaran” atas keengganan SBY menaikkan harga BBM;

1.Ingin Khusnul Khatimah; Jika SBY berani menaikan BBM di akhir masa jabatannya, maka citra SBY akan makin rusak. Dia akan turun dengan penuh cacian. "SBY tentu tidak ingin su'ul khatimah (buruk di akhir)," kata pengamat politik dari Universitas Parahyangan Bandung, Prof. Asep Warlan Yusuf kepada Rakyat Merdeka Online (Grup JPNN.com). SBY tidak bodoh, dia tidak akan mungkin mau kena getahnya, sedangkan yang menikmati citra dan kepopularan orang lain (Jokowi). Makanya, SBY dengan tegas menolak keinginan Jokowi. SBY ingin lengser dengan aman dan nyaman. SBY ingin mengakhiri semuanya dengan baik-baik saja. SBY ingin lengser dalam keadaan khusnul khatimah(baik di akhir). Memang setelah lengser keprabon SBY tidak akan nyalon lagi menjadi copras-capres yang butuh pencitraan, namun mengakhiri masa jabatan tanpa cacian jauh lebih penting bagi siapapun termasuk SBY.

2.Menyelamatkan Demokrat; Elektabilitas Partai Demokrat yang jeblok pada pemilu 2014 lalu(sepertinya) menjadi salah satu alasan SBY untuk tidak menaikkan harga BBM di akhir masa jabatannya ini. Jika SBY berani menaikkan harga BBM, tak hanya citra SBY yang buruk, citra Partai Demokrat juga bisa terjun bebas, jauh lebih buruk dari sebelumnya. Harapan SBY untuk kembali mengembalikan kejayaan Partai Demokrat atau sekurang-kurangnya tetap bisa mempertahankan partai besutannya itu akan menjadi sia-sia. Selain sejumlah kader partainya telibat kasus korupsi, empat kali menaikkan harga BBM selama masa kepemimpinannya jelas ikut berpengaruh terhadap elektabilitas partai bintang mercy itu.

3.Balas Dendam Ke Megawati; HubunganSBY-Megawati dan PDIP yang kurang harmonis dalam 10 tahun terakhir ini(bisa jadi) menjadi salah satu alasan SBY menolak menaikkan harga BBM di akhir masa jabatannya. PDIP yang selama ini menjadi partai oposisi dan paling getol menolak kenaikan harga BBM pada masa kepemimpinan SBY. Tercatat selama masa kepemimpinan SBY, terjadi empat kali kenaikan BBM yakni Maret 2005, Oktober 2005, Mei 2008 dan Juni 2013. Empat kali itu pula PDIP bersama Megawati menjadi penentang kenaikan harga BBM tersebut. Tindakan PDIP tentu telah banyak menerima “simpati” dari rakyat terbukti akhirnya partai berlambang banteng mencereng itu keluar sebagai pemenang pemilu sekaligus pilpres 2014, sementara SBY yang “berkali-kali” menaikkan harga BBM kala itu mendapat imbas sebaliknya, kurang disukai rakyat dan Partai Demokrat juga ikut terpuruk. SBY tentu tidak ingin dibenci rakyat untuk yang kesekian kalinya terlebih di akhir masa jabatannya. Masih menurut Asep, "Dalam bahasa obrolannya, SBY mungkin bilang, 'Anda dong yang menaikan BBM-nya. Biar nanti rakyat menjerit ke Anda, seperti yang saya alami dulu. Biar seri kita',". Keadaan tentu akan berbeda andaikan Megawati dan PDIP sebelumnya adalah bagian dari pendukung SBY, atau sekurang-kurangnya Megawati dan SBY tidak punya “hubungan” masa lalu yang kurang mengenakan. (sumber) Soal alasan yang sesungguhnya pasti Pak SBY yang lebih tahu.

Kebanyakan orang pastinya paham, mengapa Jokowi begitu ngotot menginginkan agar BBM dinaikkan sekarang oleh SBY. Dengan kondisi fiskal dan cadangan BBM bersubsidi yang tinggal sedikit lagi, mau tidak mau tahun ini harus ada penyesuaian. Jika kenaikan itu dilakukan pada era pemerintahan dirinya, maka Jokowi akan menghadapi gelombang penolakan besar. Euforia rakyat yang telah memenagnkannya pada pilpres lalu akan berlangsung singkat dan berubah menjadi ketidaksukaan.

Belum lagi lawan-lawan politik akan terus menyerang secara bertubi-tubi. Tingkat ketidakpuasan pada dirinya bisa langsung naik. Makanya, Jokowi mencoba menggunakan politik “nabok nyilih tangan” dengan meminta SBY yang menaikkan harga BBM. "Kalau SBY yang menaikkan, maka SBY-lah yang akan dicaci. Sedang Jokowi akan terima nikmatnya nanti. Dia justru akan makin popular dengan bisa menyalurkan uang hasil kenaikan BBM untuk program kerakyatannya," jelas Prof. Asep di sumber ini.

Mudah-mudahan analisa Prof. Asep dan juga pandangan pribadi penulis keliru, sehingga apapun selagi itu untuk kebaikan Indonesia tercinta kita ini, semua bisa menerima dengan lapang dada dan penuh keikhlasan. Untuk Pak SBY selamat menikmati masa pensiun, semoga Bapak benar-benar khusnul khatimah dan semoga Partai Demokrat tetap bisa menjadi salah satu penyambung lidah rakyat menuju Indonesia sejahtera. Untuk Pak Jokowi, selamat bekerja, keputusan menaikkan BBM nanti semoga tidak menggoyahkan kecintaan rakyat Indonesia kepadamu.. (Banyumas; 30 Agustus 2014)

Salam Kompasiana!

Sebelumnya ; Jilboooobs.........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun