Setelah dibayangi keraguan panjang pecahnya Perang antara Rusia dengan Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis 24 Pebruari 2022 pukul 05.40 pagi waktu Moskow mengumumkan operasi militer ke Ukraina. Keputusan itu dilakukan setelah dewan keamanan federasi Rusia menyetujui operasi militer berskala penuh tersebut.
Putin menggunakan istilah "Operasi militer khusus" bukan "Perang". Kedua istilah tersebut jelas berbeda, namun tidak berarti Putin ragu mengambil langkah berani tersebut, karena operasi militer khusus dan berskala penuh sudah setara dengan pernyataan perang.
Yang ke dua, Operasi Militer lebih ditujukan untuk kawasan yang sama dalam sebuah negara. Ukraina dianggap bagian pecahan Uni Soviet yang berarti operasi militer lebih tepat ketimbang perang walaupun dampaknya menjadi perang bahkan perang lebih luas.
Seperti mengabaikan aneka ancaman dan intimidasi barat, Putin menumpahkan latar belakang dibalik keputusan tersebut dalam pidato singkatnya.
"Dengan persetujuan dewan keamanan federasi Rusia dan sesuai dengan perjanjian timbal balik dengan Donetss People's Republc (DPR) dan Luhansk People's Republic (LPR) saya memutuskan melakukan 'Operasi Militer Khusus'," uajr Putin dengan raut wajah tegang seakan sudah siap mengatasi segala kondisi untuk Rusia.
"Nasib Rusia ada ditangan rakyatnya yang dapat diandalkan yang berarti bawah tujuan dapat tercapai dan kemanan negara terjamin. Saya percaya pada dukungan anda-anda," tegasnya.
Dalam pidatonya menyembul kekecewaan Rusia karena sejumlah warga Rusia di Donbas dalam kawasan DPR dan LPR mendapat intimidasi sistematis selama 8 tahun terakhir dari pihak berwenang Ukraina.
"Kami akan mengadili mereka yang melakukan banyak kejahatan berdarah terhadap warga sipil termasuk warga Federasi Rusia di sana."
Namun kekecewaan terbesarnya adalah tekanan NATO terhadap Rusia pasca Uni Soviet bubar pada 1991. Pasca Soviet runtuh menurutnya Rusia telah memperlakukan negara-negara baru terbentuk tersebut dengan hormat namun faktanya NATO dalam 30 tahun terakhir telah menekan dan memeras Rusia.
Ekspansi NATO nyaris mendekati perbatasan Rusia dan itu merupakan sebuah ancaman untuk . Pihaknya telah menegosiasikan non-ekspansi ke blok timur dalam tiga dekade terakhir namun menghadapi penipuan, pemerasan dan tekanan barat.
Tidak jelas apa bentuk Penipuan, Pemerasan dan Tekanan itu namun Putin sangat paham bahwa hal itu telah terjadi dan Rusia menjadi bahan olok-olok seperti beruang tua tak bertaji lagi.
Kekecewaan terbesar itulah yang melatar belakangi keputusan Putin.
Dari pidatonya menyembul tingkat kesiapan Rusia bahwa negara itu telah siap masuk kepada pertikaian skala lebih besar, mungkin Perang Dunia ke 3 (PD-3).
Tidak sampai 5 menit pasca pengumuman tersebut, lontaran roket dan misil balistik konvensional mengarah ke ibukota Kiev, terdengar suara sirine meraung dimana-mana sebelum letusan bola apai terjadi dibeberapa lokasi.
Bandar internasionakl Kherson dan Kharkov, Ivano-Frankivsk dilaporkan terbakar dihantam misil.
Sebuah Drone jagoan Turki dalam pertempuran Idlib, Bayraktar-2 diintersep dan jatuh oleh sistem pertahanan Rusia.
Sebuah Su-27 Ukraina yang sedang memata-matai perbatasan dekat Rumania diintersep ole 2 F-16 Rumania.
Pasca serangan pembuka tersebut dilaporkan 40 warga Ukraina meninggal dunia. Oleksii Arestovich seorang paneshat Presiden Zalenskli mengatakan kepada Aljazera.
Belum diketahui apa dan bagaimana serangan balasan Ukraina dan sikap NATO. Yang jelas perang Rusia-Ukraina telah dimulai dan tidak tertutup kemungkinan menjadi PD-3 jika NATO gagal memenuhi pesan-pesan di balik pidato Putin.
Sambil menantikan perkembangan berikutnya dalam #Russo-Ukrainian War2022 atau #PerangRusia-Ukraina2022, suka tidak suka, mau tidak mau bersiaplah memburuknya perekonomian dunia jika PD-3 meletus.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H