Ku melangkah masuk ke dalam ruang.
Indah bercahaya lilinku terang benderang.
Memperhatikan tiap mataku memandang.
Ku dapati lilin kecilku mulai meradang.
Angin yang masuk ke dalam ruang, membuat lilin tak lg terang.
Goyah dengan hembusan yang datang, ku tak peduli lilin kecilku punya terang.
Kunikmati tiap mata ku memandang, hingga lilinku mati tak lagi terang.
Apa yang terjadi dalam ruang?
Tak lagi kudapati indahnya ruang.
Gelapnya ruang berbalik membuatku meradang.
Berjalan kebelakang hingga kakiku terbentur kayu membentang.
Aduh sakit rasanya kakiku bukan kepalang
Ini semua karena lilin yang tak lagi terang!
Seraya kaki yang terbentur ku pegang, ku belajar dari gelapnya ruang.
Indahnya ku memandang takkan ada tanpa cahaya lilin yang terang benderang.
Lilin kecilku kini membuat hatiku terang.
Kuhampiri lilin kecil di sudut ruang.
Kukembali membuatnya indah terang benderang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H