Kedudukan akal dan fungsi wahyu.
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna dan mulia. Ketinggian, keutamaan dan kelebihan manusia dari makhluk lainnya terletak pada akal yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
Terlepas apakah buya Syafii telah mengadopsi pemikiran Fazlur Rahman apa tidak, faktanya dalam pribadi pak Pi'i dengan jelas dapat terlihat dia seorang pemuka agama yang nasionalis.
Di dalam dirinya ditemukan akhlak, budi pekerti, tutur katayang luhur dan pelajaran agama yang menyejukkan bukan saja untuk ummat Islam tapi juga untuk pemeluk agama lain bahkan untuk berbangsa dan bernegara.
Pengetahuannya yang luas dan hubungannya dengan sesama manusia termasuk dengan pemeluk agama lain telah banyak terekam dalam jejak digital betapa beliau bukan seorang tokoh agama biasa-biasa, tapi tokoh agama yang luar biasa.
Luar biasa karena telah berusaha mengimplementasikan pemikiran modern dalam Islam termasuk bagaimana mengenal Tuhan, mengenal alam semesta, mengenal makhluk tuhan lainnya termasuk pemeluk agama lainnya tanpa merendahkan nilai hakiki konsep Islam itu sendiri.
Tak heran akibat pandangannya yang maju dia dianggap kemajuan atau terlalu maju hingga disebut Islam Liberal, kebarat-baratan, kekinian dan sejenis dengan itu.
Namun tokoh agama, ulama, dosen, aktivis, sejarawan dan negarawan ini menanggapinya dengan tenang. Beberapa isu tentang demokrasi, pluralitas, hingga dialog antar agama dibicarakan atau dibahas dalam Maarif Institute membahas dari sudut pandang Islam modern.
Salah satu kutipan pandangannya tentang keberagaman dan Islam yang baik penulis ambil dari media sosial adalah sebagai berikut :
Namun demikian seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak, penilaian negatif kelompok islam garis keras (penulis TIDAK menulis islam radikal) yang telah menyusup ke berbagai sendi mulai dari pendidikan, sosial, ekonomi, politik, pemerintahan dan lain-lain terhadap buya Syafii juga tak terhindarkan.