Beberapa kesempatan, kami menyaksikan keterlibatan langsung si bule, sang pemilik. Ketika kami menggelar acara, si bule menegur kebisingan. Begitu pun pengerjaan bangunan villa, nampaknya dia mengontrol pekerjaan tukang. Artinya, si bule sebagai pemilik terlibat secara teknis pengelolaan bisnis ini.Â
Pada kebanyakan pebisnis lokal, jika investasi bisnisnya sudah mencapai milyaran, mereka tinggal main tunjuk saja. Tapi si bule ini, tidak demikian. Mungkin itu kultur orang bule ya? Entalah.
Sesungguhnya, villa "Rumah Tengah Sawah" bukan sekedar keindahan dan panorama alam Malino. Tetapi harus menjadi inspirasi bisnis. Manusia awam seperti saya, tidak pernah membayangkan jika lokasi persawahan seperti itu disulap menjadi bisnis bernilai tinggi.Â
Coba bayangkan satu villa saja, seharga satu sampai tiga juta-an per malamnya. Tentu saja, ini bisnis yang menjanjikan dan si bule jeli melihat peluang itu.
Panorama alam eksotik seperti di Malino bukan barang langkah di Indonesia. Hampir semua kabupaten memiliki potensi wisata dengan panorama alamnya. Sayang, tidak tereksplorasi secara optimal. Bisnis wisata butuh investasi besar, sekaligus menjanjikan pendapatan negara yang juga besar.
Sejak orde baru, Menteri pariwisata selalu ada dalam kabinet. Tetapi industri pariwisata kita masih melambat. Sejauh ini, hanya Bali yang menikmati dan sejahtera. Banyak daerah lain, belum seberuntung Bali. Terkenal di mancanegara karena keindahannya. Konon, banyak bule kenal Bali tapi tidak kenal Indonesianya.
Pada era digital ini, peluang industri pariwisata terbuka lebar. Keindahan alam dapat tereksplorasi tanpa promosi dan iklan. Satu per satu keindahan alam Indonesia muncul dan dikenal. Potensi wisata kita mulai terkuak. Butuh kolaborasi banyak pihak membangun pariwisata Indonesia. Khususnya, pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat.
Tentu saja, tanggung jawab besar ada di pundak mas Sandi, selaku Menteri Pariwisata. Kita berharap, mas Menteri mampu mengakselerasi pembangunan pariwisata Indonesia untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Semoga
By. Suherman Syach
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H