Terlalu prematur mengatakan counter-offensive (serangan balik) Ukraina gagal. Hingga artikel ini dibuat, ofensif tersebut baru berjalan 5 hari sejak diluncurkan pada 4 Juni 2023 lalu.
Tentara Ukraina kali ini tampaknya lebih percaya diri, menyerang didominasi peralatatan dan armada tempur lebih mumpuni bantuan sejumlah negara barat, sayangnya hasil yang dicapai ternyata BELUM signifikan.
Pertempuran hebat terjadi di fron Zaporizhia, Bakhmut, Marinka dan Avdivka.
Di front Zaporizhia pertempuran utama terjadi di sekitar Orikhiv. Di sektor barat Orikhive terobosan Ukraina melalui desa Lobkove. Sedangkan di selatan melalui desa Robotino.
Di Lobkove pasukan Ukraina sempat maju 6 kilometer ke dalam pertahanan Rusia namun setelah pertempuran 2 hari dapat direbut kembali oleh pasukan Rusia.
Di Robotino, pasukan Rusia yang terdesak di sana terpaksa melepaskan desa tersebut. Namun sehari kemudian dapat ditaklukkan kembali, memaksa pasukan Ukraina kembali ke garis pertahanan semula.
Di front Bakhmut, pasukan Ukrain hampir sempat menerobos ke sayap utara kota Bakhmut tepatnya hampir merebut kota Berkhivka, namun sekali lagi pasukan Rusia menekan pasukan dan militan Ukraina kembali ke garis pertahanan semula di kawasan rawa-rawa sekitar 1 km di luar kota Berkhivka.
Masih di luar Bakhmut, pasukan Rusia mengejar hingga ke kawasan justru belum mampu dijamah Rusia selama ini yakni kota Ivanivska, penyangga kota Bakhmut.
Di front Marinka, pasukan Ukraina coba menambah kekuatan dari kota Kurakhivka dipaksa mundur ke belakang. Sedangkan di kota Avdivka bala bantuan Ukraina belum dapat berbuat banyak. Pasukan Rusia malah menjamah pemukiman penduduk di desa Sieverne di luar Avdivka.
Dalam situasi begini dengan seluruh biaya dan pengorbanannya, Ukraina berusaha mendobrak sistem pertahanan 3 lapis tentara Rusia di fron Zaporizhia dari Kamianske di tepi resrvoir Kakhovka hingga ke Vulehdar. Sayangnya upaya tersebut belum membuahkan hasil maksimal.
Belum jelas berapa besar rincian sebenarnya kerugian Ukraina namun 1500 orang petempur bersama sejumlah peralatan tempur kelas berat bantuan negara-negara barat jelas tampak berserakan disebuah fron Zhaporizia.
Diantara rongsokan yang jelas terlihat adalah 2 unit tank Leopard A6 dan 3 unit Leopard A4 hancur dan rusak.
Sementara itu 6 unit kendaraan tempur buatan AS, M2A2 Bradley ODS-SA bersama sebuah YPR-765 Belanda hancur tidak berfungsi sama sekali.
Sejumlah peluncur MLRS dan artileri lain termasuk Howitzer M-777 juga melengkapi betapa gelapnya serangan balik Ukraina setidaknya pada tahap ini.
Mengapa disebut "tahap ini" karena Ukraina telah mempersiapkan berjilid-jilid serangan balik seberapapun besarnya biaya sebagaimana dijanjikan oleh pejabat Ukraina dan tentu saja negara barat.
Melihat besarnya pengorbananUkraina pada ofensif tahap awal ini beberapa pengamat membuat kesimpulan bahwa ofensif skala besar ini lebih tepat disebut "bunuh diri" ketimbang ofensif sesungguhnya.
Mengapa disebut bunuh diri karena di dalam ofensif tersebut tampak sekali Ukraina melakukan pola sederhana, hanya mengandalkan jumlah besar dan peralatan tempur berdaya tahan lebih tinggi.
Ukraina mengabaikan keunggulan artileri dan pengamanan udara serta pembersihan ranjau sebelum tim penorbos melakukan misi penaklukan.
Jelas sekali kondisi tersebut menjadi sasaran empuk Rusia yang mengandalkan satelit untuk memantau pergerakan rombongan Ukraina beberapa puluh kilometer sejak dari berbagai kota hingga berkumpul di sejumlah "posko" tertentu sebelum menyerang ke fron.
Teknologi electronic warfare Rusia dapat memantau pergerakan menit demi menit pasukan Ukraina hingga berada dalam jangkauan artileri. Kemudian membagi tugas, jenis artileri sesuai dengan jenis target untuk dihancurkan.
Belum dapat dipastikan Ukraina menjalankan keunggulan teknologi seperti itu mengingat pola ofensif Ukraina pada saat ini (sekali lagi hingga saat ini) sangat mudah dibaca oleh Rusia.
Meskipun Ukraina berkata masih mampu melaksanakan ofensif berjilid-jilid dan punya stok 600-an tank dan ratusan kendaraan militer di sekitar Orikiv ada baiknya mengkaji ulang rencananya mengingat lawan yang dihadapi adalah sebuah negara super power, pasukan bekualitas dan punya peralatan militer berteknologi tinggi.
Namun jika Ukraina bersikeras meneruskan ofensifnya perlu diperhatikan adalah :
- Senjata yang diberikan barat musti berteknologi lebih hebat dari yang Rusia miliki, termasuk di dalamnya adalah pesawat tempur yang dapat membantu pengamanan ruang udara saat melakukan ofensif.
- Tentara Ukraina musti diisi oleh tentara barat yang sangat terlatih menggunakan peralatan barat dan teralatih dalam militer
- Moral tentara Rusia musti sedang runtuh akibat kekalahan demi kekalahan termasuk kekurangan jumlah petempur
Tetapi kapan itu bisa terjadi karena sebaliknya pasukan Rusia justru memperlambat tempo ofensif guna memperpanjang usia perang sambil memperkuat personil dan memperbaharui teknologi senjatanya?
Maju kena, mundur pun kena. Petempur Ukraina seperti merasa dalam tekanan barat karena memaksa Ukraina musti menang. Sementara itu sejumlah negara barat mulai hitung-hitungan biaya dan hasil akhir yang dicapai ternayta belum menjanjikan.
Sejumlah negara mulai gelisah melihat pengorbanan harta benda dan biaya mereka keluarkan sangat besar.
Sebelum menutupi artikel ini penulis teringat bahwa Ukraina pernah berjanji akan terus melakukan serangan balasan berjilid-jilid. Kegagalan oefensi yang satu bukan berarti akhir segalanya karena Ukraina memang punya aneka"stok" yang berlimpah.
Hanya saja perlu digaris bawahi adalah setiap stok pasti ada batas atau akhirnya. Sama seperti kata pepatah setiap perang pasti akan ada akhirnya.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H