Penilaian negatif menjurus kebencian terhadap buya Syafii menjadi-jadi ketika buya terang-terang membela Ahok dalam konflik penistaan agama.
Salah satu wujud kebencian itu adalah sebuah postingan di media sosial yang tidak pantas dimasukkan dalam artikel ini menanggapi kepergian buya Syafii sebagai berkurangnya seorang Islam liberal.
Pada 2016, buya dianggap membela Ahok dalam kasus penistaan agama. Berdasarkan apa yang mendasari pemikirannya tentang Islam buya berkeyakinan Ahok TIDAK menistakan agama.
Buya dianggap kontroversial dan terlibat dikusi panas dengan sejumlah tokoh pemuka agama Islam dan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Namun buya tetap tenang dan mengisi hari-harinya dengan membaca, membuat buku, mengajari Islam modern, mengajari orang mengaji dan menikmati hidupnya dengan damai.
Sikapnya merakyat terlihat di beberapa akun media sosial sedang gowes bersepeda dan ngopi bareng di warkop sederhana di dekat rumahnya di Sleman Yogyakarta hingga akhirnya dalam kondisi sakit dalam sebulan terkahir.
Dan akhirnya ajal datang menjemput pada 27 Mei 2022 pagi dalam usia 87 tahun (lahir 31 Mei 1935) di tengah persimpangan perbedaan pendapat yang makin menyeruak antara pemikir Islam garis keras dengan Islam modern.
Saat jenazahnya disemayamkan di rumah duka tampak tokoh ummat lintas agama datang berkunjung memberi dukungan moral danseakan menjawab betapa beliau dicintai bukan saja oleh ummat Islam namun juga dihormati oleh pemuka agama lain.
Kita tidak tahu apakah akan hadir pak Pi'i lain yang mampu memberi kesejukan dalam mempersatukan ummat beragama di persimpangan yang menentukan ini, atau sebaliknya?
Namun siapapun penerusnya harus siap melawan derasnya arus tekanan Islam garis keras dengan jelas, tegas dan tentu saja berilmu serta menyejukkan.
Selamat jalan buya Syafii, semoga pelajaran, sikap, amal kebaikan yang telah disemai selama mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT.