Mohon tunggu...
Abanita Kaban
Abanita Kaban Mohon Tunggu... Pembina -

Setiap saat proses pembelajaran, trutama belajar utk memberi diri dengan kasih tulus.. :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kematiankah yang Dapat Membuatmu Sadar!

16 Februari 2016   16:13 Diperbarui: 16 Februari 2016   16:26 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Titttttttttttttttttttttttt……… (bunyi alat medis)

“Panggil dokter , panggil suster,,,,,…..” kata seorang keluarga. Dokter dan suster pun tampak sibuk dan mengerahkan semua usaha dengan alat medis yang tersedia disekitar Ibu Ani.  Keluarga diminta menjauh, mereka gugup dan takut memperhatikan kesibukan para dokter dan suster sampai akhirnya dokter berhenti memegang alat.

                Dokter berjalan menuju suami Ibu Ani, “Maaf Pak, Kami turut beduka, Ibu Ani sudah meninggal dunia”, kata dokter dengan pelan. “tidakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk,,,,,,” teriak Pak Ara sembari memukulkan dadanya dan berlari memeluk Ibu Ani, terbayang jelas dipikirannya semua kenangan bersama Ibu Ani dan penyesalan yang sangat mendalam atas sikapnya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya, ima dan sang bayi. Ya sang bayi yang sangat memerlukan ibunya.

Keluarga pun berteriak dan menangis memanggil nama ibu Ani. Mereka sangat berduka.

“Kenapa tante, kenapa ayah,,, mamak kenapa,, mamak kenapa…..??????” Ima heran melihat keluarganya dan tidak ada yang menjawab pertanyaannya, ia pun turut menangis walau tidak tau, entah untuk apa tangis itu ditujukan ke mamak terkasihnya.

Pak Ara (Ayah Ima) tertunduk dan menangis penuh penyesalan. berat dan sungguh berat kehilangan istri. Ia harus menghadapi hidup bersama 1 anaknya yang masih kecil dan sang bayi.

Koma menjadi titik dari Sang Empunya Kehidupan, selamat jalan Ibu Ani, pengorbanan nyawa untuk nyawa sang bayi..  

 

-Hidup di dunia ini hanya sementara,

terimalah sebagai anugrah yang perlu dimaknai dan dihargai dengan RASA SYUKUR.

Jangan menunda untuk bersyukur karena penyesalan selalu datang di akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun