Serunya ber"DAWAY" bareng Kang Cepot
Kang Cepot, dengan muka merah dan baju pangsi hitam serta ikat kepala sekaligus rambut gondrongnya, siapa yang tidak mengenalnya ? Di tatar Sunda sudah sangat kesohor karena banyolan serta tingkah yang lucu.
Sebelumnya kita kenalan dulu dengan Kang Cepot ya kompasiner. Mengapa begitu tenar ?
Kalau tidak salah polah Kang Cepot menjadi "viral saat itu" tatkala kaki kanan keluar, padahal yang saya tahu Kang Cepot tidak pernah mengeluarkan kaki, alias tidak mempunyai kaki. Kemahiran Sang Dalang lah yang memainkan kaki Kang Cepot seolah gerakan kaki beneran. Diantaranya adalah menendang.Â
Menari dengan gaya aneh di luar kebiasaan orang Sunda pun ditampilkan, ditambah celoteh khas sambil dagu didorong ke atas. Sangat cocok hanya untuk pewayangan.
Hal lain yang membuat kesohor lainnya adalah mulut yang bisa di buka dan di tutup. Kembali piawai Sang Dalang memainkan boneka kayu Kang Cepot seolah aktif berbicara dengan gerakan mulut yang sesuai.
Berkat Sang Dalang yang piawai memainkannya dan pesan moral yang disampaikan.
Dalang Bapak Asep Sunandar Sunarya saat itu, Â yang membuat gebrakan visioner sehingga tokoh wayang yang satu ini menjadi sangat terkenal. Ditunggu kehadirannya dalam setiap pagelaran wayang.
Kang Cepot dengan segala ketenaran sekaligus juga yang humoris apalagi dengan celotehan yang buat pecintanya betah berlama-lama menanti, dimanfaatkan pula untuk berbagi dan atau mengajak penonton untuk melakukan hal-hal baik.
Pesan moral Sang Dalang yang dibawakan oleh Kang Cepot sangat cepat direspon oleh masyarakat Sunda. Jadi tak heran Sang Dalang akan senantiasa membawa amanah dari hati nuraninya. Ditambah pembawaan kocak dan kekinian, terkadang sindiran tajam pun tak terasa "pedas" diterima oleh masyarakat Sunda.
Boleh dibilang Kang Cepot pun, beberapa kali tampil dalam satu gelaran wayang, bisa masuk arena berdakwah.
Setelah Pak Asep Sunandar Sunarya meninggal, maka gaya berdakwah Kang Cepot menginspirasi generasi muda kaum millenial. Kembali menggunakan kesenian dalam berdakwah, khususnya mengambil tokoh Kang Cepot. Dikenal dengan nama Daway, Dakwah Wayang.
Daway alias Dakwah Wayang masih tetap eksis
Kang Cepot kekinian ikut juga berdakwah ? Ya, sangat mungkin demikian, meneruskan jejak Sang Dalang sebelumnya. Sosok boneka kayu yang mudah dikenali, namun kehandalan Sang Dalang menjelma menjadi tokoh yang legendaris. Serba bisa, termasuk bicara serius pun bisa.
Kebetulan ada kegiatan peringatan Maulid di lingkungan RT 09 RW 20 Komplek Permata Biru, tempat saya dan keluarga menetap. Pemateri datang berdua. Satu orang sudah saya kenal, karena rumahnya persis di depan rumah saya, namanya Kang Rahmat. Teman beliau yang satu lagi bernama Kang Ruslan.
Keduanya sebagai pemateri. Kang Ruslan berperan sebagai Sang Dalang untuk Kang Cepot. Kang Rahmat berperan sebagai Ustad. Beliau memang Ustad beneran.
Saat itu memang menyaksikan Kang Cepot menjelma menjadi dai kondang. Tetap bernama Cepot walau status sosial berubah menjadi ustad.
Berdua ber-daway. Dialog interaktif Kang Cepot dengan Kang Rahmat dalam rangka menyampaikan pesan moral terkait acara mualidan. Mengajak hadirin untuk lebih dekat dengan Nabi Muhammad. Menyampaikan pesan Baginda Nabi agar menjadi insan yang paling banyak manfaatnya bagi sesama.
Kehandalan Sang Dalang yang memang guru ngaji, memainkan boneka kayu Kang Cepot layaknya Dalang profesional menjadikan Kang Rahmat seolah berbincang tentang agama yang menyenangkan. Boneka kayu yang kaku menjadi boneka yang bisa ngobrol bareng Kang Rahmat, bersholawat, serta berceloteh juga.
Dengan ajakan bersholawat, maka hadirin pun ikut bersholawat bersama Kang Cepot. Kang Rahmat dan Kang Cepot pun tak lupa menyampaikan ajakan untuk senantiasa berbuat baik kepada Orangtua, Guru, juga siapa pun di lingkungan kita.
Acara Maulidan di luar kebiasaan, menjadi lebih akrab. Tujuan penyelenggraan pun tercapai. Hadirin seakan terpuaskan dengan materi. Khusus anak-anak seolah mendapat tontonan istimewa. Padahal hanya boneka kayu Kang Cepot.
Di akhir acara tak pelak anak-anak kecil tersebut mengerumuni Kang Cepot. Ada yang memegang kepalanya, rambutnya yang gondrong, juga berusaha memainkan seperti Dalang, ada juga yang terdiam melongo kagum dengan boneka kayu Kang Cepot.
Demikian, semoga bermnfaat. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H