Mereka bagaikan gajah di seberang pulau, beritanya saja yang besar namun dampaknya tidak cukup kelihatan, apalagi kalau sudah dihadapkan dengan NU.Â
Seluruh masyarakat Indonesia kudu menjalin semangat persaudaraan tanpa memandang etnis, suku, ras, dan keyakinan. Apabila itu berhasil terlaksana, maka selama itu juga Indonesia akan tetap utuh dan terhindar dari konflik perbedaan, apalagi sampai perang saudara.
Tiap negara memiliki budaya, pola, dan ciri khas kehidupannya masing-masing, dimana sebagai penduduknya harus menghargai dan bangga atas perbedaan tersebut, tidak terkecuali bagi masyarakat Indonesia.
Kampanye-kampanye seperti ini lah yang menjadi ciri khas NU, yang terus digaungkan selama pengabdian mereka dalam menjaga keutuhan umat dan negara.Â
Setelah pemberdayaan dan peningkatan aspek keagamaan umat, keutuhan serta kedamaian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi prioritas utama NU. Tentunya, bukan belakangan ini saja kita mengenal NU yang seperti itu.
Bahkan dari 77 tahun lalu, sejak lahirnya Resolusi Jihad yang dikumandangkan oleh Almarhum Al Maghfurlah Al 'Arif Billah Syaikhul Akbar KH. Hasyim Asy'ari, sang pendiri organisasi Nahdlatul 'Ulama.Â
Meskipun anjuran jihad kala itu hanya ditujukan kepada para santri dan ulama ponpes untuk berperang melawan penjajahan, namun kini yang terpenting dari fenomena itu adalah esensinya.
Penerapan konteks resolusi jihad di era modern pada akhirnya tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan muslim atau dalam bentuk peperangan semata. Adapun kini, resolusi tersebut tertuang dalam harapan besar NU kepada seluruh lapisan masyarakat untuk tulus mencintai agama, bangsa, dan negaranya sendiri.Â
Karena memang, seringkali sesusah itu untuk menghendaki sesuatu apabila tidak dinisiasi ketulusan terlebih dahulu.Â
Ketulusan itu nantinya akan menumbuhkan perasaan bela dan memiliki, sampai pada puncak yang tertinggi adalah munculnya tawasuth dalam diri.
Kalau sudah seperti ini, segala bentuk provokasi yang mengatasnamakan SARA pun tidak akan sanggup menggoyahkan hati dan pikiran semua insan di negeri ini. Apalagi sampai menciptakan perpecahan dan kegaduhan, itu akan sulit terjadi.Â
Nahdlatul 'Ulama dan Perannya terhadap Peradaban IslamÂ
Bentuk pengabdian tersebut juga sekaligus menjadi upaya NU untuk menangkal paham-paham radikal, sebagaimana isu yang sempat ramai lagi di beberapa tahun terakhir. Kendatipun faktanya, pendirian NU sendiri sejak awal adalah upaya untuk mengantisipasi hal-hal yang terlewat radiks, yakni sebuah fanatisme beragama yang menolak keras tradisi.
Itu semua berawal saat pemerintah Dinasti Saud yang melarang aktivitas ziarah ke makam Rasulullah Saw., hingga berniat untuk meruntuhkan makam tersebut. Mereka menganggap bahwa semua itu adalah bid'ah dlolalah.