Mohon tunggu...
Abby Crisma
Abby Crisma Mohon Tunggu... Lainnya - Hamba Allah Biasa | Anak'e Ibu | Citizens

Simply, writing for relaxing.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pesona Jamur Tudung Pengantin, Pelengkap Biodiversitas Indonesia

4 Februari 2023   02:52 Diperbarui: 4 Februari 2023   18:20 1485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lalat hinggap di jamur tudung pengantin (A Photo by Chris Moody via iNaturalist)

Kali ini, penulis mencoba mengulas sedikit salah satu spesies jamur yang unik, yang dikenal dengan jamur tudung pengantin.

Jamur tudung pengantin, yang memiliki nama ilmiah Phallus indusiatus merupakan spesies jamur yang termasuk ke dalam makrofungi, karena badan buahnya dapat diamati langsung secara mata telanjang. Spesies ini digolongkan ke dalam famili Phallaceae, ordo Phallales, dan filum Basidiomycota. Adapun klasifikasi ilmiahnya adalah sebagai berikut [2]:

Kingdom      Fungi
Phylum         Basidiomycota
Kelas              Agaricomycetes
Ordo               Phallales
Famili            Phallaceae
Genus             Phallus
Spesies           Phallus indusiatus Vent. 1978

Selain diketahui sebagai P. indusiatus, jamur tudung pengantin juga memiliki beberapa sinonim, seperti Dictyophora indusiata dan Hymenophallus indusiatus [1].

Distribusi dan Nama Lokal

Jamur ini seringkali ditemukan hidup di kawasan beriklim tropis, namun ada beberapa juga dilaporkan di habitat tertentu yang beriklim subtropis. Persebaran spesies ini pun juga telah diketahui sangat luas, meliputi Amerika Tengah dan Selatan, Meksiko, China, Taiwan, Jepang, India, Australia, Malaysia, Singapore, hingga Indonesia [1, 7].

Karena tersebar di hampir seluruh belahan dunia, maka jamur ini memiliki beragam nama lokal. Dalam bahasa Inggris, jamur ini dikenal dengan bridal veil, veil lady, atau basket stinkhorn [1]. Adapun Zhu Sun dalam sebutan Tionghoa yang mengacu pada habitat jamur ini yakni di dekat bambu [6]. Sedangkan di Indonesia, sebagaimana yang kita tahu adalah tudung pengantin.

Morfologi Sederhana Jamur Tudung Pengantin

Yang unik dari jamur ini adalah keindahan dari struktur morfologinya. Apabila dikarakterisasi secara sederhana, ada beberapa hal yang dapat diamati dari badan buahnya (fruit body). Hal tersebut dapat diketahui dari gambar di bawah ini. 

Morfologi Badan Buah Jamur Tudung Pengantin (A photo by Tan Xing Zhi via wiki.NUS)
Morfologi Badan Buah Jamur Tudung Pengantin (A photo by Tan Xing Zhi via wiki.NUS)

Baca juga: Kegagalan

Badan buah jamur ini dapat tumbuh hingga 25 cm. Simpelnya, itu terdiri dari beberapa struktur yang tersusun menjadi satu kesatuan, meliputi volva di bagian pangkal, stalk/stipe yang merupakan batangnya, cap sebagai kepalanya, dan indusium yang menjadi penciri unik dari jamur ini. Struktur indusium tumbuh dari bawah cap, membentuk rok, gaun, atau kerudung berjaring. Indusium dapat memanjang ke bawah hingga 12 cm. Karena struktur itu, mengapa spesies ini disebut sebagai tudung pengantin [3, 7].

Persebaran Spora

Meskipun tudung/indusium tersebut menunjukkan kecantikan yang luar biasa, nyatanya jamur ini memiliki aroma yang kuat dan busuk. Aroma itu berasal bagian cap (kepala) dengan permukaan yang kasar bergerigi. Di bawah sana, tersimpan lendir coklat beroma busuk (seperti daging) yang mengandung spora [5].

Karena aroma busuknya yang khas, jamur ini akhirnya mendapat julukan lain yaitu stinkhorn.

Terlepas dari pesonanya, sebetulnya aroma tidak sedap itu adalah keuntungan bagi jamur tudung pengantin, mengingat dalam penyebaran spora jamur ini bergantung pada serangga. Aroma tersebut termasuk mekanisme fisiologis stinkhorn untuk mengundang sejenis serangga (umumnya lalat) agar dapat membantu jamur dalam proses penyebaran spora [5].

Lalat hinggap di jamur tudung pengantin (A Photo by Chris Moody via iNaturalist)
Lalat hinggap di jamur tudung pengantin (A Photo by Chris Moody via iNaturalist)

Serangga tersebut akan hinggap pada bagian cap dan mengonsumsi lendir, bersamaan dengan sporanya. Ketika serangga-serangga defekasi (buang air), spora akan keluar dan mulai berkecambah di area yang tentu selama kondisinya optimal untuk mendukung perkecambahan. Peristiwa ini yang mengakomodasi pertumbuhan dan persebaran lebih luas dari jamur tudung pengantin [5].

Karena penampakannya yang memesona dan aromanya yang sangat busuk, maka akan sangat sulit untuk melewati jamur ini begitu saja. Penampakan jamur tudung pengantin akan tampak sangat kontras dan jelas bila ditemukan liar di alam. Itu pun jika kalian beruntung. 

Hal tersebut lantaran periode tubuh buah jamur ini, yang seperti tudung pengantin tersebut, hanya dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karenanya, untuk bisa menjumpainya memang harus berada di waktu dan tempat yang tepat. 

Manfaat Jamur Tudung Pengantin

Manfaat dari jamur tudung pengantin juga sudah banyak dilaporkan oleh riset ilmiah. Jamur ini diketahui bersifat edibel (dapat dikonsumsi) dan terbukti memiliki nilai-nilai kesehatan sebagai bahan makanan, seperti kaya akan protein nabati, rendah kalori, menganding zat besi, kitin, zink, serat, asam amino esensial, vitamin, dan mineral. Stinkhorn juga berhasil dilaporkan dapat mengobati radang, sakit lambung, nyeri, batuk, disentri, hipertensi, hingga leukimia [4].

Akan tetapi di Indonesia, jamur ini belum dibudidayakan secara maksimal. Sedangkan di luar sana, terutama di China, jamur ini berhasil dibudidaya dengan mudah dan telah dipasarkan secara komersial. Harga perkilonya dilaporkan bisa mencapai 10-20 US dolar. Padahal, stinkhorn dahulu adalah bahan makanan berharga dan langka [4]. 

Mereka biasanya memanfaatkan jamur ini sebagai bahan campuran berbagai menu kuliner, seperti semur ayam, sup ayam, tumisan, atau bahkan digoreng kering biasa [4, 7].

Referensi:

[1] Cabral, T. S., Silva, B. D., Martín, M. P., Clement, C. R., Hosaka, K., & Baseia, I. G. (2019). Behind the veil–exploring the diversity in Phallus indusiatus sl (Phallomycetidae, Basidiomycota). MycoKeys, 58, 103.

[2] GBIF Secretariat (2022). Phallus indusiatus Vent. in GBIF Backbone Taxonomy. Checklist dataset https://doi.org/10.15468/39omei accessed via GBIF.org (Diakses 03/02/2023).

[3] Kuo, M. (2011). Phallus indusiatus. [Online]. https://www.mushroomexpert.com/phallus_indusiatus.html (Diakses 04/02/2023)

[4] Sitinjak, R. R. (2017). The Nutritional Content of the Mushroom Phallus indusiatus Vent., which Grows in the Cocoa Plantation, Gaperta-Ujung, Medan. Der Pharma Chemica, 9(15): 44-47.

[5] Tuno N. (1998) Spore dispersal of Dictyophora fungi (Phallaceae) by flies. Ecological Research, 13: 7–15.  

[6] Ying J, Mao X, Ma Q, Zong Y, Wen H (1987). Icones of Medicinal Fungi from China. Beijing: Science Press. p. 471.

[7] Zhi, T. X. dan Ian, J. H. K. (2019) Phallus indusiatus-Bridal veil stinkhorn. [Online]. https://wiki.nus.edu.sg/display/TAX/Phallus+indusiatus+-+Bridal+veil+stinkhorn#Footnote6 (Diakses 04/02/2023).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun