Mohon tunggu...
Muhamad Habib Koesnady
Muhamad Habib Koesnady Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Teater

Mempelajari Seni

Selanjutnya

Tutup

Seni

Catatan Kurasi Festival Teater Pelajar Jakarta Pusat tahun 2024

7 Juli 2024   02:49 Diperbarui: 7 Juli 2024   08:12 2146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teater Lima | foto: Dany Oki Darmawan/ATAP

Asosiasi Teater Jakarta Pusat bersama dengan Suku Dinas Kebudayaan Kota Jakarta Pusat mengadakan Kurasi Festival Teater Pelajar Jakarta Pusat pada 27, 29 & 30 Juni 2024 di Gedung Pusat Pelatihan Seni Budaya (PPSB) M. Mashabi Jakarta Pusat. Kurasi ini adalah seleksi bagi calon peserta Festival Teater Pelajar Jakarta Pusat. Peserta kurasi ini adalah para kelompok/ekstrakurikuler teater yang ada di sekolah-sekolah SMA/SMK/MA di wilayah Jakarta Pusat. 

Kurasi diikuti oleh 14 grup peserta, yaitu: 

1. Teater One Mad - SMA Taman Madya (Ayahku Pulang karya Usmar Ismail)
2. Teater Relief - SMK Ksatria (Taplak Meja karya Herlina Syarifudin)

3. Teater Dua Gambir - SMKN 2 Jakarta (Dukun-Dukunan karya Moliere adaptasi Puthut Buchori)

4. Teater Tosla - SMAN 68 Jakarta (Nurlela karya Harya Sastra Putera)

5. Teater Reptil - SMKN 38 Jakarta (Senja dengan Dua Kelelawar karya Kirdjomulyo)

6. Teater of Douven - SMAN 77 Jakarta (Tuyul Anakku karya WS Rendra)

7. Teater Ganar - SMAN 27 Jakarta (Kupetik Mimpi Untukmu karya Boby Faisal)

8. Senjakala Teater - SMKN 39 Jakarta (Rompon Skoupidion karya M Akbar Safari)

9. Triple X Teater - SMAN 30 Jakarta (Sidang Iblisi karya H. Mochtar Sum)

10. Teater Teduh - SMAN 20 Jakarta (Wek-Wek karya Djadoeg Djajakoesoema)

11. Teater Nibras - MA Istiqlal (Nyonya-Nyonya karya Wisran Hadi)

12. Teater Atlas - SMKN 14 Jakarta (Adolescent karya Xoleil Y. Z.)

13. Teater Lima - SMAN 5 Jakarta (Catatan Akhir Sekolah karya Fadhiilah S. Nuraini)

14. Teater Bengkel Mutu - SMK Muhammadiyah 1 (Masa Depan Aisyah karya Umar Karya Triyono)


Dari keempatbelas grup calon peserta FTP Jakarta Pusat, dipilih 10 grup yang akan menjadi peserta Festival Teater Pelajar Jakarta Pusat tahun 2024. Mereka mementaskan potongan pertunjukan berdurasi 15 menit dengan 5 unsur penilaian, antara lain: Pemeranan, Artistik, Penyutradaraan, Pemahaman Konsep, dan Potensi Pertunjukan. Sebagian besar pertunjukan disutradarai pelajar (?), namun beberapa kelompok disutradarai oleh pelatihnya langsung. 

Konsekuensi Memilih Teater Musikal

Secara bentuk, dari 14 kelompok peserta kurasi, ada 6 kelompok yang memilih bentuk Teater Musikal--atau, teater yang didominasi oleh musik, nyanyian & tarian. Kelompok-kelompok tersebut antara lain Teater Relief (Taplak Meja karya Herlina Syarifudin), Teater Tosla (Nurlela karya Harya Sastra Putera), Teater of Douven (Tuyul Anakku karya WS Rendra), Teater Ganar (Kupetik Mimpi Untukmu karya Boby Faisal), Senjakala Teater (Rompon Skoupidion karya M Akbar Safari), dan Teater Lima (Catatan Akhir Sekolah karya Fadhiilah S. Nuraini). 

Teater Musikal adalah bentuk seni pertunjukan teater yang menggabungkan unsur akting, nyanyian, & tarian. Ketiga unsur tersebut mesti hadir tanpa kompromi. Di saat yang sama, harus memiliki kesadaran bahwa Teater Musikal adalah seni pertunjukan teater, dan memiliki dramaturgi di dalamnya. Ketika memilih bentuk Teater Musikal, maka konsekuensinya adalah harus memiliki pemahaman dan kemampuan di bidang-bidang tersebut. 

Banyak dari para kelompok yang menampilkan Teater Musikal masih terjebak pada nyanyian dan tarian berkelompok saja. Mengabaikan sisi penokohan, penceritaan & unsur lainnya. Misalnya, di dalam sebuah pertunjukan, diceritakan ada tokoh A dan tokoh B yang bermusuhan, lalu ada adegan musikal tetapi tokoh A & B tiba-tiba bernyanyi & menari bersama melupakan alur cerita dan penokohan yang telah dibangun sebelumnya. Perbedaan kedudukan tokoh pun akhirnya lenyap.

Di luar penokohan, secara pemeranan juga terkadang hilang atau menipis. Misalnya tokoh C diceritakan menjadi orang tua. Dengan teknik akting yang dimiliki, pemeran memerankan tokoh sesuai dengan penokohan/cerita. Lalu tiba-tiba ketika menari & bernyanyi, pemeran C tidak lagi menjadi tokoh C yang tua. Tetapi menjadi dirinya sendiri. Dalam konteks teater remaja, ia menjadi remaja yang sedang menari & bernyanyi saja, serta mengabaikan tokoh yang seharusnya ia mainkan. Unsur akting/pemeranan-nya hilang/melemah. Padahal seharusnya unsur akting ketika sedang bernyanyi & menari tidak hilang. Justru harusnya malah menguat. Banyak ditemui hal-hal seperti ini dalam Teater Musikal. Adegan musikal berkelompok hanya terlihat seperti pertunjukan boy/girl band: bernyanyi dan menari, dengan mengabaikan unsur akting/pemeranan. Teater Lima memiliki kecenderungan ke sana. Hampir semua adegan yang ditampilkan adalah tarian & nyanyian berkelompok.

Teater Lima | foto: Dany Oki Darmawan/ATAP
Teater Lima | foto: Dany Oki Darmawan/ATAP

Adegan musikal berkelompok dilakukan dengan cukup baik oleh Senjakala Teater & Teater Ganar. Meskipun baru "cukup" dan masih ada kekurangan pada wilayah pemeranan, namun potensi yang ada sudah bisa dijadikan modal. Selain adegan berkelompok, Teater Musikal memungkinkan melakukan dialog satu-dua orang dengan nyanyian. Adegan seperti ini belum banyak dilakukan. Pun jika ada, dialog yang dinyanyikan secara individual belum cukup panjang. Teater of Douven menggunakan teknik ini lebih baik dibanding yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun