Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Dunia Pers Nasional Ditantang Lebih Unik Agar Eksis Hadapi Perkembangan Zaman

9 Februari 2022   15:22 Diperbarui: 12 Februari 2022   01:57 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi : Sumber THINKSTOCK via BBC.com

Era digital adalah suatu perubahan masa dalam segala aspek pemakaian teknologi dari yang tadinya analog menjadi serba digital. Di era digital komunikasi dan informasi, manusia lebih mudah mendapatkan berbagai informasi melalui internet dengan dukungan perlengkapan yang memadai.

Peranan internet dan perlengkapan yang memadai sangat strategis di era digital guna menghadirkan sajian informasi yang cepat dan akurat pada umat manusia yang hidup pada era teknologi digital saat ini.

Mengacu pada terminologi di atas perubahan dari teknologi mekanik dan elektronik analog ke teknologi digital telah terjadi sejak tahun 1980.

Kini 4 dekade telah bergulir, di era dunia digital, dunia pers dituntut melayani informasi secara cepat dan akurat. Setiap kantor berita kini benar-benar berpacu pada kecepatan memberi informasi-informasi strategis akurat segera mungkin. 

Namun di balik itu kadang terjadi kesalahan atau informasi kurang akurat karena lebih mengutamakan kecepatan kejar tayang daripada akurasinya.

Menyadari tuntutan zaman tersebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam Peringatan Hari Pers Nasional 2022 mengarahkan kepada para seluruh sistem Pers Nasional (terutama pers media online) mengutamakan akurasi daripada kecepatan publikasi dan -tentu saja- menjaga kode etik pada setiap penyebaran informasi.

Kecepatan, akurasi, informasi strategis, dan kode etik bukan hal yang baru dalam dunia pers. Dari dahulu kala sampai kini 4 hal utama di atas senantiasa menjadi standard pers dalam menerbitkan informasi, namun faktanya selalu ada kendala dalam mengimplementasikan "nilai strategisnya."

Sering ditemukan media online menerbitkan informasi bukan fake news tapi kurang strategis. Artikel itu terpaksa diterbitkan karena rubriknya diminati oleh segmen tertentu walaupun dianggap tidak strategis oleh segmen lainnya.

Ada juga pendapat minor tentang informasi seputar artis, dianggap tidak bermutu oleh segmen tertentu namun bagi segmen lain itu dianggap menarik.

Ada anggapan berita perang di negara lain terlalu menegangkan, berat, dan tidak penting oleh segmen tertentu.

Bagi segmen lainnya berita perang itu penting guna memberikan literasi mengapa itu bisa terjadi, apa latar belakangnya hingga apa perkembangannya hingga saat ini. Lebih penting lagi bagaimana agar (dampak buruknya) tidak terjadi terhadap kita.

Ada yang tidak tertarik dengan berita politik, membosankan karena tingkah laku dunia politik dari zaman baheula sampai sekarang ya begitu-begitu saja. Politik itu kotor (curang) dari dahulu sampai kini. 

Namun bagi sebagian orang lain rubrik politik menambah pengetahuan bagaimana agar tidak mudah menjadi korban politik atau sebaliknya menambah ilmu berpolitik praktis lebih tajam.

Apapun tarik menarik nilai strategis tentang persepsi sebuah rubrik, yang terpenting adalah kecepatan informasi dan akurasinya dan tentu saja ditambah kode etik dan sejumlah teori tentang konsep abadi 4W+1 H.

Terkait dengan kecepatan dan akurasi dalam menuangkan artikel (sebut saja artikel perang dan perkembangan politik luar negeri) penulis berpedoman setidaknya pada 4 penyaji informasi terkini, yaitu:

  • NewsNow. Adalah sebuah penghimpun berita terkini dari berbagai macam provider berita top dunia. News Aggregator berbasis di Inggris ini telah melayani dunia informasi berita sejak 1997.
  • Liveuamap atau "Live Universal Awarness Map" adalah salah satu situs penyaji informasi terkini berbagai topik dunia berbasis peta (Map). Iformasi disajikan up to date (untuk yang berlangganan). Di sini kita bisa interaktif, tanya jawab atau berdebat dengan berbagai pemirsa (kawan dan lawan) dari seluruh dunia tentang topik yang terjadi di negara tertentu.
  • Twitter dari penyaji informasi di garis terdepan (dengan memfollow akun mereka)
  • Melakukan cross check pada sejumlah situs berita terdepan nasional 

Awalnya, informasi yang penulis dapatkan -sebut saja-tentang sebuah topik perkembangan di Timur Tengah sangat cepat. 

Namun penulis harus melakukan cross check ditambah sulitnya terjemahan dan mengulik-ngulik informasi kanan-kiri menyebabkan artikel yang disajikan menjadi terlambat beberapa jam. Akhirnya ketika tayang, informasi tentang aneka kondisi, obyek, dan subyek di dalamnya telah lebih luas dari yang diketahui sejak awal dalam artikel.

Itu adalah tantangan untuk penulis amatiran atau jurnalis blog seperti saya. Tapi saya kira persoalan dilematis itu juga dialami wartawan dan editor berita online manapun di seluruh dunia.

Memilih komplit berarti menunda peluncuran informasi. Itu artinya duluan disajikan oleh penyedia informasi lainnya. Kesannya terlambat bereaksi, telat mikir atau tidak kreatif dan sejenisnya.

Namun apapun alasannya sebaiknya insan pers memang dituntut untuk menyajikan informasi yang strategis, terkini, secepat mungkin dan tentu saja tetap mengacu pada kode etik pers yang tak perlu diuraikan apa saja di sini.

Tanpa disadari dunia informasi digital (apakah 4.0 atau 5.0) telah dipisahkan pada dua pilihan yaitu segmen Red Ocean dan Blue Ocean.

Blue Ocean adalah sebuah istilah dalam bisnis yakni sebuah strategi yang menantang perusahaan (dalam hal ini kantor berita) "keluar" dari zona merah berdarah-darah (di red ocean) dengan mencari peluang dengan cara menciptakan nilai keunikan yang TIDAK sembarang unik. Sumber: abanggeutanyo.

Inilah keunikannya, selain cepat, akurat, menjaga kode etik juga tidak sembarang unik. Dengan konsep ini maka dunia pers di era serba digital akan eksis dan berkembang. 

Jika tidak maka pencari berita atau informasi akan mencari sendiri ke mana saja suka karena konsumen atau pencari berita di zaman modern ini dengan sangat mudah mendapatkannya. Karena internet dan perangkat pendukungnya telah memberi kemudahan pada masyarakat menemukan apa yang mereka butuhkan.

Jika kantor penyaji berita atau informasi tidak menyadari hal ini cepat atau lambat akan terkurung dalam Red Ocean atau lebih mengerikan jika ternyata tenggelam ke dasarnya.

Jadi apa yang digagas Kominfo dalam tema Hari Pers Nasional 2022 bukan saja bertujuan untuk mencerdaskan bangsa namun juga mengajak kantor berita atau penyaji berita tampil unik agar eksis dan mampu berkompetisi sepanjang masa.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun