Mohon tunggu...
Abby Crisma
Abby Crisma Mohon Tunggu... Lainnya - Hamba Allah Biasa | Anak'e Ibu | Citizens

Simply, writing for relaxing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menjadi Diri Sendiri

16 Januari 2023   14:37 Diperbarui: 14 Februari 2023   12:43 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
An illustration (Srihari Jaddu via Pexels.com)

Selama perjalanan, dia selalu memikirkan hal yang itu-itu saja. Sampai merasa, bahwa nasihat untuk menjadi diri sendiri adalah omong kosong belaka. 

Ia bertanya-tanya, memang ada seseorang yang ingin menjadi dirinya. Pasti tak ada satupun. Maksudnya, apa mereka mau, menghendaki hidupnya seperti keadaan Dirman yang sekarang ini. Bahkan, diri Dirman sendiri pun tak mau.

Mimpi-mimpinya kandas. Perasaaan kecewa pun kadang dilampiaskan kepada sesuatu yang tidak seharusnya. Atas nama nasib, ia terkadang mengumpat kepada Tuhan semesta alam, meskipun seringkali, hatinya sejenak bergetar. Benda itu masih sensitif, sebagai tanda masih adanya sedikit ketakwaan.

***

"Helo mister, gud morning mister. Haw ar yu tude?"

"Oh hello, morning. I'm doing good."

Dua patah kalimat yang Dirman temukan dalam perjalanan, dari dua orang dengan perbedaan yang sangat kontras. Pertama, si Penanya dengan logat medok jawa, hanya seorang penduduk desa yang ndeso. Kumuh dan dekil, seperti visualisasi kebanyakan orang terhadap penduduk desa kuno yang seharian bekerja di sawah. 

Berbanding terbalik dengan si Penjawab. Dia blasteran Italia dan Indonesia, cukup tinggi dan tampan. Kemapanannya tidak diragukan lagi. Ia memperoleh warisan dari keluarga bule-nya dan pergi menjauh dari hiruk pikuk kehidupan perkotaan bersama istri mudanya. Sekarang, di sini lah ia tinggal, di perkampungan terasing yang bahkan Dirman sendiri tidak ingin menetap.

Dirman memang tidak ingin bertahan di sana, namun ia ingin menjadi seperti si pria blasteran itu. Pria tersebut menjadi role model baginya. Sampai seringkali, Dirman berlebihan merefleksikan nasib dan kehidupannya terhadap pria tersebut.

"Bakalan seperti apa ya kalau hidupku bernasib sepertinya, pasti aku bisa beli ini dan itu, melakukan apa saja yang aku mau," lamunan Dirman.

Sudah basi untuk menjadi diri sendiri, dengan perjalanan hidup yang dialalui Dirman sejauh ini. Dia hanya ingin menjadi orang lain, sepenuhnya seperti si pria blasteran. Menikmati hidup dengan materi dan keleluasaan yang dia punya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun