Mohon tunggu...
Abas Basari
Abas Basari Mohon Tunggu... Guru - Guru Biologi SMA Al Masoem

melakukan apa pun yang bisa, kalau boleh orang lain bahagia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jurus Ampuh Tumbuhkan Perilaku Positif Anak

18 September 2022   06:19 Diperbarui: 18 September 2022   06:22 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sih yang menolak anak-anak kita berperilaku positif di sekolah atau pun di rumah ? Sebagai orangtua maupun guru, kita tidak berkeinginan anaknya berperilaku negatif . Terus langkah apa yang harus ditempuh jika terlanjur terjadi perilaku negatif ?.

Sekedar berbagi pengalaman karena di sekolah saya sebelumnya ada MGMP sekolah yang dihadiri oleh guru-guru satu sekolah saja, yakni SMA Al Ma'soem Jatinangor Sumedang. Berlangsung pada tanggal 12 September 2022. Pemateri adalah guru yang sedang mengikuti pendidikan Calon Guru Penggerak.

Oleh-oleh setelah menyimak materi saya tuangkan dalam tulisan ini. Maklum bukan anak ulama apalagi anak raja, hanya seorang guru saja maka untuk menyimpannya saya gunakan blog yang dikelola oleh Kompasiana. Terima kasih kompasiana.

Ilmu ini mudah-mudah menjadi obat atau solusi buat temen-teman guru hebat maupun orangtua bijaksana dalam menangani kasus perilaku negatif anak. Baik di sekolah maupun di rumah. Ilmu ini dapat dipraktekan. Seperti apa sih tips tersebut bisa disimak berikut ini.

Membangun Keyakinan Ruang/Kelas. Boleh diterjemahkan menjadi membuat tata tertib atau aturan main. Hal ini dilakukan untuk mengkondisikan anak supaya muncul karakter baik. Misal tidak takut dengan kesalahan, pemberani karena benar, dan terampil menyampaikan pendapat secara santun.

Susun tata tertib bersama

Dalam penyusunan keyakinan ruang kelas, semua siswa harus berkontribusi. Bisa menyampaikan usulan atau menolak dengan ajuan temannya. Wali kelas sebagai fasilitator akan mengarahkan pemikiran mereka sehingga tujuan aturan tersebut tercapai. Memang nampak seperti yang alot tapi keadaan ini menggambarkan bagaimana sosok KM (ketua murid) atau yang dituakannya akan memandu dari awal sampai selesai. Belajar demokrasi.

Jika di rumah, maka anak-anak dibimbing untuk membuat aturan sesuai usianya. Suasana dapat dibuat senyaman mungkin, dan lebih interaktif. Homey menjadi dasar anak-anak berkreasi dengan pemikiran. Orangtua mengajarkan cara mengajukan pendapat, bertanya, atau mempertahankan pendapat, mungkin juga menuliskannya dalam catatan khusus.

Ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan mereka di masa datang, sehingga semua keinginan terwadahi. Karakter anak akan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Peran orangtua mengarahkannya untuk mencapai cita-citanya. 

Kalaupun terjadi pelanggaran, maka dengan mudah akan dikembalikan  kepada hasil pemikiran dan kesepakatan  mereka, termasuk menentukan solusi terbaiknya.

Bagaimana dengan diberlakukan sanksi ! Ga usah terburu-buru. Bisa mencermati hal berikut ini.

Aturan main atau tata tertib yang ada saat ini memiliki kecenderungan berupa kalimat-kalimat sanksi yang panjang. Hal ini menjadi beban untuk sebagian anak yang belum memiliki motivasi instriksik kuat. Ada kesulitan menyimak semua kalimat tersebut. Sehingga sangat mungkin memunculkan perilaku negatif baik kecil maupun besar, karena ketidaktahuan terhadap tata tertib atau aturan main.

Sebaiknya tata tertib yang sudah ada dikemas ulang menjadi beberapa kalimat yang lebih positif sehingga tidak terkesan ancaman.

Pernyataan dalam tata tertib yang mendetail menyulitkan anak untuk mencerna maksud dari setiap poin, maka dibuatkan menjadi pernyataan yang lebih umum.

Redaksi kalimat yang negatif diubah menjadi kalimat yang bermakna positif. Misal membuang sampah di tempatnya akan mendapat nilai PKn baik.

Kompasianers kayaknya masih pada ingat kalau tata tertib cenderung banyak sekali poin-poin yang harus disimak. Tentu saja hal ini akan berdampak menyulitkan pemahaman anak, maka solusinya adalah kurangi poin-poin pernyataan tersebut tanpa harus mengurangi maknanya.

Aturan yang sudah dibuat bersama-sama sudah semestinya dapat diterapkan di dalam lingkungan tersebut. Namanya juga aturan yang dibuat bersama, hanya berlaku di tempat itu, jelas lah khusus di lingkungan tersebut. Tidak mungkin untuk di lokasi yang berbeda.

Aturan yang sudah dibuat dan disepakati seandainya masih memerlukan perbaikan maka harus segera diganti. Kalau menggunakan bahasa dalam ilmu Hukum adalah dapat ditinjau kembali dari waktu ke waktu.

Ini terkait dengan hajat hidup manusia yang senantiasa mengalami perubahan maka aturan main pun atau tata tertib akan mengikuti perubahan tersebut. Maka akan senantiasa up to date terus.

Semoga bermanfaat. Terima kasih kompasianer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun