Mohon tunggu...
iif rahmat fauzi
iif rahmat fauzi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

abankz iif dari betawi.. nak keenem dari tujuh bsodare.. perawak kurus tapi ati lurus.. tidak tampan cukup idaman.. baik hati nan bependiri.. banyak banyol bukan konyol.. siap statis suka dnamis.. hobi nulis dikit kritis.. lisan diam mnuju faham.....

Selanjutnya

Tutup

Money

Tantangan Agribisnis Karet Indonesia

10 September 2012   01:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:41 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sebagai sebuah sistem, agribisnis karet pada prinsipnya merupakan rangkaian dari subsistem-subsistem yang bergerak saling terkait, berkelanjutan, dan berkesinambungan. Namun kenyataan yang ada saat ini perjalanan dari masing-masing subsistem yang membentuknya dirasakan masih berjalan tanpa integrasi yang optimal. Kecenderungan yang muncul justru terfokus pada pengembangan pada salah satu subsistemnya saja, yaitu subsistem hulu. Fakta ini perlu diwaspadai mengingat ketergantungan pada sektor hulu saja berpotensi menimbulkan kelesuan dalam struktur agribisnis karet kita. Mengharapkan hasil dari kegiatan ekspor berarti menggantungkan harapan pada pengembangan industri olahan bahan baku karet di Negara-negara pengimpor. Padahal fenomena yang muncul saat ini adalah adanya upaya-upaya Negara pengimpor untuk mengembangkan perkebunan karetnya sendiri dalam rangka menciptakan kemandirian pasokan bahan baku.

Di sisi lain, kita sadari bersama bahwa pengembangan industri hilir karet di Indonesia masih belum mengalami kemajuan. Hal ini disinyalir akibat daya dukung pelaku-pelaku agribisnis karet Indonesia yang masih belum menunjukkan eksistensinya terhadap kemajuan industri hilir karet Indonesia.Masalah pembiayaan, dukungan IPTEK, dan mentalitas masyarakat karet kita masih dirasakan belum optimal untuk mengakomodir tujuan tersebut. Kondisi ini diperparah dengan munculnya isu kelangkaan tenaga kerja yang berdampak pada tingginya biaya produksi perkebunan pada umumnya. Sehingga upaya yang dirasakan perlu untuk dilakukan dalam menyelamatkan agribisnis karet Indonesia diantaranya yaitu :


  • Pengembangan IPTEK yang berorientasi pada pengolahan karet manjadi barang jadi perlu ditingkatkan untuk menggerakkan roda agribisnis hilir sehingga ketergantungan terhadap ekspor karet dapat diminimalisir.
  • Dukungan pembiayaan baik secara mikro maupun makro perlu ditingkatkan guna membuka kesempatan pengembangan industri hilir bagi masyarakat.
  • Kualitas hidup tenaga kerja secara proporsional perlu diperhatikan guna meminimalisir potensi kelangkaan tenaga kerja.
  • Wacana mekanisasi tenaga kerja patut digulirkan dari sekarang untuk menyiasati terjadinya kelangkaan tenaga kerja.
  • Perluasan lahan perkebunan yang saat ini terus dilakukan perlu diimbangi dengan efisiensi SCM (supply chain management) pada masing-masing subsistemnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun