Hampir semua orang, utamanya yang punya smartphone, tentulah tidak asing lagi dengan aplikasi WhatsApp.
Itu lo, aplikasi yang popular karena selain dapat  berkirim teks, juga bisa berkirim gambar dan bahkan video pendek.
Nah, semenjak tahun 2013 , saya diundang oleh teman teman untuk ikut grup WA alumni SMA . Dan saya pun masuk dan ikut aktif didalamnya.Â
Saya kebetulan diangkat menjadi Ketua di kumpulan alumni tadi. Â Sejak adanya grup WA ( juga BBM Â saat itu ), maka semakin banyak teman teman lama yang tadinya tidak terdengar kabar beritanya, akhirnya masuk bergabung.
 Lalu, datanglah pemilu 2014.....
Beberapa teman, mulai memasukkan , entah tulisan maupun gambar yang isinya memojokkan calon saat itu, baik no 1 maupun no 2. Akhirnya, saya mengeluarkan kebijakan, bahwa silahkan anggota di grup itu menyatakan secara terbuka, mau pilih no 1 atau no 2. Â Dan masing masing silahkan jika mau berkampanye untuk jagonya, tanpa harus ada yang marah secara pribadi. Dan saya membuat aturan, jika grup pendukung no 1 menang, maka grup pendukung no2 harus rela mentraktir makan semua anggota grup. Demikian juga sebaliknya.
Kesepakatan pun tercapai, bahwa setelah pengumuman pemenang hasil Quick Count, semua diundang di restoran favorit kami jaman dulu, yakni di Tizzi s . Sebelum lupa, kita kita ini alumni SMA favorit lho di Bandung haha.
Maka, suasana dalam grup pun menjadi seru dan ramai. Jika pendukung no 1 membuat meme memojokkan no 2, terus dibalas lagi. Tetapi semua dilandasi rasa persaudaraan dan malah dijadikan humor.  Yang paling asik adalah, saya bersahabat dengan seorang teman, sejak dari SMA sebangku dan masuk Fakultas yang sama  pula. Setelah menikah dan sibuk masing masing, bertemu lagi dalam grup WA ini.Â
Dan dia, pendukung berat no 1, sedangkan saya simpatisan no 2 haha. Karena sudah tidak ada " baper " lagi dalam pertemanan, seringkali kata kata dia , kalau diukur oleh kacamata orang lain, akan terasa sangat menyakitkan. Juga saya balas dengan nggak kalah. Ini semuanya cerita di sosmed, ya. Bukan di darat .
Akhirnya, saat coblosan pun tiba, dan hasil Quick Count menyatakan no 2 lah yang menang. Â Seminggu kemudian, kita semua berkumpul " merayakan" kebersamaan , makan makan dengan pihak pecundang yang harus traktir haha. Semua happy, nggak ada yang keki, siapa tahu sih dalam hatinya .......
Tahun berganti, masuk 2015. Saya berhenti jadi Ketua, diganti teman lain. tapi saya masih ada di grup. Habis pemilu, temanya menjadi lain. Banyak teman yang mulai membahas agama di grup. Â Saya mulai ogah ogahan ikut join lagi, karena , saya tahu persis di dalam grup ini tidak semuanya muslim.
Dan seiring perjalanan waktu, saya pun pelan pelan undur diri dari grup WA. Tetapi, jika ada acara reuni ataupun undangan, saya usahakan hadir untuk menjaga tali silaturahim.
Cerita nya, sekarang lagi rame soal Ahok, Saya kan sudah tidak di grup WA lagi, jadi nggak tahu perkembangan. Kira kira seminggu lalu, saya bertemu dengan teman SMA yang masih aktif di grup. Dan saya  tanya, gimana khabarnya grup WA kita ??
Ternyata jawabannya sungguh mengejutkan : " Untung lu udah duluan keluar dari grup, karena dengan kasus Ahok ini akhirnya suasana di grup benar benar terbelah. "
" banyak yang terang terangan pamit keluar dari grup, karena tidak tahan dengan postingan mereka yang anti Ahok ". Sampai sampai ada teman di grup, yang mengundang kita kita untuk ikutan tanggal 2 besok ini untuk ke Jakarta".
Saya hanya mengelus dada, memang jika keyakinan diperdebatkan, akan timbul permusuhan . Saya membayangkan, apa kabarnya si C, si M. si T, dan beberapa teman lain di grup yang non muslim?Â
Maka, segeralah tinggalkan grup WA anda, jika sekiranya anda nggak tahan lagi dengan segala postingan yang tendensius didalamnya. Jadi, pertemanan di dunia nyata tidak akan terganggu. Â Kalau mau berdebat , mendingan sama orang yang tidak dikenal, seperti di Kompasiana ini hahaha
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H