Hingga saat ini adalah hari ke 10 kapten Pilot Susi Air, Philip Max Mehrtens (Martin) disandera oleh kelompok seperatis Papua Mardeka, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) pimpinan Egianus Kagoya, Panglima KODAP III Derakma Ndugama.
Martin diculik di Bandara Apro, Nduga pada 7 Februari, pukul 07.17 WIT atau lebih kurang 1 jam setelah pesawat Susi Air nomor registrasi PK-BVY. Sementara 5 orang penumpang lainnya dibebaskan oleh tim Kagoya.
Pada hari pertama penculikan pihak OPM langsung menerbitkan press realese. Sebby Sambom, jubir TPNBP berkata kepada BBC Indonesia tidak akan membebaskan pilot tersebut hingga Australia dan Selandia Baru melakukan tanggung jawab atas sejarah dan kekerasan di Papua.
"Kondisi Marten dijamin aman dan akan menggunakannya sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi politik," ujar Sambom kepada BBC edisi 8 Februari 2022.
Beberapa hari setelah itu media media masa tidak disuguhi informasi pati keberadaan dan gambar Marten hingga seorang twitter @hesron_sambom pada 14 Februari 2023 memposting video dan gambar Martin sebagai berikut :
Jika mengacu pada tanggal posting 14 Februari 2023 bisa jadi gambar yang diunggah hesron-sambom tersebut terjadi pada tanggal 14 atau sebelum 14 Februari 2023.
Kemudian gambar senada pada 15 Februari 2023 diperoleh dari Al-Jazera (via AP) foto-foto terkini Martin sebagai berikut :
Pada foto lainnya (mungkin berbeda tanggal) terlihat Martin dengan gagah berani dan bagga berdiri bersama anggota OPM dengan latar bendera bintang Kejora mengenakan pakaian dan topi yang berbeda.
Hingga saat artikel ini dibuat (17/2/2023) belum ada gambar terbaru tentang Martin. Apakah dia masih di kawasan awal penculikan atau pindah, belum diketahui secara pasti.
Namun jika merujuk pada informasi dari Komandan Satgas Damai Cartenz Kombes Faizal Rahmadani pada 16 Februari 2023 bahwa posisi Martin sudah dikeluarkan dari distrik Paro, Nduga, Papua Pegunungan.
Pencarian Martin pun kini dilematis. Pasalnya Perdana Menteri dan Menlu Selandia Baru menanggapi datar-datar saja kasus tersebut.
Chris Hipkins, Perdana Menteri Selandia Baru, pada 8 Februari 2023 atau sehari setelah penculikan berkata, "Sangat menyadari kasus tersebut. Kedutaan kami di Jakarta sedang mempelajari kasus ini," ujar Hipkins pada bbc.com edisi 8/2/2023.
Sementara itu dari ABC News edisi 14 Februari 2023, Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru menanggapi ringan-ringan saja, "Kami tahu tentang video dan foto yang beredar tapi kami belum dapat memberi komentar pada saat ini." Sumber : abcnews.
Di sisi lain media berita New Zealand sendiri tenang-tenang saja menanggapi "penyanderaan" atau penculikan pilot berkebangsaan Selandia Baru.
RNZ menurunkan artikel sedang-sedang saja pada edisi 8 Februari 2023, "New Zealand pilot taken hostage in Indonesia" dan sebuah berita ringan lain berjudul "Hostage situation: Pilots warned to take precautions in Papua, New Zealander says."
Stuff.co.nz edisi 8 Februari 2023 bahkan menulis dengan judul berita tidak percaya bahwa"Kiwi" pilot itu disandera, "No sign of Kiwi pilot taken hostage despite extensive searches."
Setelah itu media Australia menurunkan berita tentang video dan gambar-gambar mirip dengan informasi yang dirilis di media sosial dan media massa Indonesia.
Hingga artikel ini dibuat belum ada tanda-tanda reaksi kegelisahan pemerintah dan media Selandia Baru atau Australia terhadap "penyanderaan" Martin.
Kemungkinan pemerintah Selandia Baru menangkap signal aneh dalam kasus.
Di tingkat media sosial (twitter) beberapa netizen mencium aroma persekongkolan di balik kasus ini. Seorang netizen menulis keraguannya sebagai berikut.
Mungkin saja keraguan netizen tersebut beralasan.
Dari sebuah gambar yang penulis amati berikut terlihat keceriaan Martin dalam berbagai adegan. Kelihatan Martin bukan sebagai sandera melainkan seperti intruktur dalam kelompok OPM setidaknya dalam kawanan tersebut.
Dalam lingkaran biru gambar di atas memperlihatkan sikap OPM berusaha menampilkan adegan seolah Martin ditahan atau disandera. Martin malah tersenyum dan tenang.
Dalam lingkaran merah terlihat Martin dan seorang OPM saling menggenggam. Posisi tangan Martin bahkan di atas, memperlihatkan dominasinya. Sesuatu yang sangat naif dalam kasus penyanderaan atau penculikan.
Apakah setelah ini akan terbit gabar-gambar baru yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk menyamarkan kondisi, itu persoalan nanti. Faktanya sekarang adalah gambar-gambar itu mewakili betapa hangatnya suasana Martin di sana, mungkin Martin menyukainya meskipun untuk beberapa saat saja.
Berdasarkan hal tersebut, petugas keamanan perlu mengkaji ulang rencana pencarian besar-besaran Martin. Selain risikonya besar hasilnya juga tidak bisa cepat terealisir.
Tanpa bermaksud merendahkan posisi nilai kemanusiaan dan tanggung jawab Susi Air, pencarian Martin cukup mewakili pihak-pihak saling berpengaruh di Papua Barat.
Dari sana nanti akan muncul tawar menawar dalam bentuk material seperti apa yang dibutuhkan.
Jika tawarannya adalah harga mati "merdeka" maka itu perlu proses dan waktu sangat panjang dan lama. Jika memaksa harus mengikuti tuntutan itu berarti Martin harus tinggal dahulu lama-lama di sana sampai proses teknis dan non teknis berjalan.
Ironisnya jika harga mati seperti itu tidak dikenal dalam istilah kebijakan NKRI. Itu artinya jalan buntu dan itu sama dengan Martin harus berada di sana, mungkin selama-lamanya.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H