Seiring dengan berjalannya waktu lontaran demi lontaran semakin efektif. Akurasinya tepat, nyaris 100%.
Banyak video memperlihatkan korban ledakan granat terjadi pada ke dua belah pihak.
Tampaknya Ukraina dan Rusia menyadari penggunaan drone ternyata sangat efektif bahkan sangat efisien namun menghasilkan dampak merusak yang tinggi, apalagi jika ditindak lanjuti dengan serangan artileri.
Menyadari hal tersebut, Ukraina berinovasi menghasilkan granat yang menghasilkan daya ledak lebih hebat dan dapat dibawa oleh drone yang lebih besar sehingga dapat mengangkut 2 atau 3 granat sekaligus dalam satu kali misi.
Dari sebuah video yang penulis lihat dari sumber Twitter, memperlihatkan persiapan Brigade 63 Attaboy, Ukraina menyiapkan ratusan drone yang berkapasitas besar dan mengangkut granat dengan "racikan" daya ledak terbaru.
Granat inovatif tersebut diberi nama Shaman yang berasal dari nama ahli peledak yang menciptakan granat tersebut. Dalam video tersebut sang "insinyur" berjanji akan melumat pasukan Rusia di manapun dengan drone bepeledak hebat tersebut.
Ancaman tersebut terbukti benar. Peranan drone tersebut memberi pesan pada komandan lapangan Rusia berhati-hati dalam bertahan apalagi dalam menyerang.
Itu salah satu sebab (dari sekian penyebab) gerak maju pasukan terlihat lambat menjelang akhir 2022.
Tidak mau ketinggalan Rusia menyiapkan drone yang sama dengan membentuk resimen khusus operator drone dan granat yang memiliki ledakan lebih dahsyat dari sebelumnya.
Dalam perkembangan ini aksi lemparan granat dari drone Rusia terlihat lebih tepat sasaran atau berpresisi tinggi sekali. Operator drone pasukan Rusia bahkan mampu memasukkan granat dalam cerobong asap berdiameter 3 inci tempat bunker pasukan Ukraina menghangatkan diri atau berlindung.
Kini Ukraina meningkatkan inovasinya dengan drone berkapasitas lebih besar dan melontarkan granat berbahan kimia. Dalam salah satu video yang beredar dua hari terakhir dua pasukan intai Rusia yang sedang berusaha menyebrangi kanal dapat dimonitor oleh drone Ukraina.