Bahkan, tanpa ada rasa simpati, empati, ataupun naluri kemanusiaan lainnya. Banyak alasan yang mereka kemukakan yang tidak perlu saya bahas di sini. Terlalu panjang dan melelahkan jiwa. Hayati lelah, dah malam.
Sementara itu, pihak Qermit akan dengan semangat memberikan "dukungan" semangat kepada beliau. Bahkan, mendoakan semoga segera sehat walafiat.Â
Qermit yang lebih militan akan dengan tegas mengatakan: "Hukum mati penusuk Wiranto!" Hal ini juga didasarkan dengan berbagai alasan yang sekali lagi tidak akan saya bahas karena sama panjang dan lebarnya. Hayati, kan lelah, dah mau bobo, nih.
Lalu apa yang saya lakukan? Sebelum mengamini atau menolak berita tentang Wiranto, tentu saja tindakan saya sama seperti menghadapi beberapa peristiwa lainnya yang terjadi di negeri tercintah (ingat, pakai 'h' supaya lebih syahdu) ini.Â
Saya akan mencari berbagai informasi dari berbagai sumber, baik yang senada maupun yang sangat bertentangan. Hal tersebut saya lakukan agar saya dapat "membaca" peristiwa apapun di negara ini dengan pandangan "menyeluruh".Â
Istilah kerennya yang saya pernah dengar adalah "cover both side". Kita harus melihat dari berbagai sisi, termasuk sisi yang bertentangan agar informasi yang kita dapatkan menjadi seimbang dan netral.Â
Lalu, pertanyaan yang ingin saya ajukan adalah sebagai berikut:
1. Sampai kapan Indonesia tercintah ini akan terus terbelah seperti ini?
2. Apakah memang benar semua ini (baca: keterbelahan) disebabkan semata oleh seorang tokoh, yaitu Jokowi?
3. Masihkah kita semua warga negara Indonesia tercintah ini menganggap saudara satu sama lainnya?
4. Tidakkah kita ingin hidup damai berdampingan bersama menikmati keindahan negeri tercintah ini?
5. (silakan tulis pertanyaan Anda sendiri, ya)
Apapun yang terjadi, saya hanya bisa dan terus berusaha untuk bersyukur karena setidaknya saya masih bisa menghirup napas dengan bebas dan tenang tanpa kekhawatiran apupun di negara ini. Jangan tanya berapa besar, utang, tagihan, dan cicilan yang harus saya bayar setiap bulan!Â
Jangan juga bertanya mengenai penghasilan saya! Saya tidak lebih baik dari debu di atas keset yang bertuliskan "welcome" yang terdapat di depan lobi hotel Hilton.Â
Saya hanya berusaha bersyukur dalam hidup ini dan mengajak Anda untuk turut bersyukur dalam hidup ini. Marilah kita hindari hal-hal negatif (ucapan atau tindakan) keluar dari diri kita karena "tahi ayam hanya keluar dari pantat ayam".