Mohon tunggu...
Abby Crisma
Abby Crisma Mohon Tunggu... Lainnya - Hamba Allah Biasa | Anak'e Ibu | Citizens

Simply, writing for relaxing.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

100 Tahun Nahdlatul 'Ulama: Umat, Indonesia, dan Peradaban Islam Dunia

7 Februari 2023   14:10 Diperbarui: 1 Maret 2023   15:21 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 President of Indonesia, Joko Widodo, attended the 73th anniversary celebration of Muslimat NU (Photo by Antara/Wahyu via thejakartapost.com)

Di sisi lain, Raja Saud juga tidak menyetujui dengan praktik bermazhab -yang disandarkan kepada imam fiqih empat- di area kekuasaanya, di penjuru Arab Saudi. Usut punya usut, mereka ingin menerapkan paham Wahabi sebagai madzhab resmi kerajaan. 

Kebijakan tersebut pun segera diangkat sebagai bahan diskusi pada sebuah muktamar Islam global yang dikenal dengan Muktamar 'Alam Islami di Makkah. 

Bagi 'ulama Aswaja, sentimen anti-mazhab yang puritan seperti ini, cenderung akan meniadakan tradisi dan budaya yang telah berkembang di dunia Islam. Lebih buruknya lagi, tentu akan mengancam kemajuan peradaban Islam itu sendiri. 

Bukan hanya persoalan makam Nabi Saw. saja, peninggalan lainnya yang terintegrasi dengan Islam, baik berupa situs bersejarah ataupun adat istiadat, kemungkinan besar akan dimusnahkan juga oleh mereka. 

Dengan sampainya berita tersebut ke tanah Jawa, Al Magfurlah Al 'Arif Billah K.H. Wahab Hasbullah lantas berpikir untuk segera melakukan suatu tindakan. Jalan keluar yang dipilih kelak adalah dengan menyampaikan risalah dari 'ulama Nusantara secara langsung kepada Raja Saud melalu forum muktamar.

Adapun saran yang ditawarkan beliau adalah agar sistem bermadzhab di tanah Hijaz harus tetap diberi kebebasan .

Prosesnya sangat panjang dan tidak mudah untuk menuju kesana. Berbagai pendekatan dan diplomasi dari Mbah Yai Wahab ditolak berulang kali, sekalipun oleh para modernis Islam Indonesia pada saat itu, seperti H.O.S. Tjokroaminoto dan K.H. Mas Mansur.

Kondisi itu pun mendorong Mbah Yai Wahab untuk memutar otak. Akhirnya, beliau menentukan langkah strategis melalui pembentukan sebuah komite pada tahun 1926, yang tentu direncanakan agar bisa berangkat ke muktamar. Komite tersebut kemudian dinamakan dengan komite Hijaz. 

Setelah mendapat restu dari Mbah Hasyim Asy'ari, komite Hijaz dirasa sudah siap untuk dikirim ke muktamar. Komite tersebut berisikan 'ulama terkemuka sebagai delegasi, yakni Al Magfurlah Al 'Arif Billah K.H. Raden Asnawi Kudus. 

Namun masalah baru muncul. Komite ini ternyata tidak bisa dikirimkan ke Makkah begitu saja. Mereka tidak berhak mengikuti forum apabila tidak ada institusi atau organisasi yang menaunginya. Maka dari itu, singkatnya, didirikanlah organisasi bernama Jam'iyah Nahdlatul 'Ulama atas usul K.H. Mas Alwi bin Abdul Aziz.

Ikhtiar fisik dan batin dari para 'alim ulama Nusantara itu pun pada akhirnya berhasil mempertahankan warisan kebudayaan dan peradaban Islam yang telah lebih dulu diperjuangkan oleh Nabi Muhammad Saw., sahabat-sahabat beliau, dan para penerus beliau setelahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun