Mohon tunggu...
Sihar Marojahan
Sihar Marojahan Mohon Tunggu... -

Hanya seorang manusia biasa...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kitab Suci Sebagai Historis Simbolis

15 Januari 2011   17:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:33 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Demikian kisah nyata yang ada pada kitab suci. Dituliskan kembali oleh mereka para penulis tersebut, agar setiap orang dapat mengambilnya sebagai nilai-nilai penting, sebagai pembelajaran. Baik atau buruknya hasil dari pembelajaran tersebut adalah tergantung peresapan nilai oleh pembacanya.

Haruskah tidak percaya kepada kitab-suci dan membuangnya ?

Jika anda melakukan hal itu, maka anda adalah orang bodoh. Bagaimana mungkin seseorang mau membuang emas ? Bagaimana mungkin seseorang dapat membuang pengaman pada tubuhnya dalam keadaan hujan batu ? Bukankah itu adalah perbuatan orang bodoh ?

Lantas haruskah tidak percaya ? Atau apa yang harus dilakukan ?

Hal yang harus anda lakukan adalah merubah dogma atau konsep tentang bagaimana memahami kitab suci tersebut. Sesuatu hal yang anda anggap sebagai kemutlakan, hanya akan menjadikan anda sebagai Predator. Untuk memahami kitab suci, yang paling utama adalah pembentukan pola pikir. Anda harus mau menerima masukkan dari pihak mana saja, menampungnya, dan kemudian memberikan penilaian. Dan yang pasti adalah keseimbangan. Pola pikir anda harus seimbang, sebab itulah ciri-ciri utama pola pikir yang sehat.

Maka itu, buanglah prinsip bahwa anda tidak boleh melakukan penafsiran terhadap hal apa saja. Tuhan memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk berkreasi. Buang dogma yang mengatakan bahwa pikiran manusia adalah jahat, dan seperti yang dikatakan oleh sebagian kelompok, bahwa Iblis dapat mempengaruhi pikiran manusia. Itu tidak benar, justru andalah yang mengendalikan pikiran anda, tidak ada campur tangan dari pihak manapun. Buang kemutlakan yang mungkin selama ini anda anut. Mutlak disini berarti bahwa hal itu hanya bernilai itu, tidak memiliki arti yang lain. Sebagai contoh, jika di kitab tertulis (misal), "maka raja itu membunuh mereka yang berkhianat kepada raja karena tidak sepaham dengan raja". Apakah anda akan mengikuti kitab suci itu untuk membunuh orang yang tidak sepaham dengan anda ?Jika anda adalah penganut kemutlakan, maka anda akan menjawab, ya saya akan membunuh. Akan tetapi ada arti lain dari literatur tersebut yang bersifat nilai kemanusiaan, misalnya, anda akan membunuh nilai-nilai ketidaksamaan dalam persepsi anda dan orang lain. Anda pastinya akan mencari jalan tengah dari perbedaan, sehingga mendapat kesamaan, sehingga bisa memupuk kebersamaan dan menciptakan kedamaian, dengan membunuh hal-hal penyebab perbedaan atau keributan. Dan bahwa nilai yang bisa didapat dari cerita literatur tersebut adalah, mencari solusi dari permasalahan.

Yang paling terakhir adalah ambil nilai simbolis untuk meraih hidup lebih teratur, lebih baik, dan lebih bijaksana, yang tersirat dalam kitab-kitab tersebut. Anda pastinya paham akan kebijaksanaan. Maka bijaksanalah dalam hal apapun. Dengan tidak menjadi buta, termasuk saat memahami kitab suci. Pemahaman akan kitab suci akan dapat menciptakan kedamaian dalam kehidupan, juga dapat berpotensi menjadi perusak. Sebab jika anda salah dalam memahami kitab suci, anda dapat bersikap seperti seorang hakim terhadap orang lain, yang menghakiminya dan pada saat yang sama anda telah men-Tuhan-kan persepsi anda.

Demikian suatu tinjauan tentang kitab suci. Saya mengajak anda untuk benar benar memahami makna tersirat dalam kitab suci. Karena anda memiliki nilai kebijaksanaan, maka jangan menyimpannya dalam gudang di hidup anda, tapi gunakanlah sebagaimana harusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun