Mengingat betapa berharganya sepak bola sebagai Manchunian, maka Liam bersama kakak kandungnya, Noel Gallagher, hanya diberi dua pilihan, yakni menjadi Citizens atau Red Army.
Keduanya pun memilih untuk menjadi penggemar berat City. Gallagher bersaudara ini bahkan sudah mengidolakan City sejak masih kecil. Mereka adalah produk asli Manchester, lahir dan dibesarkan di pusat kota Cottonpolis tersebut.
Tinggal di tengah kota Manchester lalu menjadi suporter City adalah sesuatu yang sangat wajar. Jika dibandingkan dengan Carrington, pusat dari United, lokasi itu terletak agak di pinggiran.
Faktanya, kota Manchester memang didominasi oleh fans The Sky Blues. Penggemar United diketahui malah kebanyakan dari luar Manchester.Â
Meski begitu, memutuskan sebagai fans City di pusat kota Manchester juga bukan suatu kewajiban.Â
Kendati bukan hal wajib, Gallagher bersaudara tidak pernah sekalipun berpaling ke klub tetangga, walau keduanya tumbuh dengan menyaksikan kejayaan luar biasa United ditangan Sir Alex Ferguson.
Kecintaan mereka kepada City semakin ditunjukkan selepas bermusisi dengan band Oasis. Liam bersama rekan-rekannya menginisiasi band tersebut, kemudian Noel masuk untuk melengkapi kebutuhan personel. Mereka menciptakan lagu bersama.
Terbukti, lagu-lagu Oasis menjadi playlist setia di markas City. Ambil contoh seperti Don't Look Back in Anger dan Wonderwall. Kedua lagu tersebut seringkali meramaikan awal dan pasca pertandingan City, hingga menjadi salah satu pengiring saat seremoni trofi juara.
"And so Sally can wait, she knows it's too late as we're walking on by. Her soul slides away, but don't look back in anger, I heard you say." -Don't Look Back in Anger by Oasis