Mohon tunggu...
Muhamad Habib Koesnady
Muhamad Habib Koesnady Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Teater

Mempelajari Seni

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Panggil Kamu Wanggi, Bukan Gombloh!

4 Desember 2022   00:30 Diperbarui: 4 Desember 2022   00:48 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika para aktor dialog memulai latihan vokal dari nol---karena karakter vokalnya lebih umum, Wanggi justru sudah ada di poin 9. Namun poin 9 tersebut adalah poin 9 sebagai Wanggi, bukan sebagai Gombloh. Untuk menjadi Gombloh, ia harus menghancurkan dahulu karakter vokalnya sebagai Wanggi.

Harus meng-nol kan vokalnya. Menghilangkan Wanggi dalam vokalnya, dan memulai membentuk karakter vokal Gombloh dari nol. Jalannya lebih Panjang. Terlebih lagi, Gombloh adalah tokoh sejarah yang riil---yang mengharuskan Wanggi melakukan semacam copy-paste. Bukan seperti tokoh-tokoh khayalan yang tidak riil. Karena jika Wanggi membawakan tokoh khayalan yang tidak riil, sebagai aktor Wanggi punya keleluasaan lebih dalam menciptakan tokohnya. Dalam peran Gombloh, Wanggi tidak memiliki keleluasaan itu.

 

Diam sebagai Gagasan atau Hanya Sebatas Pilihan Bentuk?

Sejak 2004 Wanggi sudah menjadi aktor pantomim. Terbentang waktu 18 tahun Wanggi melakukan eksplorasi pantomim. 

Tahun 2011 adalah tahun terakhir Wanggi menjadi aktor dialog dalam pementasan berjudul Syekh Siti Jenar karya Vredi Kastam Marta, Sutradara Wail Irsyad. Sebelas tahun Wanggi "diam" tanpa kata, hingga akhirnya pada 2022 Wanggi memutuskan untuk menerima tawaran bermain monolog, menjadi aktor dialog, dalam monolog Panggil Aku Gombloh.

 Pertanyaan yang cukup bikin saya kepo adalah: "diam"-nya Wanggi dalam konsep pantomim---yang ia lakukan dalam 11 tahun terakhir---adalah sebuah gagasan atau hanya sebatas pilihan bentuk teater? Pasca-Gombloh, apakah Wanggi akan "berhenti diam" dan mulai berkata-kata?

Sumber: @wanggihoed (Instagram)
Sumber: @wanggihoed (Instagram)

Selain dikenal sebagai aktor pantomim, Wanggi juga dikenal karena kegiatan aktivismenya. Ia menggunakan pantomim untuk menyuarakan sesuatu. Pantomim menjadi cara Wanggi menyerukan isu-isu sosial, budaya, dan hak asasi manusia (HAM). Mulai dari isu pencemaran lingkungan, perlindungan satwa liar, hingga pelanggaran HAM berat. 

Wanggi tidak "berbicara" tetapi dapat menyuarakan sesuatu. Diam dalam pantomim adalah justru cara Wanggi untuk bicara. Diam dalam bentuk pantomim yang Wanggi pilih justru dapat dimaknai sebagai bentuk protes yang melampaui kata, melampaui teriakan. Diam jadi semacam opsi, pasca kata-kata diabaikan.

Tadinya saya mau bilang, bahwa diam dapat jadi alternatif ketika kata-kata dibungkam. Tapi tidak jadi deh, karena tiba-tiba saya ingat, bahwa Wanggi pernah ditangkap polisi karena melakukan "aksi diam" alias pantomim. Meski begitu, artinya diam dalam pantomim cukup efektif dalam melakukan interupsi terhadap suatu isu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun