Mohon tunggu...
Sihar Marojahan
Sihar Marojahan Mohon Tunggu... -

Hanya seorang manusia biasa...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Definisi TUHAN

15 Januari 2011   17:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:33 18189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Anda-anda semua sudah sangat tidak asing lagi mendengar kata TUHAN, baik anda yang atheis sekalipun. Bahkan, tidak sedikit juga dari orang-orang yang telah memberikan gelar kepada TUHAN dengan menyisipkan label "Maha". Namun, sejauh apakah pemahaman tentang TUHAN menurut anda ? Dan seluas apakah pengertian tentang TUHAN bagi anda ?Nah, dalam tulisan kali ini saya akan memberikan sedikit definisi tentang TUHAN yang saya percaya, TUHAN yang saya yakini, TUHAN yang ada dalam kehidupan saya.

Dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya dengan TUHAN, yang berasal dari bahasa Sansekerta yaitu TUH HYANG, yang memiliki arti roh atau dewa yang memiliki posisi tertinggi dalam khayangan atau surga. Tiap-tiap agama penganut paham monotheisme memiliki nama untuk Tuhan. Contoh : Islam : ALLAH, Nasrani : ALLAH (Bapa), YESUS (Putra), Roh Kudus, (Konsep Trinitas), Yahudi : Iehovah (atau sering disebut Yehuwa, Yahweh, Jehovah). Hindu dengan konsep ketuhanan Parabrahman yaitu Syiwa, Wisnu, dan Brahma; Buddha yang menyebut Tuhan sebagai, "Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam" (Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak) dan konsep Buddha ini hampir sama dengan konsep Tuhan berdasarkan Henok (sekarang agama ini hanya ada di Afrika, tepatnya pusatnya di Ethiopia, konsep Yahudi kuno berdasar Enoch). Dan banyak lagi nama-nama dan konsep-konsep dari agama-agama yang lainnya.

Mereka-mereka yang memberikan nama-nama dan gelar-gelar terhadap Tuhan adalah suatu hal yang melalui berbagai proses. Dan mereka-mereka mengakui proses tersebut adalah suatu pewahyuan terhadap mereka yang membawa ajaran tersebut, sehingga membangkitkan suatu yang mutlak diyakini sebagai suatu kebenaran yang paling. Dari hal tersebutlah timbul beragam konflik, karena adanya perbedaan nama dan asal. Namun untuk kebenaran bahwa memang nama tersebut adalah Tuhan, adalah masih meragukan. Kenapa meragukan ? Karena belum mendapatkan jawaban pasti.

Dan bagi saya, mereka yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah kepastian, itu hanyalah sebagai bentuk dari terlalu mencintai. Sebagai contoh, : Seorang pria akan mengatakan bahwa istrinya lah yang paling cantik. Walaupun ada wanita lain lebih cantik, namun istrinya tetap paling cantik.
Dan yang paling parahnya, setiap orang yang tidak sepaham dengan konsep ketuhanan mereka, maka disebut sesat.

Hal seperti itu tidak bisa disalahkan. Karena memang sudah bagian dari proses pemikiran, dan bagian dari psikolog manusia yang memiliki ego. Sehingga memunculkan pengkotakan atas Tuhan, dan menuliskan, memaparkan, meyakini Tuhan berdasarkan sifatNya. Mempercayai Tuhan berdasarkan sifat-Nya adalah bentuk dari pengkotak-kotakan Tuhan, dan sebenarnya hal ini tidak jauh berbeda dengan mendewakan. Menjadikan dewa suatu sifat dengan menganggapnya sebagai Tuhan. Dan suatu waktu nanti, hal ini akan menjadi penyakit yang baru teridentifikasi bagi manusia.

Lantas Definisi Tuhan itu seperti apa ?

Berbicara tentang Tuhan, maka nilai yang akan kita berikan adalah tidak terhingga. Berada pada setiap dimensi di alam semesta, membaur diri dengan alam semesta, tidak memiliki batasan, memiliki perulangan tak memiliki nilai. Jika TUHAN memiliki gelar Maha (contoh : Maha Esa, Maha Besar, Maha Kuasa, Maha Baik, dsb), itu sudah jelas berdasarkan dari sifatnya yang baik. Sementara Alam Semesta ini bisa berjalan karena adanya keseimbangan. Keseimbangan berarti ada di tengah di titik nol. Dimana nilai positif sama dengan nilai negatif. Sama berat. Maka, jika memakai konsep Maha tersebut, secara tidak langsung  Tuhan juga memiliki gelar Maha Banyak, Maha Kecil, Maha Lemah, Maha Jahat. Kenapa ? Karena Tuhan memberikan keseimbangan pada Alam. Manusia lah yang memberikan ketidakseimbangan. Dan, dari konsep tersebut maka manusia menghadirkan Iblis. Dimana Iblis digunakan sebagai pembenaran terhadap konsepMaha buatan manusia tersebut. Sering kita lihat bahwa setiap hal-hal negatif yang dilakukan manusia, pasti menyalahkan Iblis, apa-apa yang jang jahat, manusia menyalahkan Iblis. Kenapa ? Karena manusia yang rakus dan picik mencari pembenaran atas dirinya bahwa secara langsung dia tidak bersalah.
Contoh dari ke-tidak-terhingga-an Tuhan, adalah dari cerita berikut :

Ada sebuah tulisan pernyataan sekaligus pertanyaan yang pernah menyebutkan demikian, "Jika Tuhan memang hebat, pasti DIA bisa menciptakan entitas/makhluk yang lebih hebat dari DIA. Bisa ngga ?"

Jawaban saya untuk pernyataan diatas adalah, :BISA. DIA bisa menciptakan entitas/makhluk yang jauh lebih hebat dari DIA. Namun, disaat DIA menciptakan makhluk tersebut, disaat yang sama pula DIA menjadikan diri-NYA jauh lebih hebat dari makhluk tadi. Dan menciptakan lagi, dan menjadi DIA lebih hebat lagi. Dan proses tersebut berulang-ulang terus sampai tidak terhingga, dimana DIA tetap berada diatas segalanya.

Para ahli mencoba menelusuri Alam Semesta ini, sebagai contoh Teori Big Bang yaitu teori pembentukan Alam Semesta. Yang mengatakan bahwa Alam Semesta ini tercipta melalui sebuah proses ledakan besar. Bertahun-tahun kemudian, teori tersebut basi. Dan telah ditemukan kembali bahwa sebelum adanya Teori Big Bang, telah ada Alam Semesta juga. Sampai kapan pun ditelusuri Alam Semesta dengan berbagai Teori, yang ada hanyalah perulangan yang nilainya tidak terhingga.

Demikian juga untuk menjelaskan ke-tidak-terhingga-an TUHAN, pasti akan tidak terhingga. Karena TUHAN adalah tidak terhingga. Maka itu jangan pernah memberikan kotak terhadap TUHAN, karena itu sama saja membatasi DIA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun