Itu karena gagasan-gagasan mereka meninggalkan jejak dalam bentuk tulisan monumenntal bagi ilmu pengetahuan dan telah diwarisi setiap generasi hingga hari ini.
Menulislah. Karena dengan karya tulis itu engkau berkesempatan merengkuh kebaikan dunia. Kekayaan, kesejahteraan, populeritas, keabadian, dan bahkan pahala jariah menanti bagi para penulis yang berkarya. Satu-satunya profesi yang memanjangkan hidup adalah menulis.Â
Jika engkau meninggalkan karya tulis yang berdampak luas. Maka karya dan namamu akan terus ada mengikuti zaman meski engkau telah tiada. Engkau akan hidup sepanjang usia Socrates yang telah mati berabad-abad lalu, tetapi namanya terus disebut dan gagasannya terus berdialektika menembus batas kehidupannya.Â
Titilah kehidupan dengan menuliskan pengetahuanmu, pengalamanmu, idemu, rasanya, imajinasimu, anganmu, atau apa pun sekitarmu. Kisah burukmu pun bisa jadi pelajaran bagi orang lain jika kamu tuliskan dengan rasa penyesalan.
Seperti halnya profesi lain, penulis membutuhkan modalitas dan ikhtiar. Kesuksesan penulis harus menempuh jalan panjang nan berkelok, tidak bisa sim salabim. Tak ubahnya usaha, harus mulai dari kecil-kecilan.Â
Jangan berpikir langsung kaya sebelum bekerja dan berusaha. Menulis, bukan saja membutuhkan pengetahuan dan skill tetapi juga membutuhkan mental dan energi rohani.Â
Tetapi, menulis pun tidak seberat pengusaha yang harus banting tulang dalam menjalankan usahanya hingga berhasil. Modal dasarnya, cukup komitmen dan konsistensi, itu saja
Ibarat berbicara, menulis itu cukup mudah dan gampang. Sama gampangnya dengan berbicara. Menulis itu, merangkai kata menjadi kalimat yang mengandung pesan atau makna.Â
Bedanya, berbicara merupakan rangkaian kata yang terucap melalui mulut. Sementara, menulis adalah rangkaian kata melalui tulisan. Berbicara juga lebih dulu diajarkan kepada manusia sejak dilahirkan. Tetapi tujuan keduanya sama, yaitu menyampaikan pesan agar orang yang mendengar atau membacanya memahami makna yang terkandung dalam rangkain kata-kata.
Pada prinsipnya, setiap manusia memiliki potensi dan kesempatan menjadi penulis. Hanya saja, menulis perlu pembiasaan hingga terbiasa seperti kebiasaan berbicara.Â
Belajar menulis harus melalui proses yang sama saat anak balita belajar berbicara. Mengeja kata demi kata, tak peduli yang diucapkannya benar atau salah. Kesalahan berulang tidak pernah menghentikannya untuk mengeja kata hingga mampu berucap kata dengan jelas dan bermakna. Kemampuan menulis terbentuk dari seberapa sering menulis, menulis dan menulis.Â