Mohon tunggu...
Abang Suher
Abang Suher Mohon Tunggu... Penulis - Tulis yang kamu kerjakan, kerjakan yang kamu tulis

Tinggal di Parepare, kota Pendidikan di Sulawesi Selatan, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulislah

7 Juli 2020   21:13 Diperbarui: 7 Juli 2020   21:03 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis, salah satu kompetensi dalam literasi. Menjadi rangkaian tak terpisah dari kompetensi berbicara, membaca, menghitung dan menyelesaikan masalah. Menulis merupakan budaya belajar dan menjadi piranti utama dalam ilmu pengetahuan. 

Kebiasaan menulis akan menghantarkan seseorang menjadi terpelajar. Karena aktivitas menulis itu sendiri merupakan proses menuangkan pikiran, pengetahuan, perasaan, imajinasi dan pengalaman melalui rangkaian tulisan yang dapat dipahami orang lain.

Sejatinya, menulis adalah budaya yang melekat pada diri orang-orang yang disebut terpelajar, intelektual, ilmuan, dan alim ulama. Di lembaga pendidikan formal, kegiatan menulis menjadi bagian dari kurikulum, mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Kurikulum tersebut menciptakan suasana belajar yang tidak telepas dari kegiatan tulis menulis. 

Pada level perguruan tinggi, para dosen yang dikenal sebagai akademisi, intelektual atau ilmuan diwajibkan memiliki karya intelektual dalam bentuk tulisan ilmiah. Karya tulis ilmiah akan mengokohkan diri mereka sebagai seorang ilmuan. Ilmuan melegenda karena bukunya.

Menulis adalah tradisi ilmu pengetahuan. Para ilmuan senantiasa memanuskripkan pengetahuan mereka melalui media tulis yang terus berkembang dari zama ke zaman. Khazanah ilmu pengetahuan mewaris sepanjang masa. 

Kalam Ilahi, berupa ayat-ayat suci al-Quran yang sebelumnya hanya melalui hafalan para sahabat Rasulullah Saw dan tulisan yang berserakan, dibukukan menjadi kitab. Alhasil, hingga hari ini umat Islam dengan mudah mendapatkan dan membaca al-Quran yang lengkap. 

Demikian halnya dengan hadis Rasulullah Saw, keberhasilan para ahli hadis membukukannya ratusan tahun silam telah memperkaya khazanah ilmu pengetahuan Islam hingga hari ini. Tidak salah jika Plato menuliskan pesan "pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu".

Menulis adalah profesi. Profesi karena keahlian menulis bisa mendatangkan finansial dan merubah kehidupan, bagi mereka yang profesional. Banyak orang yang meneguhkan profesinya sebagai penulis dan memperoleh finansial yang melimpah. J.K Rowling, seorang penulis memiliki kekayaan trilyunan. Kekayaan itu diperoleh dari karyanya yang terkenal "Harry Potter". 

Penulis Indonesia, Andrea Hirata memperoleh royalti milyaran rupiah dari novel yang ditulis "Laskar Pelangi". Habiburrahman El- Zirazy, penulis buku "Ayat-ayat Cinta" menjadi orang kaya di Indonesia atas profesinya sebagai seorang penulis.

Sebagian yang lain menjadi terkenal sepanjang masa karena karya tulisnya. Nama dan karya mereka dibaca dimana-mana dan mengharum melampaui zaman sesudah matinya. Sebut saja, William Shakespeare penulis terkenal asal Inggris. Ia lahir pada abad 16, tetapi melegenda hingga hari ini. Novel "Remeo and Juliet", salah satu karyanya masih dibaca generasi milenial. 

Socrates, Plato dan Aristoteles yang dikenal sebagai "The gang of three" yang hidup jauh sebelum masehi masih sangat populer. Ajaran-ajaran mereka mengabadi dalam khazanah ilmu pengetahuan melintasi zaman. 

Itu karena gagasan-gagasan mereka meninggalkan jejak dalam bentuk tulisan monumenntal bagi ilmu pengetahuan dan telah diwarisi setiap generasi hingga hari ini.

Menulislah. Karena dengan karya tulis itu engkau berkesempatan merengkuh kebaikan dunia. Kekayaan, kesejahteraan, populeritas, keabadian, dan bahkan pahala jariah menanti bagi para penulis yang berkarya. Satu-satunya profesi yang memanjangkan hidup adalah menulis. 

Jika engkau meninggalkan karya tulis yang berdampak luas. Maka karya dan namamu akan terus ada mengikuti zaman meski engkau telah tiada. Engkau akan hidup sepanjang usia Socrates yang telah mati berabad-abad lalu, tetapi namanya terus disebut dan gagasannya terus berdialektika menembus batas kehidupannya. 

Titilah kehidupan dengan menuliskan pengetahuanmu, pengalamanmu, idemu, rasanya, imajinasimu, anganmu, atau apa pun sekitarmu. Kisah burukmu pun bisa jadi pelajaran bagi orang lain jika kamu tuliskan dengan rasa penyesalan.

Seperti halnya profesi lain, penulis membutuhkan modalitas dan ikhtiar. Kesuksesan penulis harus menempuh jalan panjang nan berkelok, tidak bisa sim salabim. Tak ubahnya usaha, harus mulai dari kecil-kecilan. 

Jangan berpikir langsung kaya sebelum bekerja dan berusaha. Menulis, bukan saja membutuhkan pengetahuan dan skill tetapi juga membutuhkan mental dan energi rohani. 

Tetapi, menulis pun tidak seberat pengusaha yang harus banting tulang dalam menjalankan usahanya hingga berhasil. Modal dasarnya, cukup komitmen dan konsistensi, itu saja

Ibarat berbicara, menulis itu cukup mudah dan gampang. Sama gampangnya dengan berbicara. Menulis itu, merangkai kata menjadi kalimat yang mengandung pesan atau makna. 

Bedanya, berbicara merupakan rangkaian kata yang terucap melalui mulut. Sementara, menulis adalah rangkaian kata melalui tulisan. Berbicara juga lebih dulu diajarkan kepada manusia sejak dilahirkan. Tetapi tujuan keduanya sama, yaitu menyampaikan pesan agar orang yang mendengar atau membacanya memahami makna yang terkandung dalam rangkain kata-kata.

Pada prinsipnya, setiap manusia memiliki potensi dan kesempatan menjadi penulis. Hanya saja, menulis perlu pembiasaan hingga terbiasa seperti kebiasaan berbicara. 

Belajar menulis harus melalui proses yang sama saat anak balita belajar berbicara. Mengeja kata demi kata, tak peduli yang diucapkannya benar atau salah. Kesalahan berulang tidak pernah menghentikannya untuk mengeja kata hingga mampu berucap kata dengan jelas dan bermakna. Kemampuan menulis terbentuk dari seberapa sering menulis, menulis dan menulis. 

Semakin sering menulis, akan membuat kita terampil (skill) dan pada akhirnya ahli (profesional). Kegagalan terbesar belajar menulis, hanya terjadi jika tidak pernah memulai dan berhenti munulis. Jadi kata kuncinya, belajar menulis perlu komitmen dan konsistensi. Kekuatan dari dalam jiwa.

Parepare, 7 Juli 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun