Hidup Cerdas Bertetangga, Kompak Terpadu
Bagaimana kalau hari Minggu kita belajar hal-hal yang ringan saja ? Setuju kan, kompasianer !. Di Pagi hari selepas aktivitas kegiatan di masjid, langsung buka laptop dan meluncur ke kompasiana. Pas lihat label populer ada dua hal menarik yakni tetangga dan hidup bertetangga.
Diputuskan untuk memilih hidup bertetangga saja. Setidaknya ada tambahan ilmu buat saya sendiri dan umumnya untuk teman-teman kompasiner.
Mungpung masih pagi, semangat pagi masih banyak dalam pikiran dan hati, berselancar mencari ilmu tentang hidup bertetangga.
Hidup bertetangga menarik untuk dituliskan karena ada di hadapan atau di sebelah kiri dan kanan. Kebetulan saya tinggal di kompleks rumah tipe kecil, tipe 21. Dapat dibayangkan ya teman-teman kompasianer, hanya berjarak 4 meter sudah ke seberang rumah milik tetangga. Rumah berdempetan dengan tetangga kiri dan kanan, suara jatuh jarum pun terdengar nyata.
Tidak bisa memungkiri, tidak bisa mengelak, bahkan harus senantiasa bersahabat dengan kondisi apa pun. Menuntut sikap bijaksana sekaligus juga sikap cerdas.
Topik adab bertetangga banyak yang mengulas, tapi saya lebih tertarik dengan tulisan tentang pendapat Imam Ghazali tentang topik tersebut.
Dalam agama Islam, Nabi Muhammad SAW mencontohkan bagaimana sikap terbaik dengan tetangga. Imam Besar Al Ghazali  yang berjudul Al Adab Fid Din.  Karya luar biasa Imam Ghazali yang mengupas tuntas tentang adab keseharian manusia agar mendapat RidloNya.
Bagaimana status hidup bertetangga dalam pandangan Islam ? Dalam ajaran Islam, kedudukan perintah berbuat baik kepada tetangga setara dengan perintah menyembah Allah dan larangan mempersekutukannya. Saking perlunya berbuat baik kepada manusia.
Manusia ditakdirkan berbeda-beda. Begitu dalam bermasyarakat sudah sangat lumrah ada perbedaan latar belakang, suku, budaya, karekter, serta ekonominya. Jika tidak cerdas berpikir bisa memunculkan konflik. Â