Tanggal 30 Oktober diperingati sebagai Hari Oeang Republik Indonesia. Dalam rangka peringatan tersebut, berbagai kegiatan pun dilakukan termasuk kegiatan kerelawanan Kemenkeu Mengajar. Ini kali ketiga saya menjadi relawan Kemenkeu Mengajar dan dua kali menjadi relawan pengajar. Banyak hal menarik dan berbeda bagi saya ketika mengajar di angkatan ketiga kali ini.
Pertama, sebelum penyelenggaraan acara Kemenkeu Mengajar, cukup banyak agenda dari internal Kementerian dengan tingkat persiapan yang tidak dapat dikatakan mudah. Sebut saja pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali yang levelnya sudah mendunia. Yang lain adalah dukungan kegiatan nasional seperti Asian Games dan Asian Para Games 2018.
Lebih jauh, tak hanya harus sibuk menyiapkan berbagai acara tersebut, kondisi bencana nasional juga turut menyita perhatian. Tak sedikit para relawan dan pegawai Kementerian Keuangan yang berada di lokasi bencana yang memiliki keterbatasan namun tetap memiliki semangat tinggi. Saya melihat kondisi ini menjadi salah satu pemacu semangat bagi relawan lain yang masih dalam kondisi aman dan tak terdampak bencana.
Yang menarik, tahun ini saya memilih Kota Tangerang sebagai salah satu tempat Kemenkeu Mengajar. Memang posisinya tak jauh dari pusat ibu kota. Sengaja saya pilih karena bisa menjadi indikator bagi saya untuk mengukur  seberapa tinggi tingkat kemajuan pendidikan di sekitar daerah metropolitan.
Hasilnya? Saya cukup terkejut ketika siswa siswi di tempat saya mengajar sangat antusias dan aktif. Saya coba bertanya kepada beberapa guru. Memang selain kurikulum yang mendukung untuk meningkatkan interaksi siswa di kelas, anak-anak jaman sekarang memiliki lebih banyak pengetahuan nonkelas. Sang guru pun mengiyakan. Menurut beberapa guru, hal itu merupakan dampak positif dari penggunaan internet yang turut membantu perkembangan pengetahuan dari para murid. Sebagian besar murid memperoleh pengetahuan di luar kurikulum kelasnya dari sumber internet.
Saya mengamini semua informasi tersebut. Dalam kelas yang saya ajar, mayoritas siswanya aktif bertanya dan berdiskusi. Tak hanya itu, di kelas empat pun, berbagai pengetahuan yang seingat saya diajarkan di kelas lebih tinggi pun sudah lancar mereka jawab. Sebut saja ibu kota negara-negara di Amerika Latin. Ketika saya tanya cita-citanya pun, mereka dengan jelas mengatakan profesi yang jarang saya dengar diucapkan oleh anak-anak seusianya. Misalnya saja profesi arsitek, desainer, engineer, astronot, researcher dan sebagainya.
Tak hanya itu, mereka juga paham siapa Presiden dan beberapa Menteri dalam Kabinet Kerja. Tentu saja, Menteri Keuangan merupakan sosok wajib yang harus mereka kenal. Hal ini dikarenakan dalam Kemenkeu Mengajar, setidaknya para relawan pengajar memiliki tugas untuk memberikan edukasi dan inspirasi kepada para murid yang salah satunya dengan melalui pengenalan peran dan profesi yang ada di Kementerian Keuangan.
Pertama adalah meningkatkan kepedulian sosial dengan dasar kerelawanan (social movement) di lingkungan Kementerian Keuangan. Kedua, meningkatkan kebanggaan dan rasa memiliki (institutional ownership) bagi para pegawai. Terakhir adalah meningkatkan awareness pelajar di tingkat pendidikan dasar terhadap peranan negara, khususnya Kementerian Keuangan.
Menyasar generasi milenials, Kemenkeu Mengajar memiliki tujuan mengenalkan peran Kementerian Keuangan dalam pemerintahan kepada generasi muda pelajar di tingkat sekolah dasar. Kenapa dipilih sekolah dasar? Hal ini penting mengingat edukasi terkait APBN di tingkat sekolah dasar masih sangat minim.
Lebih dari itu, kegiatan Kemenkeu Mengajar juga bertujuan untuk mendekatkan institusi pemerintahan kepada masyarakat. Di sisi lain, Kemenkeu Mengajar dapat dimanfaatkan menjadi sarana menjaga stabilitas worklife balance dan menumbuhkan semangat kerelawanan bagi pegawai Kementerian Keuangan.
Tercatat, Pada 2017, Kemenkeu Mengajar melibatkan sebanyak 36.514 pelajar di 138 sekolah di Indonesia. Sekolah-sekolah tersebut tersebar di 51 Kota pada 28 Provinsi di Indonesia. Sementara itu, relawan pengajar yang terlibat dalam kegiatan ini adalah sebanyak 2.682 pegawai Kemenkeu yang berdinas di seluruh Indonesia.
Kegiatan ini pun memperoleh sambutan yang baik di masyarakat. Tidak hanya terlihat dari komentar Bapak/Ibu Gurunya, namun dari para Orang Tuanya pula menganggap program ini merupakan program yang baik. Dari sisi media pun pada 2017, tercatat 77 berita yang mengulas kegiatan ini dengan tone positif dengan coverage hingga 100 persen.
Diharapkan, dengan pola-pola komunikasi berbasis komunitas kerelawanan seperti ini akan dapat menciptakan generasi masa depan yang tidak hanya sadar untuk mengkritisi pemerintah, namun juga turut membangun birokrasi yang bersih dan bermartabat. Tak luput, dengan semakin sadar dan paham akan keuangan negara, para murid diharapkan dapat menjadi cikal bakal para pahlawan bangsa dengan cara membayar pajak dengan jujur dan patuh.
***
Abdul Aziz (Prahum Biro KLI Kemenkeu)
*) Tulisan ini adalah pendapat pribadi penulis dan tidak mencerminkan sikap dan kebijakan instansi penulis bekerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H