Mohon tunggu...
rahmad m.arsyad
rahmad m.arsyad Mohon Tunggu... -

rakyat biasa yang pernah sekolah di Universitas Hasanuddin Makassar dan saat ini masih melanjutkan studi di kampus yang sama untuk jenjang magister.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi, Prabowo, dan Drama Kerajaan Singhasari

19 Maret 2014   06:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:46 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sedang berkhayal Anusapati adalah sosok Puan Maharani yang merupakan trah langsung Soekarno,  walau dalam representasi dan versi yang berbeda, bukan sebagaimana dalam kisah kerajaan singasari dalam negara kertagama ataupun versi pararaton oleh ki J.Padmapuspita, dimana  Anusapati merupakan putra Tunggul Ametung.

Puan merupakan sosok pelanjut Soekarno yang sedang dipersiapkan untuk tampil menjadi pemimpin, namun Ken Dedes sadar puan belum menemukan keris 'mpu gandring' yang selama ini dimiliki oleh Ken Arok ataupun ketidagdayaan dan kesaktian seperti ayahnya.

Faktor itulah yang menyebabkan mega begitu sadar, bahwa dirinya tidak bisa memaksakan sang putri untuk segera naik takhta. Barisan keluarga Bung Karno  masih dibutuhkan sekian waktu untuk mempersiapkan sang pewaris untuk kelak tampil menjadi pemimpin. Singkat kata, Ken Arok masih “dibutuhkan sejenak” sembari mempersiapkan Anusapati untuk kelak tampil mengambil kepemimpinan politik dari Ken Arok.

Atau bisa jadi sebenarnya,  Ken Dedes memang akhirnya begitu jatuh cinta pada sosok Ken Arok lelaki yang kita bereinkarnasi dalam diri Joko Widodo, sehingga akhirnya dirinya lebih memilih Ken Arok dibandingkan menetapkan sang putri, Tunggul Ametung, atau dirinya sendiri sebagai raja singasari.

Namun dengan catatan, bahwa Joko Widodo harus tetap mematuhi perintahnya menjadi boneka dari Ken Dedes yang tahu betul, bagaimana menghadapi sosok Tunggul Ametung yang dahulu merupakan teman pernikahan politiknya, namun kini akan menjadi musuh utama dalam perjalanan politik mereka kelak.

Seperti juga babad singhasari kita kembali disadarkan realitas, bahwa didalam politik tidak pernah mengenal kata setia, politik senantiasa punya intrik dan mendewakan kepentingan.

Rivalitas Ken Arok dan Tunggul Ametung dalam jilid pilpres 2014

Drama singasari kemungkinan besar akan kembali berulang dalam pemilihan presiden 2014. Dimana akan ada dua tokoh yang saling bersaing yakni Prabowo dan Jokowi. Tanda-tanda rivalitas keduanya sudah semakin nampak, utamanya melihat babak –babak bagaimana keduanya bersaing merebut hati Megawati Soekarno Putri.

Peta pemilih juga sudah mulai membentuk dua polarisasi yang tajam, yakni mereka yang kecewa dan mereka yang mendukung jokowi. Barisan kelompok yang kecewa dengan ken arok akan semakin mengeraskan dukungan bagi Prabowo, sementara mereka yang mendukung Jokowi juga akan semakin mengental dan berada pada barisan yang berbeda.

Membaca tanda-tanda zaman ini, sudah dapat kita simpulkan siapa yang akhirnya tampil menjadi pemenang, namun ada dua hal yang tak bisa dilupakan. Pertama,  apakah tuah kutukan mpu gandring sebagai sosok naas dibelakang kisah kerjaan singhasari kepada Ken Arok akan berjalan.

Kedua, bagaimana langkah selanjutnya dari barisan loyalis Anusapati kelak, apakah akan penuh mendukung ayah tirinya Ken Arok, ataukah menunggu waktu yang tepat sebagaimana keinginan mpu gandiring untuk menyelesaikan gurinda terakhir dari keris pusaka yang membawa petaka bagi Ken Arok dan kisah singhasari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun