Di sisi kiri (menuju ke Jantho) lereng bukitnya sedang tumbuh aneka pepohonan. Jika tumbuh nanti akan membuat sisi tersebut sangat rimbun.
Di sisi kanan sejauh mata memandang terlihat hamparan gunung bukit-bukit plontos diselumuti kabut, hampir mirip di lereng Mount Titlis di Swiss.
Sebuah Rest Area tidak terlihat tanda-tanda kehidupan. Tidak tampak aktifitas sama sekali dari luar sehingga saya urungkan berhenti di sana.
Jalan tol itu aset bernilai tinggi tapi masih sepi pengguna. Menurut penulis pengguna jalan tol masih minim karena :
- Seksi yang tersedia saat ini kurang memberi manfaat secara signifikan
- Pengguna lebih banyak hanya mereka yang khusus ke Jantho atau dari Jantho
- Perbandingan jarak dari sisi terluar kota Banda Aceh ke pintu keluar tol Indra Puri lebih jauh dari tol ketimbang menggunakan jalan negara Medan - Banda Aceh
- Jarak dari sisi terluar kota Banda Aceh di Lambaro ke simpang Jantho- Sielumum lebih dekat daripada masuk tol. kemudian musti ke luar lagi sejauh 8 km ke jalan nasional Medan - Banda Aceh. Jalur keluar dari Jantho ke jalan nasional juga berliku dan banyak berkeliaran hewan ternak.
Berdasarkan pantauan singkat di atas saat ini mungkin saja jalan tol Sibanceh BELUM efektif dan efisien digunakan oleh warga.
Jika nanti seluruh 6 seksi dan 7 pintu keluar masuk telah terhubung saya yakin Sibanceh akan berfungsi sesuai harapan karena pengguna benar-benar akan terpangkas waktu mereka berpergian dari Banda Aceh atau dari Jantho atau dari Indrapuri ke Sigli dan seterusnya, begitu juga sebaliknya.
Diharapkan pengelolaannya nanti benar-benar profesional. Beberapa poin disebutkan di atas sebaiknya dapat diperhatikan oleh manjemen pengelola tol sehingga masyarakat pada akhirnya mengakui bahwa kehadiran tol memang benar efektif dan efisen untuk meningkatkan mobiltias ekonomi warga.
Pada akhirnya bisa saja itu akan memberi inspirasi lahirnya jalan tol lain di kawasan pesisir barat Aceh, menghubungkan Jantho dengan kawasan Aceh Jaya, Aceh Barat dan seterusnya.