Mohon tunggu...
Abang Suher
Abang Suher Mohon Tunggu... Penulis - Tulis yang kamu kerjakan, kerjakan yang kamu tulis

Tinggal di Parepare, kota Pendidikan di Sulawesi Selatan, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Rumah Tengah Sawah

12 Januari 2022   22:45 Diperbarui: 12 Januari 2022   22:51 4329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Rumah Tengah Sawah", begitu nama villanya. Kedengarannya familiar tapi tidak lazim. Bagi orang kampung seperti saya, rumah di tengah sawah hanyalah tempat istirahat usai bekerja. Tidak istimewa, hanya terbuat dari papan non olah dan desain. Berbentuk rumah panggung, berukuran paling luas, 2x3 meter. Umumnya, rumah tengah sawah bukan rumah layak huni.

Berbeda dengan sebuah villa "Rumah Tengah Sawah" yang terletak di Malino-Gowa Sulawesi Selatan. Namanya, tidak lazim dan unik untuk ukuran destinasi wisata di Indonesia. Saya searching di google, tidak ada satu pun nama villa yang serupa. Alhasil, jika anda menulis frase "rumah tengah sawah" di searching google, hanya akan muncul informasi atau berita tentang villa tersebut.

Villa "Rumah Tengah Sawah" adalah salah satu destinasi wisata terbaru. Beroperasi dan dibuka untuk umum sejak November 2020 - baru setahun ini. Villa rumah tengah sawah ini serupa penginapan atau resort dengan gaya ala ala pulau dewata Bali (begitu kata pengelolanya). Terdapat tujuh gugusan villa dengan desain artistik modern dengan paduan alam. Terlihat elegan tapi sangat alami.

Seperti namanya, villa ini berada di tengah hamparan sawah dengan panorama eksotik. Lanscape sawah berpetak, luas dan berjenjang tak ubahnya seperti tangga besar berkelok. Bukan itu saja, lembah, lereng dan pegunungan Bawakareang dan Lompobattang menyempurnakan pesona alam dari kejauhan. Pesona alam ini dapat dinikmati sambil menyerumput secangkir kopi di teras-teras villa ini.

Gugusan villa sendiri dibangun di atas puncak lereng bukit. Bangunannya cukup modern dengan fasilitas lengkap beserta interiornya yang menarik. Area villa tertata rapi dengan pengayaan bunga dan pepohonan memberi kesan alami. Kolam renang bersusun yang berhadapan langsung dengan hamparan sawah akan memberi sesansi eksotik saat berendam atau berenang di kolam tersebut.

Dokpri
Dokpri

Bagi anda yang menginap, akan menikmati suguhan sarapan pagi dengan menu beragam nan nikmat. Tersedia aneka macam kopi bagi penikmatnya. Sepertinya kopi-kopi terbaik nusantara tersedia di sini. Kata teman saya yang pencandu kopi, racikan kopinya sangat istimewa. Harganya ratusan ribu per kilogram dan berkualitas ekspor katanya. 

Selain itu, menu nasi goreng beras merah, sayuran segar, penganan kue dan roti, buah dan salad buahnya memberi kepuasan sendiri bagi para pencintanya.

Ada yang berbeda. Pemilik villa ini ternyata bukan orang Malino, Makassar, atau orang Bugis. Pemiliknya adalah orang bule asal Belanda. Kami tidak tahu persis apakah sudah WNI atau masih WNA. Tapi konon suaminya orang Medan dan muslim. (Mungkin karena itu, mereka memiliki lahan dan usaha di Malino). Kagumnya kami, si bule sang pemilik juga menjadi pengelola villa. Bahkan terlibat langsung melayani kami saat sarapan.

Dokpri
Dokpri

Beberapa kesempatan, kami menyaksikan keterlibatan langsung si bule, sang pemilik. Ketika kami menggelar acara, si bule menegur kebisingan. Begitu pun pengerjaan bangunan villa, nampaknya dia mengontrol pekerjaan tukang. Artinya, si bule sebagai pemilik terlibat secara teknis pengelolaan bisnis ini. 

Pada kebanyakan pebisnis lokal, jika investasi bisnisnya sudah mencapai milyaran, mereka tinggal main tunjuk saja. Tapi si bule ini, tidak demikian. Mungkin itu kultur orang bule ya? Entalah.

Sesungguhnya, villa "Rumah Tengah Sawah" bukan sekedar keindahan dan panorama alam Malino. Tetapi harus menjadi inspirasi bisnis. Manusia awam seperti saya, tidak pernah membayangkan jika lokasi persawahan seperti itu disulap menjadi bisnis bernilai tinggi. 

Coba bayangkan satu villa saja, seharga satu sampai tiga juta-an per malamnya. Tentu saja, ini bisnis yang menjanjikan dan si bule jeli melihat peluang itu.

Panorama alam eksotik seperti di Malino bukan barang langkah di Indonesia. Hampir semua kabupaten memiliki potensi wisata dengan panorama alamnya. Sayang, tidak tereksplorasi secara optimal. Bisnis wisata butuh investasi besar, sekaligus menjanjikan pendapatan negara yang juga besar.

Sejak orde baru, Menteri pariwisata selalu ada dalam kabinet. Tetapi industri pariwisata kita masih melambat. Sejauh ini, hanya Bali yang menikmati dan sejahtera. Banyak daerah lain, belum seberuntung Bali. Terkenal di mancanegara karena keindahannya. Konon, banyak bule kenal Bali tapi tidak kenal Indonesianya.

Pada era digital ini, peluang industri pariwisata terbuka lebar. Keindahan alam dapat tereksplorasi tanpa promosi dan iklan. Satu per satu keindahan alam Indonesia muncul dan dikenal. Potensi wisata kita mulai terkuak. Butuh kolaborasi banyak pihak membangun pariwisata Indonesia. Khususnya, pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat.

Tentu saja, tanggung jawab besar ada di pundak mas Sandi, selaku Menteri Pariwisata. Kita berharap, mas Menteri mampu mengakselerasi pembangunan pariwisata Indonesia untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Semoga

By. Suherman Syach

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun