Manusia dalam proses penciptaannya membawa semua informasi genetik secara totalitas. Termasuk informasi untuk memunculkan sifat pinter. Masih ingat kan pelajaran Biologi SMA tentang DNA. Ya, segalanya ada dalam DNA. Bahkan bayi baru lahir pun sudah bisa mengenali puting susu ibunya, dan lebih luar biasanya lagi adalah mulut bayi bisa menyedot ASI. Siapa yang mengajarinya ? Kapan janin dalam rahim ibunya belajar menete ke ibunya ?
Semua informasi untuk segala aktivitas manusia tersimpan dalam DNA. Dapat dibayangkan jika informasi tersebut belum ada dalam DNA, apa yang akan terjadi ? Kehidupan akan berjalan kurang seimbang. Maka tidak menutup kemungkinan kehidupan manusia pun terganggu.
Terus mengapa ada manusia yang pinter ? Apa ada salah dengan DNA ? Atau DNA dipengaruhi lingkungan ?
Kalau mencoba memahami dengan pikiran positif, bahwa pinter adalah takdir dari Tuhan Yang Masa Kuasa. Seperti halnya keberadaan siang dan malam. Ada pula sedih dan senang. Semuanya berpasangan. Begitu pun dengan pinter ada lawannya yakni malas.
Tidak ada yang salah dengan DNA. DNA kalau boleh dikatakan adalah pusat pengendali aktvitas sel. Secara tidak langsung berbicara sel sudah pasti akan masuk ke kehidupan. Jadi bicara DNA sama dengan bicara kehidupan.
Cara kerja DNA tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Kalau pun terjadi perubahan pada DNA sangat sulit didefinisikan. Kita lebih sering menuding mahluk lain sebagai penyebabnya, misalnya virus. Saya berpendapat bahwa perubahan tersebut memang bagian dari kehidupan, harus bersahabat dengan perubahan tersebut. Sudah takdir begitu lah ya. Walau pada kenyataannya perubahan tersebut sulit diterima oleh akal sehat apalagi hati nurani. Contoh kasus sel darah merah bentuk bulan sabit di negara-negara benua Afrika.
Ada ibarat anak lahir layaknya kertas putih, orangtua lah yang akan menjadikannya. Entah jadi pesawat terbang, perahu, atau lainnya. Jadi DNA sebagai segala sumber informasi akan tergali sesuai dengan kondisi keluarga.
Bukan untuk menuding kesalahan tapi mari bersama-sama kita memperbaiki keadaan yang ada sekarang. Kita sebagai orangtua tidak lagi membiarkan apa adanya. "Biarlah waktu yang mendewasakan mereka" kita ganti dengan "Biarlah waktu bersama mereka yang dibarengi aktivitas menyenangkan". Kita sediakan segala kebutuhan untuk tumbuh kembang kecerdasan masing-masing. Tentu saja sesuai dengan situasi dan kondisi rumah tangga masing-masing.
Sebagai pijakan orangtua melihat progress report anak maka kita gunakan agenda ngobrol santai sambil menanyakan sejauh mana perkembangan aktivitas yang dipilihnya. Agenda ini harus menjadi rutin agar "kepintaran" yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa akan muncul dengan baik.
Kalau dikaitkan dengan keilmuan agama Islam, maka Allah akan menilai usahanya daripada hasilnya. Pinter adalah hasil, dan usaha untuk menjadi pinter yang harus dikondisikan oleh orangtua. Namanya juga usaha, ya harus maksimal dong. Tidak ada kamus menyerah sebelum bertanding.
Sebagai lahan atau ladang ibadah kepada orangtua untuk memfasilitasi anak-anak kita agar senantiasa mengedepankan usaha yang maksimal. Selanjutnya tinggal berserah diri saja. Tawakal kalau kata Pak Ustad mah.