Sebelum keluar, dia ingin menyapu lantai terlebih dahulu dengan sapu yang tergantung pada paku di dinding kamar. Paku itu tertancap dalam, bahkan hanya seperempat saja yang tampak di permukaan.
Sontak, teriakan keras pun terdengar
"Mengapa kau menyakitinya?"
Ternyata suara Dean. Disitu adalah kamarnya, cuma dia satu-satunya di dalam sana. Tepat saat itu, dia marah campur sedih tanpa beralasan jelas. Dia pun mengelus tembok di sekitar tertancapnya paku sembari menenangkan.
"Bukan masalah, paling tidak kalian tak kan pernah terpisahkan," bisik Dean terbata-bata pada tembok, diringi sesegukan tangis.
Diambilnya saja sapu yang tergantung dan mulai membersihkan lantai kamar. Dia kumpulkan kotoran pada satu sisi, dekat dengan pintu. Kotoran itu perlu dimasukkan ke kantong plastik sebelum dibuang keluar.
Kresek hitam banyak tersimpan di loker lemarinya. Lemari itu terbuat dari kayu jati, satu pintu, namun dalamnya bertingkat tiga. Adapun kresek tersebut berada di paling bawah.
"Huft...," keluhnya sambil membungkuk dan menengok keberadaan kresek.
Dia bertanya dalam hati, "Mana kreseknya?"
"Apa mereka juga meninggalkanku," lanjut dalam batinnya.
Alhasil dibiarkan begitu saja debu-debu yang sudah terkumpul, lalu ditindihnya dengan sapu yang usai digunakan tadi. Atas semua kejadian tersebut, suasana hati Dean semakin rusak, perasaannya kacau. Oleh karenanya, dia putuskan untuk menggagalkan rencana yang pertama.