Ketidakadilan dalam Penilaian: Ketika Usaha Mahasiswa Diabaikan
Dalam dunia perkuliahan, mahasiswa selalu diajarkan bahwa kerja keras, kedisiplinan, dan usaha akan membuahkan hasil. Tapi, bagaimana jika semua itu ternyata sia-sia hanya karena keputusan sepihak seorang dosen? Inilah yang terjadi di salah satu kampus, di mana hampir seluruh mahasiswa dalam satu kelas mendapatkan nilai yang tidak mencerminkan usaha mereka.
Sudah Berusaha, Tapi Nilai Tidak Sesuai
Mahasiswa di kelas ini bukanlah tipe yang malas atau sekadar datang untuk absen. Mereka rutin menghadiri kelas, aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas dengan serius, dan belajar sungguh-sungguh untuk ujian. Namun, ketika hasil nilai diumumkan, mereka justru kaget---banyak yang mendapat nilai jauh lebih rendah dari ekspektasi.
Yang lebih mengejutkan, bukan hanya satu atau dua mahasiswa yang mengalami hal ini, tetapi hampir seluruh kelas. Beberapa mencoba mencari tahu penyebabnya, tetapi yang mereka temukan justru sesuatu yang tidak masuk akal: dosen tersebut menilai secara subjektif tanpa mempertimbangkan usaha yang telah dilakukan mahasiswa. Ada yang rajin masuk kelas dan tetap dapat nilai buruk, sementara ada yang jarang terlihat tetapi justru mendapat nilai lebih tinggi.
Apakah Hanya Terjadi di Satu Kampus?
Ternyata, kejadian semacam ini bukan hal yang langka. Beberapa mahasiswa dari kampus lain pun mengaku pernah mengalami hal serupa---dosen yang menilai tanpa transparansi, tanpa mempertimbangkan kerja keras mahasiswa, atau bahkan terkesan "suka-suka."
Sistem penilaian yang tidak adil seperti ini menjadi bukti bahwa masih ada celah dalam dunia akademik. Jika mahasiswa hanya dinilai berdasarkan angka akhir tanpa melihat proses dan usaha mereka, apakah pendidikan benar-benar memberikan pengalaman belajar yang adil?
Bagaimana Seharusnya?
Bagi mahasiswa, melawan ketidakadilan seperti ini tentu bukan hal yang mudah. Apalagi jika kampus tidak menyediakan mekanisme yang jelas untuk mengajukan protes atau meminta transparansi nilai. Namun, ada beberapa langkah yang bisa dicoba:
1.Mengajukan Banding Nilai -- Jika kampus memiliki sistem banding, mahasiswa bisa menggunakannya untuk meminta peninjauan ulang terhadap nilai yang diberikan.
2.Bicara dengan Dosen atau Pihak Kampus -- Mencoba berdiskusi dengan dosen bisa menjadi langkah awal untuk mendapatkan kejelasan. Jika tidak memungkinkan, pihak akademik kampus bisa menjadi mediator.
3.Mendorong Transparansi -- Mahasiswa bisa mengusulkan agar sistem penilaian lebih transparan, misalnya dengan rubrik penilaian yang jelas dan bisa diakses oleh mahasiswa sebelum mereka dinilai.
4.Menyuarakan Masalah Ini -- Jika kasus seperti ini terus terjadi, mahasiswa bisa bersatu dan menyuarakan masalah ini melalui organisasi mahasiswa atau forum akademik di kampus.
Pendidikan seharusnya menjadi tempat di mana usaha dihargai, bukan sekadar soal keberuntungan atau subjektivitas dosen. Jika sistem ini tidak diperbaiki, bagaimana mahasiswa bisa merasa termotivasi untuk terus belajar dan berkembang? Sudah saatnya kampus dan para dosen lebih transparan dan adil dalam memberikan penilaian, agar mahasiswa benar-benar mendapatkan hak mereka dalam dunia pendidikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI