Area otak yang bertanggung jawab untuk mengkodekan nilai selama konsumsi-sering disebut sebagai nilai " experienced," "outcome," atau "liking"-tumpang tindih dengan impuls saraf yang mengkodekan nilai pada saat pengambilan keputusan. Mereka mungkin bekerja bersama-sama dengan daerah otak lain yang bereaksi terhadap isyarat yang berkaitan dengan makanan dan reward lainnya, terutama yang utama, termasuk amigdala dan insula. Selain itu, isyarat sensorik-khususnya rasa dan aroma makanan yang benar-benar menggugah selera-memiliki dampak yang signifikan terhadap aktivitas di wilayah ini.
Pada tingkat neurotransmitter, sistem dopaminergik tampaknya memainkan peran penting dalam mengkodekan nilai pada saat memilih. Neuron dopaminergik di otak tengah terkenal dengan perannya dalam hal hedonis, motivasi, dan penguatan. Misalnya, makan makanan yang enak akan meningkatkan nilai makanan tersebut dalam sistem memori otak ketika rasa makanan tersebut menyenangkan atau lebih baik dari yang diantisipasi. Hal ini menyebabkan dopamin dilepaskan. Seseorang mungkin terbiasa memilih Tahu bulat daripada sayur bayam setiap hari di siang hari karena peningkatan sinyal dopaminergik yang disebabkan oleh konsumsi makanan yang menggugah selera.
Ini menunjukkan bahwa pemberian sinyal dopamin memiliki peran yang lebih penting pada individu untuk makanan tertentu yang bermanfaat dan, dengan demikian, dalam menentukan nilai yang dimau daripada dalam mengingat kenikmatan rasa dari mengonsumsi makanan yang bermanfaat dan, akibatnya, dalam menentukan nilai hasilnya.
Adiksi alias Kecanduan
Dalam deskripsi klinis dari pola makan yang tidak normal, kecanduan makanan adalah masalah yang sering muncul. Namun, kecanduan makanan belum diakui sebagai gangguan makan (eating disorder) dan tidak termasuk dalam kriteria diagnosis DSM-5 atau ICD-11. Kecanduan makanan dapat dianggap sebagai gangguan perilaku yang berkaitan dengan kontrol inhibitori dan reward otak dalam psikologis dan neuroscience. Jika seseorang mengalami kecanduan makanan, mereka dapat mengonsumsi makanan tertentu secara berlebihan dan tidak dapat menghentikannya, meskipun ini dapat berdampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan mereka. Faktor-faktor lingkungan, emosional, dan kognitif yang berkaitan dengan makan juga dapat menyebabkan kecanduan makanan[3].
Obesitas
Merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama. Penilaian makanan sangat penting untuk keputusan kita sehari-hari tentang apa yang akan dimakan. Obesitas dan masalah makan sering kali dihubungkan dengan penilaian makanan yang tidak berfungsi.