Mohon tunggu...
Abby Onety
Abby Onety Mohon Tunggu... Guru - seorang guru yang berusaha menjadi blogger yang baik

Tenaga pengajar yang hobby traveling

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Melaka Kota Tua

4 Agustus 2018   12:09 Diperbarui: 4 Agustus 2018   12:10 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Tak kubiarkan malam yang eksotis di kota tua Melaka berlalu begitu saja.  Kumanfaatkan momen yang indah ini dengan duduk manis menikmati secangkir cappucino latte, diantara megahnya bangunan-bangunan tua dengan arsitektur Eropa.  Dipinggiran sungai Melaka yang berhias lampu warna-warni, rasanya seperti menikmati malam di Venesia.

Dua tahun yang lalu, saya berkunjung yang ketiga kalinya ke kota tua Melaka.  Tak pernah bosan mengunjungi kota tua yang kaya akan cerita sejarah.  Pesona  bangunan-bangunan tua yang bergaya Eropa adalah peninggalan Kerajaan Inggris, Portugis, Belanda, dan jaman Kesultanan Melaka.  

Selain menyukai wisata alam bebas, saya juga termasuk pelancong yang menyukai wisata heritage.  Keingintahuan saya tentang cerita masa lalu terbilang tinggi.  Melihat langsung bangunan tua peninggalan masa lampau, rasanya saat ikut terbang mengawang ke jaman itu hehehee.

Sebelum berkunjung ke Melaka saya melakukan  riset kecil-kecilan via om google, setidaknya saya harus tahu sedikit tentang destinasi tujuan agar tiba di lokasi, saya bisa beradaptasi dengan baik.

Melaka dibangun pada tahun 1396 oleh Parameswara yang berasal dari Palembang.  Tahun 1407, laksamana Cheng Ho mengunjungi Melaka.  Tahun 1509 pedagang Portugis datang dan tahun 1597 Belanda menyerang Melaka.  Tahun 1806 Inggris datang dan tahun 1942 Jepang mengambil paksa Melaka.  Tahun 1963, Melaka bergabung dengan kesatuan Malaysia.  Dipengaruhi oleh kebudayaan China, Portugis, Belanda, Inggris dan Melayu, menjadikan peninggalan bangunan dan kultur di Melaka sangat menarik hati bagi para penggemar sejarah.

dokpri
dokpri
Hhhmm, rasanya sudah tidak sabar ingin segera berada pada destinasi wisata tujuan.  Akhirnya saya menempuh penerbangan selama 3,5 jam dari Hasanuddin International Airport menuju Kuala Lumpur International Airport (KLIA).  Sampai di KLIA tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, saya menuju counter ERL membeli tiket dengan biayanya RM 35  untuk ERL Eksprees menuju KL Sentral.  Waktu perjalanan sekitar 35 menit.   

Selain ERL Eksprees, ada juga ERL transit dengan biaya sedikit murah hanya saja butuh waktu lebih lama karena harus transit di beberapa stasiun.  Bisa juga memilih bus untuk moda transportasi menuju KL Sentral.  Oh ya, KL Sentral adalah terminal terbesar di Kuala Lumpur.

Kuala Lumpur -- Melaka dapat ditempuh selama dua jam perjalanan darat dengan jarak tempuh kurang lebih 144 kilometer.  Naik bus Starsmart Eksprees dengan biaya RM 35 per orang dari KL Sentral-Melaka,  kita sudah dapat fasilitas yang nyaman dalam bus.  Turun di Melaka Sentral, lanjut lagi perjalanan dengan bus  Panorama Melaka menuju Ujong Pasir dengan biaya RM 1,5 per orang.  Perjalanan ini ditempuh sekitar 30 menit menuju Duntch Square.

Jika ingin menginap, disini terdapat banyak penginapan dari harga rendah hingga harga yang mahal.  Biaya hostel ada yang RM 50.  Tempat menginap banyak sekali berjejer di pinggiran sungai melaka dengan nuansa yang cukup nyaman nan romantis.  Tidak salah jika melaka masuk ke dalam list UNESCO sebagai World Heritage Site sejak 2007.

Nah, saatnya kita menyusuri kota Tua Melaka ke beberapa destinasi, diantaranya adalah: 

  • Dutch Square Kata orang, tidak sah datang ke Melaka klo blom berkunjung ke Dutch Square, disinilah tempatnya bangunan-bangunan tua dengan tembok yang berwarna merah tua, terawat sangat baik sehingga akan memesona pandangan mata. 
  • Gedung-gedung bersejarah yang berdiri di sekitar Dutch Square mulai dari Gereja St. Francis Xavier, Gereja Kristen Melka, Menara Jam Melaka, Museum Belia, serta sebuah bangunan yang dikenal dengan nama Stadthuys yang kini menjadi museum sejarah ethnograpi.
  • St. Paul.  Di kawasan ini berdiri sejumlah museum diantaranya adalah The Malay And Islamic World Museum, Museum UMNO, dan Museum Layang Layang.  Warisan masa lampau banyak terpajang di dalam museum-museum ini.
  • Benteng A Famosa.  Benteng A Famosa adalah sebuah benteng pertahanan penginggalan Portugis.  Bangunan ini bergaya Eropa yang tertua di Asia Tenggara.  Bangsa Portugis membangun benteng ini dengan tujuan untuk mengintai musuh jika saja ada musuh yang datang melewati sungai.  Tempat ini menjadi pintu gerbang dari benteng Portugis yang didirikan oleh Aponso De Albuquerque ketika ia berhasil menaklukkan kesultanan Melaka pada tahun 1511.

dokpri
dokpri
Benteng A Famosa adalah sebuah benteng pertahanan penginggalan Portugis.  Bangunan ini bergaya Eropa yang tertua di Asia Tenggara.  Bangsa Portugis membangun benteng ini dengan tujuan untuk mengintai musuh jika saja ada musuh yang datang melewati sungai.  Tempat ini menjadi pintu gerbang dari benteng Portugis yang didirikan oleh Aponso De Albuquerque ketika ia berhasil menaklukkan kesultanan Melaka pada tahun 1511.
  • Museum Kereta Api.  Di sini kita dapat menyaksikan langsung kereta api pertama yang di dalam museum kereta api ini dijual beragam suvenir cantik. 
  • Jongker Street.  Tidak jauh dari Dutch Square kita bisa berwisata lagi ke Jongker Street hanya menyeberangi sungai, kita sudah sampai.  Sungai yang disisinya berdiri megah bangunan-bangunan tua yang berhias lampu warna warni sangat indah dimalam hari. .  Joker Star adalah area penjualan oleh para pedagang atau biasa disebut Jongker Street untuk night market (pasar malam).  Untuk mengisi kampung tengah kami menuju jongker stra untuk mencicipi es cendol yang tergolong sangat nikmat dan rasanya berbeda dengan cendol-cendol lainnya.  Disini ada baba cendol RM 5 dan baba Laksa RM 5 dengan taburan bawang goreng dan irisan ketimun.  Toko-toko yang menjual barang antik.

dokpri
dokpri
  • Museum Maritim.  Museum maritim tidak jauh dari kincir angin.  Disini kita dapat melihat sebuah kapal kayu yang unik, katanya sih ini adalah replika kapal Flor De La Mar yaitu kapal Portugis yang tenggelam di selat Melaka.  Beragam benda-benda maritim peninggalan kesultanan Melaka ada disini.

dokpri
dokpri
  • Menara Taming Sari.  Pastikan anda tidak pobia ketinggian sebab kita akan menaiki menara dengan ketingiia hingga 110 meter.  Kita dapat menyaksikan Kota Melaka yang indah memukau  dari menara ini.  sampai di puncak, kabin akan memutar hingga 360 derajat sehingga kita bisa melihat seluruh kota Melaka. Bianya untuk menikmati menara ini sebesar RM 25.

  • Queen Victoria Mountain.
  • Tugu air mancur yang lebih dikenal dengan Queen Victoria Mountain menarik perhatian banyak orang.  Saya melihat tugu ini mirip dengan yang ada di Dataran Merdeka Kuala Lumpur. Namanya juga sama, "Air Mancur Ratu Victoria".

  • Melaka Art Galery.  Melaka Art Galery atau Balai Seni Lukis Melaka dibangun pada tahun 1931.  Beragam aneka souvenir hasil karya seni dipajang di tempat ini.  disini uga kita bisa membeli ole-ole 

dokpri
dokpri
Oh ya, disini ada pangkalan becak.  Becak hias adalah salah satu moda transportasi yang bisa menjadi pilhan untung berkeliling di kota Melaka sebelum masuk ke beberapa museum.   Menggunakan becak ini, kita dihibur iringan lagu-lagu ceria karena dilengkapi dengan sound system.

dokpri
dokpri
Cerita perjalanan ini pernah saya posting juga di blog saya http://www.abbyonety.com/2018/01/melaka-kota-tua-yang-sarat-nilai-sejarah.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun