Mohon tunggu...
abantea
abantea Mohon Tunggu... -

seorang yang senang membaca, sekarang belajar untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meninggalkan Grup WA Demi Menjaga Pertemanan

28 November 2016   11:59 Diperbarui: 28 November 2016   12:11 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hampir semua orang, utamanya yang punya smartphone, tentulah tidak asing lagi dengan aplikasi WhatsApp.

Itu lo, aplikasi yang popular karena selain dapat  berkirim teks, juga bisa berkirim gambar dan bahkan video pendek.

Nah, semenjak tahun 2013 , saya diundang oleh teman teman untuk ikut grup WA alumni SMA . Dan saya pun masuk dan ikut aktif didalamnya. 

Saya kebetulan diangkat menjadi Ketua di kumpulan alumni tadi.  Sejak adanya grup WA ( juga BBM  saat itu ), maka semakin banyak teman teman lama yang tadinya tidak terdengar kabar beritanya, akhirnya masuk bergabung.

 Lalu, datanglah pemilu 2014.....

Beberapa teman, mulai memasukkan , entah tulisan maupun gambar yang isinya memojokkan calon saat itu, baik no 1 maupun no 2. Akhirnya, saya mengeluarkan kebijakan, bahwa silahkan anggota di grup itu menyatakan secara terbuka, mau pilih no 1 atau no 2.   Dan masing masing silahkan jika mau berkampanye untuk jagonya, tanpa harus ada yang marah secara pribadi. Dan saya membuat aturan, jika grup pendukung no 1 menang, maka grup pendukung no2 harus rela mentraktir makan semua anggota grup. Demikian juga sebaliknya.

Kesepakatan pun tercapai, bahwa setelah pengumuman pemenang hasil Quick Count, semua diundang di restoran favorit kami jaman dulu, yakni di Tizzi s . Sebelum lupa, kita kita ini alumni SMA favorit lho di Bandung haha.

Maka, suasana dalam grup pun menjadi seru dan ramai. Jika pendukung no 1 membuat meme memojokkan no 2, terus dibalas lagi. Tetapi semua dilandasi rasa persaudaraan dan malah dijadikan humor.  Yang paling asik adalah, saya bersahabat dengan seorang teman, sejak dari SMA sebangku dan masuk Fakultas yang sama  pula. Setelah menikah dan sibuk masing masing, bertemu lagi dalam grup WA ini. 

Dan dia, pendukung berat no 1, sedangkan saya simpatisan no 2 haha. Karena sudah tidak ada " baper " lagi dalam pertemanan, seringkali kata kata dia , kalau diukur oleh kacamata orang lain, akan terasa sangat menyakitkan. Juga saya balas dengan nggak kalah. Ini semuanya cerita di sosmed, ya. Bukan di darat .

Akhirnya, saat coblosan pun tiba, dan hasil Quick Count menyatakan no 2 lah yang menang.  Seminggu kemudian, kita semua berkumpul " merayakan" kebersamaan , makan makan dengan pihak pecundang yang harus traktir haha. Semua happy, nggak ada yang keki, siapa tahu sih dalam hatinya .......

Tahun berganti, masuk 2015. Saya berhenti jadi Ketua, diganti teman lain. tapi saya masih ada di grup. Habis pemilu, temanya menjadi lain. Banyak teman yang mulai membahas agama di grup.  Saya mulai ogah ogahan ikut join lagi, karena , saya tahu persis di dalam grup ini tidak semuanya muslim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun