Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Melawan Holiganisme dari Peristiwa di Estadio Nacional hingga Kanjuruhan

3 Oktober 2022   01:51 Diperbarui: 3 Oktober 2022   13:42 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusuhan di Estadio Nacional de Lima, Peru 24 Mei 1964. Gambar : andina.pe. Dan Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang 1 Okt 2022

Holiganisme adalah sebuah perilaku kekerasan dalam olah raga. Pelakunya disebut holigan atau holigans. Perusuh dalam dunia sepak bola disebut Holigan sepak bola.

Mau dikelompokkan ke dalam istilah lebih halus misalnya Ultras, Casuals Holigan, Mania atau Tifosi atau lainnya, perbuatan merusuh atau kelompok perusuh pada intinya disebut Holigan.

Aksi holigan pertama dalam dunia sepak bola tidak diketahui secara pasti. Namun sejarah mencatat pada abad k 14, Raja Edward II pernah melarang sepak bola karena ada tradisi kekerasan yang menimbulkan kerusuhan sosial dalam pertandingan sepak bola antara desa ketika itu.

Dalam era sepak bola modern aksi holigan pertama tercatat pada 1885 ketika Aston Villa melawan Preston North End. Sekelompok geng masyarakat justru menyerang supporter kedua tim dengan aneka bentuk kekerasan.

Dari Belgia, Bosnia, Kroasia, Yunani, Hungaria, Italia hingga Argentina aksi holgan dalam dunia sepak bola tidak mengenal belas kasihan.

Salah satu peritiwa paling dahsyat terjadi pada  24 Mei 1964 di stadion Nacional, Lima, Peru.

Ketika itu sedang berlangsung babak penyisihan Olimpiade Tokyo di stadion Nacional antara tuan rumah Peru melawan Argentina.

Seorang suporter Peru menerobos ke lapangan dan memukul wasit menganulir gol tuan rumah. Pria tersebut dipukul oleh Polisi namun menyebabkan ribuan pendukung tuan rumah marah. Sebanyak 328 orang tewas akibat banyaknya orang terluka, berdesakan menuju pintu keluar stadion.

Pada 2 Juni 1968 di Stadion Monumental, Bounes Aires, Argentina.

Dalam sebuah pertandingan antara River Plate melawan Boca Juniors, 74 penonton pada umumnya pendukung tuan rumah Boca Juniors tewas akibat berdesak-desakan di pintu stadion nomor 12 yang tertutup tidak bisa dibuka.

Selanjutnya aksi holiganisme yang memakan korban jiwa sangat banyak terus terjadi di sejumlah negara, yaitu : 

Pada 2 Januari 1971 di stadion Ibrox Park, Glasgow, Inggris.

Dalam derby Galsgow Celtic melawan Glasgow rangers, sebuah kerumunan di tribun runtuh, menyebabkan 66 orang penonton tewas.

Pada 22 Oktober 1982 di stadion Luzhniki, Moskow, Rusia

Dalam pertandingan penyisihan piala UEFA antara Spartak Moscow dan Harlem (Belanda) sebanyak 66 orang juga tewas akibat keributan supporter.

Pada 29 Mei 1995 di stadion Heysel, Brussel, Belgia

Final piala Champion antara Juventus melawan Liverpool yang disiarkan secara langsung oleh sebuah stasiun televisi di tanah air pada saat itu memperlihat peristiwa dramatis orang-orang yang terhimpit pagar pembatas penonton dengan lapangan sepak bola. Sebanyak 9 orang penonton tewas akibat penonton berlimpah ke pagar pembatas.

Pada 12 Maret 1988, di stadion Khatmandu, Nepal

Sebanyak 93 orang tewas di sebuah pintu keluar stadion ketika berdesakan menghindari serangan badai

Pada 15 April 1999 di stadion Hillsborough, Sheffield, Inggris

Dalam sebuah pertandingan liga Inggris antaraLiverpool dan Nottingham Forest 98 orang penonton tewas akibat berdesakan berjubel melebihi kapasitas stadion.

Pada 16 Oktober 1996, di Guatemala.

Pertandingan babak penyisihan piala dunia antara Guatemala dan Kosta Rika di Guatemala menyebabkan 84 orang pada umumnya supporter Kosta Rika jadi korban serangan pendukung tuan rumah.

Pada 9 Mei 2001 di stadion Accra Sport, Ghana

Dalam sebuah pertandingan liga utama Ghana antara Hearts of Oak sebagai tuan rumah melawan Asante Kotoko. Sebanyak 126 penonton pada umumnya suporter tamu tewas mengenaskan.

Pada 1 Februari 2012 di stadion Port Said, Mesir

Dalam pertandingan al-Masry tuan rumah melawan tamu al-Ahli sebanyak 72 orang suporter dan pemain tamu (al-Ahli), 1 orang polisi dan 1 orang suporter tuan rumah (total 74 orang tewas) akibat diserang oleh aksi holiganisme ribuan pendukung tuan rumah.

Aksi holigan atau kekerasan dalam dunia sepak bola terus berkembang. Terakhir terjadi di dalam pertandingan Persebaya melawan Arema Malang pada 2 Oktober 2022.

Sebagaimana telah sama-sama kita ketahui kerusuhan di stadion Kanjaruhan mengakibatkan 125 orang penonton dan 2 orang personil polisi tewas akibat tindakan kekerasan yang sedang didalami sebabnya.

Dari peristiwa di stadion Kanjuruhan bisa jadi menduduki rangking ke dua dunia dalam hal jumlah kematian dalam sebuah pertandingan sepak bola di planet bumi ini.

Aksi kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok suporter telah memancing pihak keamanan sebagaimana dilakukan juga disejumlah negara disebutkan dalam sejumlah peristiwa di atas. Tujuannya adalah mencegah aksi kerusahan atau meredam kerusuhan.

Terlepas dari cara aparat keamanan di stadion Kanjuruhan, aksi kekerasan dan cara aparat keamanan mengatasi kerusuhan dalam dunia sepak bola sebagaimana disebutkan di atas telah terjadi di manapun.

Peristiwa holiganisme bukan konsumsi negara-negara terbelakang atau negara berkembang. Aksi itu tidak ada hubungan dengan masyarakat maju, modern atau terbelakang karena bisa tejadi di manapun terutama jika terdapat potensi kerusuhan.

Potensi kerusuhan yang dapat memancing aksi holigan dalam sepak bola adalah :

  • Mabuk akibat pengaruh alkohol dan juga termasuk mabuk kemenangan
  • Kecewa akibat tim pujaannya kalah
  • Fanatisme sangat tinggi terhadap tim pujaannya
  • Membawa senjata tajam atau senjata berbahaya
  • Melampiaskan kekecewaan dengan melakukan vandalisme terhadap obyek lain
  • Terikat dalam kelompok atau paguyuban atau organisasi tertentu

Bentuk kekerasan antara lain adalah ujaran kebencian,  mengejek, menghina, pelemparan, pembakaran dan serangan fisik terahadap subyek lain.

Kini di sejumlah negara maju telah menyadari kekeliruan dalam holiganisme sepak bola. Pertandingan sepak bola BUKAN perang atau peperangan. Mereka ingin benar-benar menikmati pertandingan sepak bola sebagai sebuah hiburan. 

Kini terlihat yang duduk dalam barisan penonton paling depan di stadin adalah orang-orang dewasa, pria atau wanita sudah tua dan mungkin dengan cucu atau anak kecil mereka.

Kondisi ini terbalik dengan apa yang terjadi di tanah air kita, yang paling menguasai terdepan arena adalah suporter, anak remaja dan orang-orang secara fisik sudah dewasa tapi masih seperti -maaf- mirip setengah manusia dalam tingkah laku apalagi cara berpikir.

Mabuk kemenangan apalagi mabuk kekalahan disikapi dengan akal tidak waras. Jika mereka berada dalam jumlah banyak atau bergerombol sudah pasti potensi kekerasan disebutkan dapat terjadi.

Dengan mempelajari potensi terjadinya holiganisme di atas, pihak keamanan dapat melakukan pencegahan awal guna mengeliminir timbulnya aksi serupa di kemudian hari.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun