Mohon tunggu...
rahmad m.arsyad
rahmad m.arsyad Mohon Tunggu... -

rakyat biasa yang pernah sekolah di Universitas Hasanuddin Makassar dan saat ini masih melanjutkan studi di kampus yang sama untuk jenjang magister.

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Worry Marketing ala Tim Sukses Para Capres"

5 Juli 2014   10:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:24 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebulan ini saya benar-benar dilanda “kemuakan” menyaksikan parade dukung mendukung para calon Presiden. Ibarat virus yang terus menyebar, semakin dekat masa pemilihan presiden semakin menyebarlah perang antar para tim sukses maupun simpatisan masing-masing capres.

Dari awalnya perang baliho di jalan raya, berpindah ke perang iklan dan berita di televisi, terus membelah diri  pada dinding jejaring sosial, sampai akhirnya menginvasi melalui broadcast BBM dan  Kotak sms di ponsel yang tak berhenti memberikan kabar miring tentang capres lawan, sembari memuji kehebatan capres yang didukung.

Saya bukanlah orang yang benci politik, bahkan saya sering terlibat dalam berbagai momentum politik termasuk pada pilpres. Tapi di masa pemilihan presiden kali ini, rasa-rasanya saya begitu bosan akan kabar -kabari politik para capres yang sampai mengalahkan kehebohan piala dunia dan syahdunya ramadhan.

Karena bosan akan perbincangan perpolitikan tanah air yang begitu heboh , maka akhirnya sore tadi menjelang waktu berbuka puasa saya berkunjung ke kedai buku seorang kawan lama (http://kedaibukujenny.blogspot.com/).

Dalam hati saya berbisik "semoga kawan saya  tidak membahas soal capres"! Pasalnya hampir disemua tempat di Jakarta baik dikampus, kave, terminal, bandara ,restoran sampai kos-kosan saya, semua membahas soal capres dan cawapres. Demikian pula waktu liburan saya dimakassar, masih saja di isi dengan berbagai diskusi politik seputar capres dan cawapres!

Doa saya akhirnya dikabulkan oleh Tuhan, suami dan istri si pemilik kedai buku yang kedua-duanya adalah sahabat saya dikampus, sepertinya paham akan kebosanan saya. Mereka tak sedikitpun menyinggung soal capres dan membiarkan saya bebas berpetualang di ‘surga kecil kedai buku mereka’.

Bertemu Worry marketing

Beberapa hari ini, memang saya ingin sekali menulis soal aktivitas para tim sosmed capres ataupun mereka yang sekedar menjadi chiliders jejaring sosial yang sibuk bersorak ketika informasi dukungan bagi jagoan mereka beredar luas.

Karena sejauh pengamatan saya,  pemilihan presiden kali ini telah menarik bergam lapisan kelompok untuk terlibat dari para politisi, jurnalis, aktivis LSM, ustadz, dosen, Abg tanggung, seniman, musisi serta berbagai kelompok yang sulit disebutkan satu persatu saking bayaknya.

Karena jika saya perhatikan materi berbagai kampanye yang disebarkan sebenarnya sama saja. Baik mereka yang mendukung  pasangan capres nomor 1 maupun yang memperjuangkan capres nomor 2 yakni ; SAMA-SAMA MENYEBARKAN KETAKUTAN JIKA PIHAK LAWAN BERKUASA.

Isinya  hampir seluruhnya seragam yang pada intinya;  JIKA CAPRES NO.1 MENANG, MAKA KITA AKAN DIPIMPIN OLEH REZIM MILITER YANG FASIS, ORDE BARU yang SUKA MEMBUNUH.

Demikian pula pihak yang menyerang kandidat nomor 2, JANGAN PILIH NOMOR DUA KARENA DI DUKUNG OLEH PKI, CINA DAN TIDAK BERTUHAN!. Keduanya menurut saya sama-sama berusaha membentuk teror!

Untung dikedai buku sahabat saya itu, saya menemukan sebuah buku terbitan Jalasutra judulnya “Worry Marketing” yang ditulis oleh Fidelis Indriarto. Setelah membacanya saya bisa belajar satu hal, bahwa apa yang dipraktekan kini oleh para buzzer bayaran tim dua pasang capres,  ternyata dikenali dalam ilmu marketing sebagai “Sterategi Pemasaran berbasis kekhawatiran”.

Dengan baik Indriarto mengambil contoh bahwa sterategi “managemen kekhawatiran ” ternyata sangat efektif dalam mempengaruhi psikologi konsumen. Misalnya saja, iklan shampo yang dengan sadar mengiring ketakutan akan ketombe yang bisa mengganggu penampilan, atau mengapa bimbingan belajar sangat laku,  karena menjual ketakutan  para siswa tentang kelulusan!

Benar teriak saya dalam hati, inilah yang dijual oleh para tim sukses maupun chiliders capres yakni WORRY MARKETING!

Don’t Worry, Be Happy!

Untuk para sahabat-sahabat saya yang penuh semangat menyebar ketakutan saat ini,hendaknya mengigat kalimat iklan prodak Garda oto don't worry be happy, yang  setelah saya telusuri diambil dari lirik lagu ber-genre Reggae karya Bobby McFerrin!

Orang-orang seperti saya sudah terlalu banyak ditakut-takuti dengan berbagai kebutuhan hidup pada hari-hari mendatang. Ketakutan tarif dasar listrik yang sudah naik, biaya sekolah anak, belanja istri jelang lebaran, sampai asuransi kesehatan dan berbagai ketakutan lain yang memaksa kami untuk membeli dan membeli, maka hendaknya berhentilah menyebar ketakutan agar saya tidak sekedar membeli capres dan cawapres pilihan saudara karena ketakutan!

Kedua, bagi saya yang kita pilih bukanlah sosok malaikat atau superhero maka berkampanyelah secara wajar dan berperanglah secara wajar. Agar kami juga melihat tuan-tuan tim sukses maupun simpatisan secara wajar, dengan tentu saja harapan yang wajar saja jika capres pilihan anda akhirnya terpilih!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun