Mohon tunggu...
abcde fghij
abcde fghij Mohon Tunggu... Atlet - wkdgqljbf;kf;enf

saya ingin mengerti...

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Jangan Berobat ke Dokter Pendukung Capres!

20 Februari 2019   11:44 Diperbarui: 20 Februari 2019   16:27 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai efek samping gemarnya saya mengikuti topik-topik terbaru di bidang kesehatan, saya banyak berteman dengan dokter-dokter. 

Tapi sayangnya teman-teman dokter saya ini banyak yang seperti kehilangan akal sehatnya begitu topik pembicaraan melenceng ke arah pemilihan presiden. Yang saya takutkan, kehilangan akal sehat ini juga merembet dalam pemilihan terapi bagi pasien-pasien mereka. 

Kan ngeri tuh, kalau kita berobat ke dokter , hanya karena kita mengenakan pakaian tertentu, lalu langsung diasumsikan sebagai pendukung capres A oleh si dokter yang pendukung si B. Walaupun menurut mereka sudah terikat oleh sumpah dokter untuk tidak membeda-bedakan pasien, tetap saja saya ngeri...

Contohnya teman saya... sebut saja dia seorang internis lulusan universitas lokal. Entah kenapa alumni-alumni internis dari universitas lokal ini juga kebanyakan merupakan alumni universitas akhirat. Itu yang bikin saya ngeri, kalau saya berobat ke mereka, sebagai wujud sayang mereka apakah mereka akan cepat-cepat mengirim saya ke almamater mereka? 

Teman saya satu ini untungnya walaupun dia berasal dari universitas lokal yang sama bukanlah alumni universitas akhirat. Tapi ruginya ternyata dia mengikuti pengajian eksklusif semasa waktu belajarnya sebagai internis  yang tidak disukai oleh sesama rekannya atau seniornya. 

Untungnya beliau masih bisa berpraktek di kota yang sama walaupun berbeda mazhab dengan rekan-rekannya yang alumni universitas akhirat.

Kembali ke soal pemilihan presiden, terus terang saya ngeri berobat ke dokter-dokter yang di media sosial terang-terangan mendukung salah satu calon. Apalagi yang sampe ikut membagikan hoax atau data palsu. Kalau sampeyan dokter dan bisa tertipu oleh hoax dan data palsu, bagaimana saya sebagai pasien bisa yakin kalo sampeyan ga ditipu oleh sales obat yang rajin gentayangan ke klinik sampeyan?

Apalagi dokter-dokter yang rajin dalam sehari minimal satu hoax atau share postingan berbau dukungan, saya jadi mikir jangan-jangan saya kelamaan nunggu di ruang tunggu dokter karena beliau lagi asyik mashuuk bales komentar atau klik like di medsos? 

Sialnya teman saya yang dokter ini juga teman saya di FB, jadinya saya bisa stalking teman-teman dokternya juga di FB ataupun media sosial lain. 

Makin tipis deh daftar dokter internis yang bisa saya kunjungin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun