Mohon tunggu...
Langit Biru
Langit Biru Mohon Tunggu... wiraswasta -

cuma menjadi pembaca yang baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malam di Makam Pandu

20 Juli 2011   18:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:31 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

rasanya sama seperti malam-malam lainnya yang telah dia lalui

Kenangan masa lalu membuat ia buta akan waktu yang berjalan dan tak hentinya memberi ia pelajaran dan peringatan

Dia selalu membuat keadaan menjadi serba salah

ketika ingatannya digores oleh tinta kenangan tentang seseorang yang telah meninggalkannya

Dalam hal ini tentu saja meninggalkan semuanya

termasuk raga yang sangat dicintainya

Ketika memasuki gerbang peristirahatan terakhir itu

ia seperti bisa mematikan waktu sejenak

Memutar jarum jam ke arah sebaliknya

Tersenyum di balik tanah yang telah tak merah lagi

terngiang diantara hembusan angin yang meniup setiap helai daun kamboja

Dia mencoba melepas setiap kerinduan yang ada pada dirinya

dengan caranya sendiri

dengan hatinya sendiri dan dengan setiap memori yang setiap saat menarik pengelihatannya ke belakang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun