Pada Nopember 2021 lalu CIA memberi laporan ke Gedung Putih tentang persiapan invasi Rusia ke Ukraina yang diperkirakan akan terjadi pada akhir Januari 2022.
CIA melaporkan Rusia akan menyerang Ukraina dengan kekuatan 100 battalion tactical groups (BTG) atau setara dengan 175 ribu personil.
Ratusan tank, self propelled artileri dan aneka misil jarak pendek serta misil anti misil telah dikerahkan ke sejumlah titik diperbatasan Ukraina - Rusia. Sebanyak 50 batalion telah dikerahkan saat laporan itu diberikan.
Kini perkembangannya sangat cepat. Rusia hampir merampungkan persiapannya.
Menurut informasi FT.com edisi 22 Januari 2022 Rusia telah menambah kekuatan menjadi 60 BTG. Selain terkonsentrasi di Crimea pasukan Rusia tersebar di Keronovsk, Rostov-on-Don, Volgograd, Boguchar, Soloti, Kurs, Pochep, Klinfsay dan sejumlah spot lain.
Sebanyak 36 peluncur misil Iskander telah terpasang di sejumlah titik, sangat memungkinkan mencapai ibukota Kyiv.
Sementara itu unit sistem pertahanan udara S-400 dan Pantsir juga telah siaga guna mengatasi pengintaian dari sekutu Ukraina selama invasi nanti.
Persiapan di Laut Hitam dan serangan udara dan artileri telah disiapkan melalui latihan khusus. Tak kalah menarik adalah persiapan perang cyber guna melumpuhkan 70 target website pemerintah Ukraina.
Ruslan Pukhov, director of Moscow defence think-tank Cast, menilai dengan persiapan di atas ditambah dukungan kekuatan paramiliter (milisi) dalam kombinasi perang hybrid dan serangan cybers, Ukraina akan diduduki setidaknya 1/3 bagian.
Banyak beredar skenario atau cara Rusia memulai total invasi mirip semacam Hybrid War. Satu diantara sejumlah skenario itu dirinci oleh CNBC News edisi 14 Januari 2022, sebagai berikut :
Pasukan Rusia akan memotong jalur pasukan Ukraina di sepanjang garis kontak Donbas region.
Penumpukan pasukan Ukraina di depan kawasan Donetsk dan Luhank (kini dikuasai milisi pro Rusia) an dipotong oleh pasukan Rusia yang bergerak dari sisi perbatasan dekat pangkalan udara Rusia dekat Millerovo.
Cara ini akan memudahkan Rusia menguasai wilayah Donbas dibandingkan milisi Donetsk dan Luhank ofensif menguasai satu per satu kota di kawasan Donbass.
Blokade Pelabuhan Utama Ukraina
Pelabuhan utama Ukraina ada beberapa lokasi, antara lain adalah Odesha, Ilychevsk, Mykolaiv, Kherso, Mariupol dan Yuzhny.
Pelabuhan Odesha paling jauh, 200 km dari daratan Crimea yang dianeksasi Rusia pada 2014.
Pelabuhan lain berada lebih dekat di laut hitam, sedangkan pelabuhan Berdyansk dan Mariupol berada di laut yang sangat sempit antara Rusia dan Ukraina yaitu laut Laut Azov, sangat rawan terhadap jangkauan serangan dari manapun.
Angkatan laut Ukraina dipastikan tidak berdaya berada di kawasan laut Hitam dan laut Azov guna mempertahankan pelabuhan penting Ukraina.
Jika seluruh pelabuhan Ukraina diblokade oleh Rusia praktis jalur masuk dari laut ke pelabuhan manapun di Ukraina sama sekali tertutup.
Menguasai kanal strategis
Setelah menguasai seluruh pelabuhan terutama di laut hitam, pasukan Rusia bergerak menguasai kanal-kanal sekitar yang akan terhubung ke sungai Dnieper River. Kanal strategis adalah Crimea utara kanal dan Donbas kanal.
Di terdapat bendungan pembangkit listrik 351 MW di desa Nova Kakhovka. Jika pasukan Rusia tiba di sini dipastikan Ukraina setidaknya akan defisit cadangan listrik jika tidak sampai hancur akibat perang.
Menguasai Sungai Dnieper dari Nova Kakhovka hingga Zaporizhzhia
Dari titik ini jika ditarik garis sejajar ke arah timur persis mencapai sejajar dengan Donetsk dan Luhank tempat milisi pro Rusia menguasai kawasan Ukraina tersebut sejak 2014. Kedua kelompok milisi atau pemberontak tersebut dinamakan Luhansk People Republic dan Donetsk People Republic.
Mungkin inilah tujuan paling minimal ingin dicapai Rusia dan milisinya di Donbas region dalam impian invasi skala penuh Rusia. Jadi bukan untuk menguasai total sebuah negara sebagaimana model invasi pada umumnya.
Jika Rusia mampu mencapai posisi ini artinya Rusia menang, walaupun menguasai 1/3 wilayah Ukraina. Kemenangan lebih lanjut adalah Rusia akan mendudukkan pemimpin Ukraina pro Rusia.
Namun semudah itukah skneario di atas berjalan?
AS telah memperingatkan tidak akan membiarkan itu terjadi. Presiden AS Joe Biden mengatakan tidak ada keraguan sama sekali. Rusia akan membayar harga yang mahal jika Putin melaksanakan invasi.
Tampaknya kawasan Crimea dan jembatan penghubung Crimea ke daratan Rusia serta laut Hitam akan menjadi sasaran bombardir NATO jika Rusia tak terkendalikan.
Jelas ini akan menjadi kuburan massal bagi Rusia karena yang dihadapi adalah sekelompok negara NATO yang secara teknis mampu berperang dengan sistem persenjataan super lengkap termasuk hybrid war dalam kondisi cuaca apapun.
Inggris juga memperingatkan Rusia bahwa akan memberi hukuman pada Rusia jika melewati batas garis terhadap negara NATO sebab jika satu negara diserang artinya menyerang seluruh anggota NATO. Seluruh anggota 30 negara akan ikut membela.
Pembicaraan menurunkan ketegangan telah dilaksanakan pada tingkat Menteri Luar negeri namun belum mencapai kesepakatan. Sebaliknya, pergerakan pasukan dan peralatan tempur Rusia pada sejumlah titik semakin masif.
Tampaknya perang skala besar berpotensi meletus di negara bekas bagian dari Uni Soviet tersebut dalam waktu dekat.
Potensi itu dipastikan oleh AS hari ini. Kementerian luar negeri AS hari ini menerbitkan pengumuman kepada seluruh diplomat mereka di Ukraina agar meninggalkan Ukraina serangan Rusia terhadap Ukraina akan terjadi dalam waktu tak terduga.
Keberanian Rusia melakukan invasi telah teruji di Georgia dan Crimea. Rusia tidak gentar dengan tekanan NATO sebelumnya. Invasi tetap terlaksana meskipun dalam durasi singkat atau temporer.
Namun, demikian sebaiknya Ukraina, Rusia dan NATO bersikap bijaksana. Jika gagal, Ukraina menjadi "neraka" unjuk kekuatan dan rakyatnya jadi korban di neraka tersebut.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H